Bagian 3

14.2K 909 2
                                    

"Kau tidak dengar sialan? aku tanya apa kau sudah makan atau belum?" pria itu mengulang pertanyaannya setelah tidak mendapat jawaban dari Tian, ia juga merasa cukup kesal dengan tatapan yang dilontarkan oleh Tian kepadanya, betapa songongnya pikir pria itu setelah melihat Tian.

"Sudah" jawab Tian singkat

"Benar-benar menyebalkan, kau cukup songong juga mentang-mentang kau anak pewaris Hadriane, aku juga tidak kalah . . " Salah satu dari mereka menutup mulut pria berisik itu dengan segera, tidak ingin lagi mendengar omong kosongnya.

"Ehem karena kita sudah menjadi teman sekamar, bagaimana kalau kita saling berteman? tapi kita kenalan dulu." Ujarnya dengan nada yang ramah dan terkesan tulus bagi Tian. Tian merasa lega setelah mengetahui ada juga yang waras diantara mereka bertiga. Tian mendengarkan dengan saksama apa yang akan dikatakan oleh pria waras itu, ia juga bangun dan duduk untuk memudahkan melihat mereka satu persatu.

"Kenalin aku Etthan, si kulkas ini namanya Marshall cukup panggil dia Marsh, dan ini.. " Etthan melepaskan tangannya dan ragu-ragu untuk mengatakannya "eung, sepertinya kau cukup panggil dia Daven atau tidak Vendra terserahmu, tapi dia lebih suka dipanggil Daven jadi panggil saja dia Daven."

"Apa tujuanmu memberiku pilihan, ujung-ujungnya kau yang memilih." batin Tian berkata

"Giliranmu, namamu siapa?" tanya Etthan balik pada Tian, Tian bingung dia harus mengenalkan nama lengkapnya atau nama panggilannya, tapi ssbelumnya mereka sudah melihat kartu identitasnya dan Daven juga sudah tahu bahwa dia dari keluarga Hadriane jadi lebih baik dia mengenalkan nama panggilannya saja.

"Panggil aku Tian." jawabnya singkat dan dengan ekspresi datarnya

"Oh jadi nama panggilanmu Tian, ayo Tian turun kita makan bersama." Tian menolak ajakan Etthan, ia sudah diperingatkan oleh ayahnya untuk menjaga jarak dengan para Alpha sejak dulu, ayahnya takut jika mereka terlalu dekat atau akrab semuanya akan semakin mudah terbongkar jadi mau tidak mau Tian harus membangun tembok yang tinggi diantara mereka, meskipun mereka teman sekamarnya.

"Nah lihat, aku bilang apa si songong itu benar-benar ya. Lihat nanti kedepannya aku akan membuatmu tunduk padaku." ujar Daven yang tidak terima dengan perlakuan Tian tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Disepanjang malam mereka sibuk mengobrol dan menikmati makan bersama untuk merayakan hari dimana mereka akan menjadi teman sekamar, Tian sewaktu-waktu juga diam-diam mengintip kearah mereka bertiga, ia sangat ingin berkumpul, makan dan bercerita bersama mereka, tapi sepertinya itu tidak akan pernah bisa terjadi.

Tian memejamkan kedua matanya, berharap hari ini cepat berlalu dan ia ingin segera pergi ke sekolah besok. Ia penasaran dengan sekolah barunya tapi ia paling penasaran dengan apa isi perpustakaannya mengingat ia sangat menyukai buku. Perpustakaan sekolah top 1 pasti banyak buku menarik terutama buku-buku sejarah, buku sejarah adalah jenis buku yang paling ia sukai.

Sebelum matahari terbit Tian sudah bersiap-siap, alasan ia bangun cepat adalah Tian tidak ingin mengantri saat mandi dan sikat gigi, ia ingin melakukannya dengan penuh damai tanpa ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamar mandinya dan memintanya untuk buru-buru.

Orang yang bangun kedua adalah Marshall, pria ini sedikit misterius dan menurut Tian juga menakutkan, Tian sempat berpapasan dengannya namun ia merasakan getaran yang sangat berbeda sepertinya dia adalah alpha dominan aura kehadirannya juga sangat kuat sekali. Sialnya, dia juga yang menempati ranjang yang ada dibawah Tian. Sedangkan Daven menempati ranjang dibawah Etthan.

Sekedar bertatapan mata saja Tian sudah merasa terpojokan apalagi berbicara dengannya pikirnya, jadi Tian memutuskan untuk tidak menyapanya dan mengabaikannya begitu saja.

Tian mengambil tas dan memasang sepatunya, ia berangkat terlebih dahulu ke sekolah dibandingkan ketiga teman sekamarnya. Alasan ia berangkat pagi-pagi adalah sekolah masih belum ramai dan ia tidak suka menjadi bahan pembicaraan orang lain, cukup waktu smp saja begitu ia tiba disekolah, orang-orang tidak berhenti untuk menatap dan menggosipinya secara terang-terangan. Ia berharap saat SMA ini ia tidak akan melalui hal seperti itu lagi, mengingat pemikiran mereka yang sudah mulai dewasa.

Tian menemukan kelasnya dan ia sengaja memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, ia sangat menyukai pemandangan yang ada diluar jendela selain membuat semangat juga membuat ia tidak mengantuk saat menatap kearah luarnya.

Tian melihat teman sekelasnya mulai berdatangan satu persatu, ia juga merasa canggung apalagi mereka semua adalah alpha, dan dia satu-satunya omega yang bersembunyi diantara mereka. Ia sudah bertahun-tahun berlatih bagaimana bersikap sebagai seorang alpha seharusnya sekarang tidak ada yang akan mencurigainya.

Tian juga melihat ketiga teman sekamarnya datang bersamaan memasuki kelas, andai saja ia bisa berteman dengan mereka mungkin sekarang Tian sedang berdiri diantara ketiganya.

"Huf" Tian menghela nafasnya kasar

"Hey apa-apaan? begitu lihat kami tiba kau langsung menghela nafas seperti itu?" Daven menghampiri Tian yang sedang duduk diam, padahal jelas-jelas tadi tidak ada satu pun yang menyadari kehadiran Tian, tapi berkat si bodoh ini semua orang melihat kearahnya.

Satu persatu bisikan mulai terdengar ditelinga Tian, lagi-lagi yang mereka pertanyakan apakah benar aku seorang alpha atau bukan, Tian kesal mengingat mereka yang tidak ada pembahasan lain selain bertanya-tanya tentang gendernya.

"Menyingkirlah, aku tidak mengenalmu" Tian mengusir Daven sebelum dia benar-benar mengacaukan segalanya. Tanpa terduga ucapan Tian berhasil membuat teman sekelasnya menertawai Daven yang seperti orang linglung saat ini. Padahal ini adalah hari pertama dan Daven sudah bertingkah sok kenal dengan orang-orang.

"HAH? Sialan, tunggu saja dirimu..." Daven sebelum beranjak pergi sempat untuk menendang kaki meja Tian, membuat Tian sedikit terkejut.

"Hey apa dia benar-benar seorang alpha? dilihat dari mana pun dia adalah seorang omega atau tidak beta" Deg, jantung Tian berdebar kencang, saat masih SMP mungkin ia masih bisa mengelak karena saat itu pertumbuhan fisik mereka yang masih belum terlalu menonjol dan akan mudah untuk membohongi mereka, namun tidak dengan SMA tubuh mereka sudah bertumbuh pesat dan ciri fisik mulai kelihatan apakah berbohong masih berguna sekarang tanya Tian didalam hatinya.

"Dia alpha cacat." tanpa terduga sahutan orang itu berhasil membuat satu kelas tertawa terbahak-bahak. Sahutannya terdengar tepat dibelakang Tian, sepertinya pria itu duduk dibelakangnya. Tian penasaran siapa yang mengatainya barusan, ia benar-benar ingin mencabik-cabiknya sekarang.

Tian menoleh kebelakang namun ia sedikit terkejut saat mengetahui siapa yang mengejeknya dengan kata alpha cacat barusan.

"Marshall?"

My Roommate's an OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang