Hati Tian merasa lega saat melihat Marsh kembali dan berdiri di depan pintu dengan teman-temannya, tapi Tian tidak melihat dia membawa apapun di tangannya. Sudah Tian duga pasti Marsh tidak sempat lagi untuk mengantri mengingat jam istirahat yang hampir berakhir.
•
•
•Sejak Daven mengetahui bahwa dia adalah seorang omega, hari demi hari bajingan itu semakin lengket dengannya. Entah di sekolah atau di asramanya orang itu terus-terusan mendekatinya, tentunya bukan untuk tujuan yang baik melainkan untuk membabukan dirinya.
Seminggu lagi akan ujian kenaikan kelas 11, dengan adanya Daven disisinya Tian benar-benar tidak fokus untuk belajar. Daven suka mengganggunya dan kadang-kadang saat ia melihat Tian sedang belajar maka Daven akan dengan sengaja menyuruhnya ini itu. Tian sedikit takut, jika begini terus-menerus bisa-bisanya dia bahkan tidak masuk ranking 5 besar dikelasnya.
Tian sudah berkali-kali meminta Daven untuk tidak mengganggunya saat dia belajar, namun Daven tidak mendengarnya.
Hal ini tidak boleh terjadi terus-terusan, oleh karena itu Tian memutuskan untuk mencari tempat yang tenang dan damai untuknya belajar, namun dimana lagi dia harus menemukan tempat seperti itu. Tian berkeliling cukup lama di sekolahnya untuk melihat-lihat namun hasilnya nihil. Tian memutuskan untuk kembali ke asramanya, siapa tahu di asramanya ada tempat yang tidak akan dikunjungi oleh siapa-siapa.
"Tapi dimana?" gumam Tian lirih
Saat melihat-melihat sekitaran asramanya, mata Tian tidak sengaja tertuju ke suatu tempat yang mungkin tidak akan dikunjungi oleh siapapun. Tempat itu adalah di belakang asramanya, kebetulan di sana juga ada sebuah kursi yang sudah tidak digunakan lagi.
Tian berlari kearah sana dan duduk diatasnya, memang sedikit menakutkan karena pemandangan di depan matanya sekarang adalah hutan yang sangat gelap dan terdapat semak-semak. Tapi setidaknya dia merasa tenang dan tidak ada yang akan mengganggunya untuk sekarang.
Tian menghabiskan waktu yang cukup lama untuk belajar di sana sendirian, sekiranya ia menghabiskan waktu 2 jam lamanya. Melihat langit yang mulai gelap, Tian berlari kembali kedalam kamarnya.
Saat membuka pintu kamarnya, Tian di kagetkan dengan Daven yang sudah berdiri tegak dihadapannya. Raut wajahnya seperti tidak senang saat melihat kehadiran Tian, padahal Tian hanya pergi belajar sebentar bukan pergi kabur dari dirinya selamanya.
Daven menarik tangan Tian secara paksa dan mendorongnya masuk kedalam toilet tanpa mengatakan sepatah katapun. Tian meronta untuk mencoba melepaskan dirinya namun tenaga pria itu sangatlah kuat dan yang ada malah tangannya yang kesakitan.
"Dari tadi kau kemana?" Pria itu menekan tubuh Tian ketembok dan menguncinya dengan kedua tangannya. Tian sedikit takut sekarang seolah-olah sorot mata pria yang berdiri di depannya sangat berbeda dari biasanya.
"Aku-.. aku pergi belajar di perpustakaan" jawab Tian tergagap-gagap
"BOHONG!! Aku barusan dari sana" bentaknya dengan suara yang sengaja di tinggikan. Tian yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan pria yang berdiri didepannya sekarang, Tian dapat dengan samar-samar merasakan hembusan nafas Daven yang sedang tidak beraturan. Tian benar-benar merasakan firasat yang tidak enak sekarang, dia ingin melarikan diri namun Daven dengan sengaja berdiri membelakangi pintu untuk menahan pintunya dengan badannya. Beberapa kali pun Tian mendorongnya pria itu sama sekali tidak tergerak.
Benar saja apa yang Tian takuti terjadi, tiba-tiba Daven melepas celana dan mengeluarkan kelaminnya yang sudah berdiri tegak. Daven kadang-kadang menggosoknya menggunakan tangannya, dari raut wajahnya tampaknya ia sangat menikmati masturbasi dengan menggunakan tangannya sendiri.
Tian sangat ketakutan, ia sudah berteriak berkali-kali namun tidak ada yang mendengarnya.
"Berisik, sialan." Daven menutup mulut Tian dengan menggunakan tangannya, Tian merasa sangat jijik, ia hampir saja muntah mengingat tangan Daven yang bekas di gosokkan di kelaminnya sekarang menempel erat di mulutnya."Sekali lagi kau teriak liatlah apa yang akan aku lakukan padamu." Daven melepaskan tangannya, dan kembali menggosok-gosok kelaminnya dengan sangat cepat, tapi anehnya ia tidak bisa ejakulasi meskipun sekarang dia benar-benar terangsang.
Beberapa menit yang lalu, Daven mengelilingi sekolah untuk mencari Tian. Dia sudah mencari Tian disemua tempat namun dia tidak kunjung menemukannya. Lalu ia tidak sengaja tersesat ke depan ruang kelas khusus omega, di kala itu Daven tidak sengaja melihat ada keributan didepannya, ia mengira ada terjadi perkelahian atau barang kali ia bisa menemukan Tian disana. Sialnya, saat Daven menghampiri mereka ternyata itu bukanlah sedang terjadi perkelahian melainkan ia melihat seorang omega yang tengah heat ditengah-tengah kerumunan itu. Omega yang sedang dalam masa heat akan mengeluarkan aroma feromon yang kuat, biasanya para Alpha akan terpengaruh saat menghirup aroma feromon Omega. Daven sempat menghirupnya, dan benar saja ia langsung merasa bergairah dan bersemangat dengan feromon omega sekuat itu.
Daven berlari kembali kedalam kamarnya, ia mengira kelaminnya bisa tenang begitu ia menjauhkan dirinya, namun aroma omega itu terus terbayang-bayang olehnya dan bahkan mungkin menempel pada dirinya.
Daven sudah tidak tahan lagi, ia mendorong Tian agar menunduk didepannya lalu tanpa kesadaran ia meminta Tian untuk menghisapnya.
"Hisaplah sekarang, CEPAT!!.. Aku sudah tidak tahan."Tian tentunya menolak, ia menggeleng berkali-kali tidak ingin melakukan perbuatan menjijikkan itu. Tapi ia tidak berkutik saat Daven kembali mengancamnya dengan identitas aslinya.
"Buka mulutmu!!" Daven menggunakan kedua jarinya untuk membuka paksa mulut Tian, lalu ia memasukkan kelaminnya kedalam mulut Tian.
"Ah.. " erang pria itu saat dia memajukan mundurkan pinggulnya dengan pelan di depan wajah Tian. Pikiran Tian serasa kosong, ia terus-terusan menangis saat mengulum paksa benda yang ada dimulutnya sekarang.
"Awas kalau sampai kena gigimu." Daven memegang kepala Tian untuk memaju mundurkannya secara paksa.
Merasa kesal karena Tian terus-terusan menunduk, Daven mengangkat paksa wajahnya dan ternyata ia sedang menangis tersedu-sedu dan berusaha untuk menyembunyikannya dari Daven. Wajahnya sangat cantik saat menangis, Daven semakin bergairah dan ia mempercepat gerakan pinggulnya, nafasnya terengah-engah dan erangannya semakin kuat sepertinya tanda-tanda ia akan segera ejakulasi.
Daven dengan segera mengeluarkan kelaminnya dan menggosoknya menggunakan tangannya sendiri dengan sangat cepat, matanya tidak berhenti memandang kearah Tian yang tengah jatuh berlutut dan terisak-isak didepannya.
"Ah..... " erangan terakhir yang keluar dari mulut Daven begitu cairan putih dan kental keluar dari kelaminnya. Daven membersihkan dirinya dan cairan spermanya menggunakan tisu toilet. Ia juga melemparkan tisunya pada Tian yang masih nangis tersedu-sedu agar untuk menghapus air matanya sebelum dilihat oleh Marsh atau Etthan.
tok.. tok.. (Suara pintu diketuk)
Keduanya sontak menoleh kearah pintu toilet..
"Siapa di dalam? buruan aku mau pipis." Teriak Etthan disebalik pintu. Mendengar itu Daven dan Tian segera membenarkan penampilan mereka yang tengah acak-acakkan. Tian segera berdiri dan sebelum itu ia juga berkumur untuk membersihkan mulutnya.
Daven merasa sedikit bersalah padanya, pasalnya ia benar-benar kehilangan kendali atas dirinya sendiri padahal dirinya seorang alpha dominan. Berakhir mengakibatkan dirinya harus melampiaskannya pada Tian.
Tian membuka pintunya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Daven, melihat sikap dinginnya Daven merasa semakin bersalah.
"Loh kalian berdua satu toilet?" tanya Etthan saat melihat mereka berdua keluar bersamaan dari dalam toilet itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Roommate's an Omega
Fanfiction"Sialan, kau seorang omega tapi selama ini sekamar dengan kita para alpha..? " Homophobic GET OUT MY WAY!!!