Bagian 1

24.4K 1.1K 4
                                    

Seorang Alpha??

Tian mengemaskan pakaian dan barang-barang keperluannya sehari-hari ke dalam koper besarnya yang berwarna putih, ia tidak sendirian melainkan dibantu oleh pembantunya yang sudah bertugas merawat Tian dari sejak ia masih kecil.

Mereka memasukkannya satu persatu barangnya secara sembarangan, karena Tian sudah tidak punya waktu untuk menyusun barangnya secara rapi.

Ini adalah pertama kalinya ia akan beranjak keluar dari rumahnya, sesuai aturan sekolah barunya ia mau tidak mau harus tinggal di asrama sekolah hal itu untuk mencegah ketidakdisiplinan siswa dan juga memudahkan para petugas sekolah untuk memantau seluruh siswa secara langsung.

Tentunya Tian merasa gugup, hari ini adalah hari dimana ia akan pindah ke asrama sekolah barunya dan sialnya ia bangun kesiangan, dan lebih buruknya lagi ia baru mengemaskan barang-barangnya, padahal pembantunya sudah mengingatkannya untuk mengemaskan barang-barangnya dari jauh hari sebelum dia akan pindah namun Tian bersikekeh untuk mengemaskannya di hari dimana ia akan pindah.

Tian tidak mengira akan bangun terlambat seperti ini, biasanya ia bangun bahkan lebih cepat dari pembantunya. Mungkin karena tadi malam ia bergadang, ia bahkan tidak bisa memejamkan matanya karena saking gugup dan tidak sabarnya.

"Nak Tian, ayahmu sudah menunggu dibawah dan kemungkinan dia akan mengamuk karena menunggu... " belum selesai pembantunya berbicara, Tian mengangkat kopernya dan membawanya turun dengan tergesa-gesa, ia sudah tidak peduli dengan keadannya yang acak-acakkan dan seperti tidak terawat mengingat ia sudah saking terburu-burunya.

Tian juga tidak lupa berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada pembantunya karena sudah membantunya mengemaskan barang-barangnya.

Begitu masuk kedalam mobil Tian mendapat tatapan tidak enak dari ayahnya, ia takut ayahnya akan marah lalu Tian hanya duduk diam disamping ayahnya dan tidak berani untuk menatap kearahnya.

Selama perjalanan Tian tidak berhenti mengoceh didalam hatinya.

"Suasananya terasa canggung"

"Kapan akan tiba di asrama sekolah?"

Tian sangat membutuhkan handphone sekarang, tapi apakah ayahnya akan semakin merasa tidak senang saat melihatnya bermain handphone didepan matanya secara langsung, mengingat dulu bahkan ayahnya tidak mengizinkannya untuk membawa handphone kesekolah. Tian mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan handphonenya dari dalam saku jaketnya.

"Akhir pekan kamu bisa pulang kerumah, dan aku akan menjemputmu." ujar ayahnya secara tiba-tiba

"eung" Tian mengangguk, ia tahu betul dengan sifat ayahnya. Palingan ia diminta pulang hanya untuk ditanyai tentang apa saja yang dipelajari oleh Tian disekolah dan apakah nilai tugas dan pekerjaan rumahnya ada yang dibawah nilai B, jika ia ketahuan oleh ayahnya mengalami penurunan maka ayahnya tidak segan untuk menghukumnya.

Ayahnya memberhentikan mobilnya tepat didepan asrama sekolah barunya. Megah dan mewah adalah dua kata yang cukup untuk mendeskripsikan bagaimana asrama yang berdiri kokoh terlihat didepan matanya sekarang.

Sekolah top 1 memang sudah tidak perlu diragukan lagi, selain terkenal dengan pendidikannya yang mantap, sekolahnya juga terkenal dengan sistem pembagian kelasnya yang sangat unik dan tidak biasa. Mereka tidak menggabungkan jenis kelamin Alpha, Beta dan Omega menjadi satu ruang kelas seperti sekolah lainnya. Namun, mereka memisahkannya menjadi tiga ruang kelas dimana kelas A adalah khusus Alpha, kelas B khusus Beta dan Kelas C khusus Omega, dan Tian akan masuk kelas A sesuai dengan identitas palsu yang dibuatkan oleh ayahnya agar ia dapat bergabung dengan para Alpha.

Ayahnya selama ini tidak ingin orang-orang mengetahui bahwa keturunan satu-satunya adalah seorang omega, meski hal sepele ayahnya merasa omega seperti Tian tidak cocok untuk menjadi pemimpin di perusahaanya dimasa depan kelak, ia yakin Tian akan direndahkan dan dianggap tidak berguna oleh orang-orang yang masih menganut bahwa omega tidak layak menjadi pemimpin. Selama ini perusahaan ayahnya secara turun-temurun tidak pernah jatuh karena dipimpin oleh Alpha yang cakap dan mantap. Dimasa depan, ia takut Tian akan merusak segalanya dengan identitas omeganya, orang-orang akan menyerangnya dan menjatuhkannya bersama-sama mengingat pesaing perusahaan ayahnya yang sangat banyak.

Tian membawa turun kopernya dan melihat-lihat sekitar asrama, ia juga menoleh kearah sebuah sekolah megah yang terletak tepat disamping asramanya, sepertinya itulah sekolah yang akan ia naungi mulai saat ini.

Ia bertanya-tanya akan bagaimana kehidupan SMA  nya, mengingat masa SMP nya sudah cukup menyusahkan baginya.

"Ayah pulang." pamit ayahnya secara singkat dan dengan raut datarnya.

"Hati-hati ayah"
Tanggapan dari Tian tidak ia tanggapi sama sekali, Tian mengerucutkan bibirnya ia masih bingung sebenarnya dirinya apakah benar-benar anak dari ayahnya mengingat perilaku ayahnya yang tidak pernah mencerminkan sikap seorang ayah padanya sekali pun.

"Huf.. " Tian menghela nafasnya kasar, ia berjalan masuk kehalaman asrama sekolahnya yang benar-benar bersih dan rapi. Rumput-rumput pendek tumbuh sejajar dan bunga-bunga yang menghiasi disetiap sisi halaman berhasil memanjakan mata siapapun yang melihatnya.

Tian berjalan menghampiri seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di dekat pintu masuk, sepertinya itu adalah seorang petugas asrama dilihat dari seragam yang ia kenakan pikir Tian.

"Permisi, saya anggota baru dari asrama ini." sapa Tian, tidak mungkin ia langsung masuk tanpa basa-basi terlebih dahulu. Jujur saja sebenarnya ia juga masih bingung karena ini adalah pertama kalinya ia berada disini, ia tidak tahu kemana dia harus pergi dan dimana kamarnya.

"Ada bawa kartu identitas?"

Tian dengan segera mengeluarkan kartu identitas dari dalam dompetnya. Pertama-tama petugas itu menyamakan wajah Tian secara langsung dengan wajahnya yang terpampang dikartu identitasnya.

Setelah itu baru ia cek satu persatu informasi yang tertera dikartu identitasnya, Tian melihat petugas itu mengerutkan keningnya, sepertinya ada yang tidak beres.

"Alpha?" petugas itu menyipitkan matanya kearah Tian yang tengah berdiri didepannya.

Tian mengangguk, ia sudah terbiasa berbohong dengan identitas palsunya jadi ia tidak merasakan takut lagi, ayahnya yang juga sangat licik dan cerdik hal ini bukan hal yang susah untuknya dan dijamin tidak akan ada yang bisa mengetahuinya.

Petugas mengembalikan kartu identitas milik Tian begitu setelah selesai mengindentifikasinya. Tian menerimanya dengan senang hati, ia juga menunggu apa arahan selanjutnya dari wanita paruh baya itu.

"Atas nama Xavier Krystian Hadriane kelas A, akan ditempatkan di kamar nomor 5A, nanti kamu jalan lurus aja....terus kamu lihat pintu kamar satu persatu nanti ada di tempelin nomor kamarnya" ujar petugas wanita itu dengan masih tersisa sedikit keraguan diwajahnya.

"Baik, terima kasih." Tian membungkukkan badannya 90° didepan petugas itu, selain murah senyum Tian juga sangat sopan pada orang yang lebih tua darinya.

Petugas itu tersenyum melihat sikap anak itu, tak jarang Alpha akan bersikap ramah seperti ini. Ia juga menyuruh Tian untuk beristirahat sebelum besok kesekolah, Tian mengangguk menanggapi petugas itu.

Pintu asrama terbuka sendirinya begitu Tian berdiri didepannya, Tian dibuat terkejut sekali lagi dengan kecanggihan yang dimiliki sekolah ini. Ia tidak sabar menunggu besok gebrakan apalagi yang akan membuatnya takjub mengingat hari ini juga sudah cukup banyak yang berhasil membuat mulutnya ternganga.

My Roommate's an OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang