Bagian 15 🔞

19.4K 790 3
                                    

"Krystian, apakah kau disana?"

Mendengar ada seseorang yang memanggilnya, Tian dengan segera menutup mulutnya agar ia tidak mengeluarkan suara.

Suara langkah kaki pria itu semakin mendekat dengannya, Tian ingin berlari namun kakinya tengah terluka terkena ranting kayu saat ia berlari tadi. Jantung Tian berdetak hebat apakah ini adalah akhir dari penyamarannya selama ini, tapi siapapun yang menemukannya sekarang, Tian berharap orang itu bukanlah Daven.

"Tian.. "

Tian terkejut saat seseorang muncul dari balik pohon, Tian mengenali wajah dan suara pria itu samar-samar, itu bukanlah Daven melainkan Marshall. Marshall berdiri di hadapannya, tidak percaya dengan pemandangan yang ia lihat sekarang.

Puzzle terakhir berhasil ia temukan, kesimpulan yang ia dapatkan setelah menyusun semua puzzle-puzzle yang ada di kepalanya adalah bahwa Tian seorang omega yang menyamar sebagai alpha disekolahnya dan bahkan sekarang dirinya sedang heat didepan matanya. Penampilannya kacau sekali, celana yang terbuka menandakan bahwa ia sempat masturbasi untuk mengatasi heatnya, namun untuk seorang omega masturbasi saja tidak cukup.

Marshall berjongkok di hadapan Tian yang sedang berjuang untuk menahan nafsunya.
"Naiklah kepunggungku, aku antar kerumah sakit."

Alih-alih menaiki punggungnya, Tian malah memeluk dan menciumnya secara tiba-tiba. Marshall tentu saja terkejut dengan tindakan Tian, tapi anehnya Marshall tidak mampu untuk menolaknya sepertinya ia juga terpengaruh oleh feromon manis dari Tian.

Feromonnya Tian menyebar hampir keseluruh hutan, Marshall takut ia juga akan kehilangan kendali atas dirinya. Marshall mendorong Tian agar menjauh darinya, bukan karena ia membencinya namun ia bereaksi setelah mendapat ciuman panas dari Tian. Marshall dapat merasakan kelamin yang ada di dalam celananya mulai merespon feromon Tian, celananya yang awalnya longgar tiba-tiba mengetat hingga tidak ada ruang untuk kelaminnya berdiri dengan tegak. Sialan, Marshall berdiri dan hendak berjalan pergi meninggalkan Tian sebelum ia benar-benar kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Namun Tian berhasil menahan kakinya dengan tenaganya yang masih tersisa.
"To-tolong aku, aku mohon!!" ujarnya dengan air mata yang mengalir deras di kedua belah pipinya.

"Sialan, kau sadar apa yang sedang kau lakukan sekarang hah? Aku seorang alpha!!"

Tian mengabaikannya ia malah berdiri dan beralih untuk memeluknya, Tian juga dengan sengaja menggesekkan kelaminnya ke paha Marshall. Melihat tindakan diluar batas Tian, Marshall menjatuhkan pria itu dan menindihnya. Marshall sudah tidak bisa menahannya lagi, kelaminnya bahkan serasa ingin meledak didalam celananya.

Bibir Marshall melumat bibirnya Tian dengan kasar dan penuh nafsu, sedangkan kedua tangannya sibuk untuk menjelajahi bagian-bagian sensitif tubuhnya Tian. Tian merasa geli namun ia juga merasa nikmat akan sentuhan Marshall. Tanpa ia sadari Marshall tidak sengaja menumpahkan feromonnya. Baru kali ini Tian mencium aroma feromonnya, seperti aroma kayu cendana gumamnya tanpa sadar.

Tian sangat suka menghirup feromonnya Marshall, selain berbau harum juga menenangkannya jauh berbeda dengan feromon Daven yang serasa akan mencekik tenggorokannya.

Marshall melepaskan sweaternya dan menggunakannya sebagai alas untuk Tian berbaring di tanah. Tidak hanya melepas pakaiannya sendiri Marshall  juga melepaskan pakaian Tian.

Sebelum melakukannya Marshall melonggarkan terlebih dahulu analnya menggunakan kedua jarinya. Selain memudahkannya untuk memasukan  kelaminnya kelak, juga agar Tian tidak merasa kesakitan saat melakukannya.

Bahkan tanpa pelumas, bagian belakang Tian sudah benar-benar basah dan lebih gampang untuk Marshall melonggarkannya. Tian menghentikan tangan Marshall ia berkata bahwa ia tidak hanya ingin jarinya yang masuk kedalamnya, namun ia menginginkan sesuatu yang lebih seperti sesuatu yang masih terbungkus di dalam celana Marshall sekarang.

Marshall melepaskan celananya dan mengeluarkan kelaminnya yang sudah berdiri tegak sedari tadi. Ini adalah pertama kalinya ia melakukannya, Marshall merasa sedikit ragu. Berbeda dengan Tian yang sudah mendesaknya beberapa kali agar segera untuk memasukkannya. Apakah ini bukan pertama kali untuknya pikir Marshall saat tidak melihat sedikitpun kegelisahan di wajah Tian.

Kelaminnya masuk dengan mudah mungkin karena ia sudah melonggarkannya dengan benar. Marshall mulai menggerakkan pinggulnya secara maju mundur, saking nikmatnya tanpa sadar ia bergerak terlalu cepat membuat Tian mengerang kesakitan dibawahnya. Marshall menutup mulut Tian dengan telapak tangannya agar tidak terlalu mengeluarkan suara mengingat mereka berdua yang masih di area sekolahnya. Andai saja mereka tertangkap, Marshall tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka berdua. Bagian terburuknya mungkin mereka akan dikeluarkan dari sekolah ini.

Mereka berdua menukar posisinya, sekarang giliran Marshall yang berada dibawah sedangkan Tian duduk diatasnya. Tian menggerakkan pinggulnya terlalu cepat membuat Marshall tidak bisa berhenti untuk mengerang dibawahnya. Semakin cepat Tian bergerak maka semakin membuatnya ingin ejakulasi.

"Ah, hentikan sebentar, aku hampir saja cum" pinta Marshall pada Tian. Tian menghentikan gerakannya namun tidak lama. Tian kemudian kembali menggerakkan pinggulnya dengan cepat, sepertinya pria itu tidak bisa menahan gairahnya walau hanya sebentar saja. Marshall mencengkram bahunya dan kembali menukar posisinya dengan Tian sebelum Tian membuatnya cum.

Mereka berhubungan sex hampir 2 jam lamanya, kali ini adalah yang terakhir untuk Marshall, jika sekali lagi Tian memintanya mungkin dia akan mati saat itu juga akibat mengalami kekeringan sperma.

"Marsh, sakit...dan itu..itu membesar didalam sana." Mendengar kata membesar Marshall terkejut dan ia merasakan keringat dingin seakan mulai bercucuran di sekujur tubuhnya. Apakah ia tanpa sengaja melakukan knotting pada Tian? Marshall hendak mengeluarkan kelaminnya namun sudah terlambat. Tian kesakitan begitu Marshall hendak mencabutnya, merasa tidak tega mau tidak mau Marshall membiarkannya daripada Tian terus-terusan berteriak kesakitan dan ujung-ujungnya dia akan terluka.

"Jangan bergerak dan biarkan di dalam sana jika kau tidak mau terluka." ujarnya dengan lembut dan sedikit merasa bersalah karena tidak bisa mengontrol tubuhnya sendiri.

Knotting kemungkinan akan menghabiskan waktu selama 15 menit, disaat itu juga Tian harus menahan rasa sakit didalam analnya. Marsh membetulkan posisinya membiarkan Tian memeluknya dengan posisi yang tengah duduk berpangkuan secara berhadapan.

Aroma yang keluar dari kelenjarnya benar-benar enak sekali, Marshall tanpa sadar mengendus dan menjilat kelenjar dilehernya Tian secara tiba-tiba.

Didalam pelukannya Marshall, Tian berbisik
"gigit aku"

Seperti mendengar bisikan dari iblis, tiba-tiba saja Marshall tergerak dan mematuhi keinginan dari Tian. Marshall menyentuh lehernya dan menggigit kelenjarnya tanpa ragu akan konsekuensinya. Marshall hari ini benar-benar telah diracuni oleh omega yang bernama Tian itu.

Tian malam itu berhasil ditandai oleh Marshall dan Marshall juga berhasil melakukan knotting padanya. Tian jatuh pingsan di dalam pelukan Tian  setelah merasa cukup kelelahan.

Marshall memakai kembali pakaian dan celananya, ia juga membetulkan penampilannya yang tampak acak-acakkan. Marshal menutup tubuh Tian dengan menggunakan sweaternya sembari menunggu aroma Tian sedikit memudar. Marshall memeluk erat Tian yang ada dipelukannya takut omega itu akan kemasukan angin mengingat cuaca malam itu yang sangat dingin.

Setelah merasa aromanya Tian yang sudah mulai memudar, Marshall menggendongnya dan membawanya ke parkiran tempat di mana mobilnya tengah diparkirkan.

Marshall juga sempat menelpon Etthan jika ada pengawas datang yang mengecek kamar, Etthan harus mengizinkan mereka berdua bahwa Marshall sedang mengantar Tian kerumah sakit.

Etthan banyak bertanya padanya namun Marshall tidak ingin menjawabnya, ia hanya mengatakan bahwa Tian sedang tidak enak badan dan suhu badannya sangat tinggi. Etthan mempercayainya tanpa menaruh rasa curiga pada mereka sedikit pun.

My Roommate's an OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang