Bagian 20

11.1K 678 16
                                    

"Jadi aku sendiri yang tidak tahu apapun disini?"...

Tidak tahu ingin menjawab apa, Marshall dan Daven hanya terdiam membeku setelah mendengar perkataan Etthan.

Suasananya terasa lebih menegangkan saat diantara mereka bertiga tidak ada yang berani lagi untuk mengucapkan sepatah katapun.

"sa-sakit.. " rintihan pelan Tian yang berhasil mencairkan suasana di kala itu. Sontak ketiganya menoleh kearah Tian yang masih terbaring diatas ranjang Daven.

"Sakit? Tian apa yang sakit? " Daven berlari mendekati Tian, namun dengan cepat Marshall menghadangnya agar tidak menghampiri Tian lebih dekat lagi.

Daven mencoba mendorong Marshall pergi dari hadapannya, namun orang itu dua kali lipat lebih kuat darinya alhasil tubuh Marshall tidak bergeming sedikitpun dari hadapannya.

"Minggir.. "

"Sialan, kau masih berani untuk mendekatinya setelah apa yang kau lakukan? kau benar-benar alpha yang menjijikkan.. " Marshall mengepalkan erat tangannya menahan emosinya yang tertahankan dari tadi.

"Aku.." belum sempat untuk Daven menyelesaikan kalimatnya,  Marshall kembali menyambarnya..

"Mulai sekarang kau tidak boleh bertemu sama Tian, kalaupun kau ingin bertemu dengannya aku yakin dia tidak mau, karena dia akan membencimu sampai mati" Marshall berbalik dan menggendong Tian di belakang punggungnya. Badan Daven tidak bisa bergerak setelah mendengar apa yang dikatakan Marshall padanya. Tapi memang itulah konsekuensi yang harus ia dapatkan. Ia merasa sedikit menyesal, lagi-lagi ia membuat Tian semakin menjauh darinya, kali ini bahkan bukan hanya jauh darinya mungkin Tian juga akan membenci dirinya seumur hidup.

Tubuh Tian begitu ringan, saking ringannya Marshall merasa dirinya bukan membawa seorang manusia di belakang punggungnya. Marshall berjalan melewati Etthan begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya, mata mereka sempat bertemu namun Marshall berpaling dan sengaja untuk menghindarinya.

Dirumah sakit..
Hampir 30 menit lamanya sejak Marshall membawa Tian ke rumah sakit, dokter baru keluar dari ruangan tempat dimana Tian sedang dirawat sekarang.
"Bagaimana kondisinya dokter?" Marshall berdiri dan berlari kecil menghampiri dokter.

Dokter menghela nafasnya seolah-olah ia baru saja menyelamatkan nyawa seseorang, apakah kondisi Tian seberbahaya itu hingga dokter itu menghela nafasnya dengan begitu berat gumam Marshall dalam hatinya.

"Syukur saja bayi yang ada didalam kandungannya berhasil diselamatkan, hampir aja pasien akan mengalami keguguran akibat obat ilegal yang dikonsumsinya."

Marshall terkejut setelah mendengar perkataan sang dokter, ia mengira mungkin ia salah dengar jadi ia mencoba untuk bertanya sekali lagi padanya yang tengah menatapnya dengan raut kebingungan karena tidak mendapat tanggapan apapun dari Marshall.

"Dokter barusan kau bicara tentang bayi, apa maksudmu Tian sedang hamil?" ujarnya dengan raut wajah datarnya

Dokter mengangguk dengan antusias mengisyaratkan iya.

"Sudah berapa lama?"

"2 minggu"

Mengingat saat berhubungan sex kemarin dirinya tidak sengaja melakukan knotting, hal yang tidak diinginkan seperti ini bisa saja terjadi. Dokter tersenyum padanya lalu ia bertanya apakah Marshall adalah ayah dari anak yang sedang di kandung oleh Tian. Entah mengapa Marshall secara refleks menggelengkan kepalanya bukan mengangguk.

"Ah, saya kira kalian pasangan makanya saya memberitahu anda."

Marshall tertunduk lesu, ia merasa sedikit tidak nyaman setelah berbohong pada dokter itu. Barusan kepalanya bergerak hanya berdasarkan instingnya, ia sendiri bahkan tidak tahu alasan mengapa ia tidak ingin mengakuinya.

"Baiklah, kalau tadi anda adalah ayahnya saya sekedar hanya ingin mengingatkan untuk lebih sering memberikan feromonmu kepada omega itu, karena omega yang tengah hamil sangat membutuhkan feromon dari alphanya. Tapi sayang anda bukan ayahnya..."

"Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu, masih ada pasien yang harus saya rawat.. "

"Baik dok."

Marshall berjalan masuk kedalam ruangan dimana Tian sedang dirawat didalamnya. ia menghampiri dan berdiri di sampingnya, wajahnya Tian terlihat pucat pasi tapi tangannya terasa sangat hangat saat di genggam.

Marshall tidak tahu harus bagaimana, ia akan menjadi seorang ayah sedangkan ia masih ingin melanjutkan studinya di London. Ia merasa bingung setelah mendengar perkataan dokter tadi, tentang bagaimana seorang omega yang sangat membutuhkan feromon dari alphanya. Jika ia pergi kuliah sejauh itu apakah Tian akan baik-baik saja tanpa dirinya.

Marshall mengacak-acak rambutnya dengan kasar, pikirannya kacau dan tidak karuan. Ia hampir gila hanya karena memikirkan kekacauan yang telah ia lakukan, andai saja ia tidak knotting saat itu maka kemungkinan hal seperti ini tidak akan terjadi padanya gumamnya.

Mungkin karena pergerakan kecil yang telah dilakukan Marshall disampingnya, berhasil membuat Tian terbangun dari tidurnya.
"Marsh.. " panggil Tian dengan suaranya yang serak dan terdengar lemah sekali.

Marshall sontak mendongak kearahnya dan tersenyum padanya. Tian tidak bodoh, ia dapat melihat bahwa senyuman yang Marshall tunjukkan padanya sekarang adalah senyuman yang penuh dengan kepalsuan.

Tian ingin bertanya padanya bagaimana ia bisa ada dirumah sakit, namun ia memilih untuk mengurungkan niatnya. Jujur saja ia tidak bisa mengingat apapun, ingatan terakhirnya adalah saat dirinya mengantarkan pakaian ganti untuk Daven lalu ia minum dengannya, setelah itu tiba-tiba saja ia merasa mengantuk.

Ia takut Daven mungkin melakukan sesuatu yang buruk padanya, jadi lebih baik untuk dirinya tetap diam dan tidak perlu tahu apapun yang Daven lakukan padanya. Menjijikan itulah yang ia rasakan saat membayangkan niat jahat Daven padanya.

"Kau baik-baik saja? tidak ada yang terluka kan?" ujar Marshall dengan raut wajah yang penuh dengan kekhawatiran.

Tian menggeleng "Tidak, hanya saja aku merasa sedikit mual"

Marshall menggenggam erat tangan Tian, dan ia dengan sengaja menebarkan feromonnya kesekeliling Tian. Entah mengapa Tian merasa lega setelah menghirupnya, tubuhnya terasa lebih rileks dan rasa mualnya perlahan-lahan membuyar.

"Tian... " panggil Marshall dengan suara yang sengaja direndahkan dan sangat lembut sekali, mungkin inilah pertama kalinya Marsh memanggilnya dengan nada seperti ini.

"Eung?"  firasatnya merasa tidak enak apalagi setelah mendapat perlakuan yang tidak biasa dari Marshall barusan.

"Maafkan aku..Tian "

"kata dokter kau sedang hamil selama 2 minggu.. "

Jantung Tian berdegup sangat kencang, ia tidak percaya pasalnya karena mereka hanya melakukannya sekali saja tapi mengapa ia bisa langsung hamil. Saat melakukan pemeriksaan diri, dokter pernah mengatakan padanya bahwa dirinya tidak subur akibat dari terlalu banyak mengonsumsi suppressant oleh karena itu setelah menghabiskan masa heatnya dengan Marshall ia dengan sengaja tidak mengonsumsi pil kontrasepsi karena mengira bahwa dirinya kemungkinan besar tidak akan hamil. Tapi kenyataannya sekarang ia malah mengandung  anaknya dan Marshall.

"Tian"

Tian tersadar dari lamunanannya begitu Marshall memanggil namanya.

"Jadi apa yang akan kau lakukan pada anak itu?" tanya Marshall dengan raut wajahnya yang terlihat tidak senang.

"anak itu?" batin Tian berkata

Tian tahu Marshall pasti tidak bisa menerima kehadiran anaknya mengingat ia masih harus bersekolah di sekolah impiannya. Tian juga tidak ingin menghalangi mimpinya hanya karena bayi yang ada didalam perutnya.

"Aku tidak tahu.. " tiga kata yang berhasil keluar dari mulut Tian dengan ragu-ragu

"Tian.. bagaimana kalau kita gugurkan saja anak itu?"

My Roommate's an OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang