Bagian 7

8.6K 630 4
                                    

Sesampainya di rumah, ayahnya bahkan tidak memberinya waktu untuk beristirahat padahal dia sudah sangat mengantuk.
"Tian kemari lah ikut ayah." Ayahnya berjalan mendahuluinya, disaat inilah Tian berharap ia tidak pulang ke rumah. Tian sudah tau kemana ayahnya akan membawanya pergi dilihat dari arah tujuannya.

Itulah ada gudang rumah, tempat dimana ayahnya akan menghukumnya jika ia melakukan kesalahan.
"Ayah dengar kau tidak mengumpulkan pr mu? apa  itu benar?"

Tian mengangguk, tidak berani menyangkal sedikit pun ucapan ayahnya. Ia ingin membela dirinya namun ayahnya pasti tidak akan mempercayainya.

Malam itu Tian dikurung di dalam gudang selama semalaman, kakinya juga merasa sakit dan berdenyut setelah mendapat 20 kali pukulan dengan menggunakan rotan.

Tian malam itu sama sekali tidak bisa terlelap, ia memeluk kedua lututnya dan membayangkan kembali apa yang ia lihat di rumah makan tadi. Tian sebenarnya juga sangat ingin seperti mereka, menikmati malam minggu di luar dan bersenang-senang tidak seperti dirinya yang malah terkunci di dalam gudang yang gelap dan dingin.

Pada hari minggu malam, ayahnya kembali mengantarnya ke asramanya. Tian merasa sangat kesakitan di kakinya, bahkan mau berjalan jauh saja dia tidak bisa. Malam itu Tian memilih untuk tidur di depan meja belajarnya ketimbang ia harus bersusah payah dengan kakinya yang kesakitan untuk merangkak keatas tempat tidurnya yang cukup tinggi. Awalnya ia ingin mencoba untuk bertukar tempat tidur dengan Marsh tapi ia terlalu malas untuk berbicara dengannya, alhasil ia mengurungkan niatnya.

Pagi itu karena terburu-buru, Tian lupa mencabut kuncinya yang masih tertancap di lemarinya, ia pergi begitu saja tanpa mengecek kembali barang-barangnya. Tian cukup cuai, dia tidak akan mengira bahwa hari ini adalah hari dimana seseorang akan mengetahui rahasia besarnya.

Daven hari ini datang lebih terlambat ke kelasnya, ia meminta Marsh dan Etthan untuk berangkat terlebih dahulu dengan alasan dia sakit perut dan ingin pergi BAB. Alasan yang sebenarnya adalah dia ingin mengecek apa isi di dalam lemari Tian. Daven tidak sengaja melihat kunci Tian yang masih tergantung di lemarinya saat mengambil kaos kaki barunya, letak posisi lemari Daven adalah tepat disebelah kiri lemari Tian jadi hal itu bisa saja terjadi.

Setiap hari ia memperhatikan gerak-gerik Tian yang mencurigakan saat membuka lemarinya. Anehnya pria itu hanya membuka secuil pintu lemarinya dan memilih bersusah payah untuk mengeluarkan barang maupun pakaiannya dengan lubang yang sekecil itu ketimbang membuka lebar pintu lemarinya. Karena hal inilah yang membuat Daven bertanya-tanya apa yang disembunyikan oleh Tian didalamnya.

Begitu Marsh dan Etthan pergi, Daven membuka pintu lemarinya dengan tergesa-gesa takut tiba-tiba salah satu dari ketiganya kembali dan melihatnya. Daven terbelalak saat ia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Daven berseringai, akhirnya hari dimana ia akan menundukkan Tian dibawah kakinya tiba juga.

Tian masih tidak sadar dengan kuncinya yang masih tertancap dilemarinya. Jika ia menyadarinya, mungkin sekarang ia memilih untuk berlari ke asramanya untuk mengambil kunci lemarinya meskipun dengan kakinya yang sedang kesakitan.

Daven telah mengetahui rahasia besar Tian saat melihat obat khusus omega yang bejejer di dalam lemarinya, obat-obatan itu berguna sebagai  penekan heat dan menekan feromon agar tidak ada yang bisa mencium aroma omega dari tubuh Tian. Kecurigaannya terhadap Tian selama ini benar, Tian mungkin saja bisa membohongi orang-orang tapi Tian tidak bisa membohongi insting Daven yang mengatakan dia adalah seorang omega sejak awal mereka bertemu. Kartu identitas bisa dipalsukan mengingat keluarga Tian yang bukan orang biasa.

Daven tidak akan memberitahukannya pada orang-orang, ia akan menggunakan rahasia ini untuk mengancam Tian jika Tian tidak menuruti perintah dan kemauannya.

"Menyenangkan" gumamnya pelan.

Saat jam istirarahat berlangsung tiba-tiba saja Daven menghampiri Tian yang tengah membaca bukunya. Tian mengira Daven akan mengajaknya ribut lagi, tapi ternyata hari ini tampaknya dia sedikit berbeda.
"Ada yang mau aku omongin, ikut aku." pintanya pada Tian, dan tentu saja Tian spontan menolak bajingan itu, ia takut jika Daven akan kembali mengerjainya lagi dengan cara yang lebih licik.

"Tidak mau?"

"Jadi kau lebih memilih aku membocorkan rahasiamu pada orang-orang? ah baiklah." Tian mengernyitkan dahinya mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Daven barusan. Apa Daven telah mengetahui rahasianya tapi bagaimana bukankah kartu identitasnya adalah bukti bahwa aku adalah seorang alpha. Pikiran Tian benar-benar tidak karuan sekarang dan ia merasakan firasat yang tidak enak.

"Teman-teman sebenarnya ada rahasia yang ingin aku omongin !!" sontak teman sekelasnya menoleh kearah mereka berdua tanpa terkecuali. Beberapa hari yang lalu mereka terlibat perkelahian apa sekarang mereka akan memulainya lagi pikir teman sekelasnya setelah melihat Daven dan Tian berdiri berdampingan.

"Jadi sebenarnya... " (Terpotong)

"Daven.. baiklah aku akan ikut.. sekarang juga hentikan!!" Tian menelan ludahnya, ia benar-benar takut jika rahasia yang akan diungkapkan oleh Daven barusan adalah rahasia tentang dia adalah seorang omega. Tapi bagaimana bajingan itu mengetahuinya, tapi setelah diingat-ingat Daven tidak bodoh dan ia cukup licik jika tentang hal balas membalas.

"Yeah, come on.. " Daven berjalan mendahuluinya, Tian tetap mengekorinya meski dengan tangan dan kakinya yang mulai gemetaran.

Daven membawa Tian ke belakang sekolah, ia sengaja mencari tempat sepi dimana tempat yang tidak dikunjungi oleh siswa dengan itu tidak akan ada yang akan mendengar obrolan mereka. Tiba-tiba saja bajingan itu mendorong bahu Tian sekuat tenaga hingga menyebabkan badan Tian menabrak dinding sekolah. Tian sempat meringis kesakitan, ia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang bajingan itu lakukan padanya.

Tian membelalakkan matanya saat tiba-tiba saja Daven mengendus-endus lehernya. Tian meronta-ronta untuk melepaskan cengkraman pria itu, namun tenaga alpha yang sesungguhnya sangat lah kuat dan bahkan badan Daven tidak tergerak sedikitpun.

"Daven, apa-apaan? lepaskan!"

Daven menatap tajam kearahnya, seketika Tian menciut. Baru kali ini ia merasa takut dengan pria yang berdiri didepannya, apa itu karena Daven sudah tahu bahwa dia adalah seorang omega. Hal itu mengakibatkan naluri dominannya muncul saat berhadapan dengan omega.

"Hah? aromamu benar-benar tersamarkan dengan baik. Aku hampir saja percaya dengan kebohonganmu selama ini." Daven melepaskan cengkramannya dan alasan ia mengendus lehernya barusan adalah untuk memeriksa feromon Tian.

"Apa maksudmu? aku tidak mengerti.. "

"Jangan pura-pura bodoh, kau kira aku tidak tahu hah? kau adalah seorang omega."

Deg, jantung Tian berdegup lebih kencang dari sebelumnya, tangannya dingin dan kakinya gemetaran. Apakah ini adalah akhir dari dirinya, tapi ia masih bisa mengelak jika Daven masih tidak menemukan bukti apapun tentang dia adalah seorang omega.

"Ti-tidak aku bukan omega, apa kau punya buktinya?" Pertanyaannya berhasil keluar dari mulutnya meskipun dengan sedikit gagap dan terdengar jelas bahwa suaranya juga gemetaran.

Daven merogoh kantung disaku celananya dan ia mengeluarkan dua botol putih kecil yang berisi beberapa butir pil di dalam masing-masing botol. Tian tentu saja mengenali obat apa yang ada ditangan Daven sekarang. Ia sudah mengonsumsinya bertahun-tahun akan sedikit lucu jika ia masih tidak mengetahuinya. Tapi darimana bajingan itu mendapatkan obatnya pikir Tian.

My Roommate's an OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang