Sejak kejadian tidak senonoh itu, Tian memutuskan untuk menghindari Daven, bukan apa jika sekali lagi alpha itu kehilangan kendalinya maka entah apa yang akan ia lakukan pada Tian. Mungkin tidak hanya sekedar Blow Job saja, bisa saja sesuatu yang melewati batas seperti berhubungan sex mengingat Daven adalah seorang alpha yang tentunya memiliki tingkat nafsu yang sangat tinggi dan blow job saja masih tidak cukup. Tian bergidik ngeri saat membayangkannya. Ia belum siap untuk mengalami hal-hal semacam itu, selama ini saja ia menghabiskan masa heatnya dengan cara meminum obat-obatan tanpa pernah melakukan sex sekalipun. Ia tetap memilih meminum obatnya meskipun kata dokter suatu waktu obat itu juga memiliki resiko akan menghancurkan tubuhnya.
Tian pikir jika dengan cara menghindarinya maka ia bisa fokus belajar untuk menghadapi ujian, namun ia salah. Sudah 1 jam lamanya ia duduk sendirian dibelakang asramanya, ternyata satupun tidak ada yang berhasil nyangkut kedalam otaknya. Padahal ia sudah berada ditempat setenang ini dan tidak ada juga yang mengganggunya.
Tian mengacak-acak rambutnya dengan kasar kerena merasa kesal.
"Sial.. lusa sudah ujian dan aku masih tidak bisa fokus."Tian menutup bukunya dan kembali kedalam kamarnya, ia juga sempat berpapasan dengan Daven namun Tian secara terang-terangan mengabaikan dan menghindarinya. Ia tidak habis pikir setelah melakukan perbuatan menjijikkan kemarin, Daven bahkan tidak meminta maaf padanya. Daven bersikap layaknya hal itu tidak pernah terjadi, jadi apa beberapa ini hanya Tian sendiri saja yang merasa cemas pikirnya.
•
•Pada hari ujiannya, soal yang keluar memang sesuai dengan prediksi Tian, namun anehnya kali ini banyak lembar jawabannya yang kosong alias tidak terisi, Tian tidak bisa mengingat materi yang telah dipelajari olehnya di beberapa hari yang lalu. Otaknya benar-benar telah dicuci dengan pikiran yang tidak jelasnya.
Tian berdiri di papan pengumuman untuk melihat peringkat berapa kah dirinya berada. Jantungnya berdebar kencang saat tidak berhasil menemukan namanya di daftar peringkat 1 sampai 5.
Ia terus menurunkan pandangan matanya hingga ke peringkat 10, namun lagi-lagi ia tidak menemukan namanya.
"Sial, apa aku turun sejauh ini" bisiknya pelan
Matanya terhenti tepat di peringkat 12 di sana tertulis dengan jelas namanya. Tian mengepalkan erat jari-jarinya, ini adalah salah bajingan itu jika bukan karenanya yang sering mengganggu dan melecehkannya kemarin, tidak mungkin peringkat Tian berada di sejauh ini mengingat dirinya dari SD hingga SMP tidak pernah berada di posisi selain peringkat 1.
"Aku tidak salah lihatkan bahwa namaku ada di peringkat 12? sialan..." Tian mengoceh sendirian setelah melihat peringkat yang telah ia capai. Dengan begini, maka malam ini saat pulang ke rumah ia sudah pasti akan dipukul habis-habisan oleh ayahnya.
"Huf.. " Tian menghela nafasnya, baru saja memikirkannya ia sudah merasa sekujur tubuhnya kesakitan. Bagaimana jika ia terkena pukulan langsung dari ayahnya.
"Tunggu sebentar" Tian tidak hanya terkejut saat dirinya berada di peringkat 12, ia juga terkejut setelah melihat nama yang berada di peringkat 1 adalah Marshall, ia hampir tidak mengetahuinya jika tidak membaca ulang daftar peringkatnya. Ia tidak menyangka ternyata Marshall lebih pintar dari yang ia kira padahal tampangnya biasa-biasa aja, apa mungkin karena dia jarang berbicara jadi Tian tidak terlalu mengenali bagaimana sifat asli dirinya.
"Benar-benar diluar prediksi.. huf"
Saat berbalik badan, Tian tidak sengaja menabrak seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. Tian ingin memarahinya karena berdiri diam-diam saja di belakangnya tanpa suara, tapi ia mengurungkan niatnya begitu melihat ternyata orang itu adalah Marshall."Marsh.. " panggilnya
Marsh tidak menanggapinya, ia hanya fokus untuk menengok kearah di mana daftar kertas peringkat tertempel. Tian bergeser karena merasa kepalanya mungkin menutupi kertas itu.
Tian mendecakkan lidahnya, sudah jelas-jelas nama orang itu berada di peringkat 1 namun matanya masih tidak berhenti bergerak seolah-olah sedang mencari nama seseorang.
"Marsh, namamu ada disini." Tian maju dan menunjukkan di mana letak nama Marsh.
"Aku tau" jawabnya singkat
Tian tidak habis pikir jika ia tau mengapa ia masih melihat-lihat di sana, tapi mungkin saja Marsh ingin melihat peringkat teman-temannya, jadi itu bisa saja terjadi.
Mengingat kata teman, Tian tiba-tiba teringat dengan Etthan dan Daven, apa sebenarnya Marshall penasaran dengan peringkat mereka pikir Tian.
Tian kembali melihat daftar peringkat, dia juga ikut penasaran Daven dan Etthan berapa diperingkat berapa.
Tian mengerutkan keningnya dan ia semakin merasa kesal saat melihat peringkat Daven yang jauh diatasnya.
"Sial, dia berada di peringkat 4, ternyata dia tidak sebodoh yang terlihat."
Melihat peringkat Daven yang jauh diatasnya Tian berpikir apa beberapa hari ini Daven tidak merasa cemas pun setelah kejadian kemarin, jadi apa hanya dirinya yang merasa begitu.Tian melanjutkan mencari nama Etthan, dengan harapan orang itu ada dibawahnya. Akhirnya, Tian dapat bernapas dengan sedikit lega saat melihat Etthan berada dibawahnya dan ia mendapatkan peringkat ke 15. Dengan begitu orang dengan peringkat terendah di kamarnya bukanlah dirinya melainkan Etthan.
Tian hampir saja melupakan Marsh yang masih berdiri dibelakangnya. Tian bergeser dan kembali ketempat sebelumnya. Ia tidak sengaja termenung saat memperhatikan sisi wajah dari samping Marsh, fitur wajahnya sangat menarik dan ia juga benar-benar tampan. Kulit putih, rambut hitam dan alis tebalnya adalah suatu mahakarya terindah yang pernah Tian lihat.
"Sudah puas kau melihatku?" tanya Marsh dengan matanya yang masih fokus ke depan tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun kearah Tian.
Tian tersadar dengan tindakannya, sebenarnya apa yang barusan ia lakukan dan sejak kapan Marsh menyadarinya.
Tian salah tingkah karena malu tertangkap basah saat melihat Marsh.
"Ah iya, aku harus kembali ke kelas untuk bersih-bersih sebelum libur" Tian pergi begitu saja meninggalkan Marsh secara tiba-tiba.Marsh terheran-heran dengan tingkahnya barusan, mengapa ia harus sampai segelisah itu. Tian bukannya tertangkap basah mencuri pun.
Tapi kejadian barusan juga membuat Marsh sedikit penasaran apakah seorang alpha bisa menatap alpha lainnya dengan tatapan seperti yang dilakukan oleh Tian barusan.
"Apakah ini normal?" batinnya berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Roommate's an Omega
Fanfiction"Sialan, kau seorang omega tapi selama ini sekamar dengan kita para alpha..? " Homophobic GET OUT MY WAY!!!