Bagian 19 🔞

15.6K 705 4
                                    

Ternyata Tian tiba lebih cepat dari yang Daven duga, ia bahkan mengira Tian tidak akan datang menemuinya.

"Masuklah" ujarnya kepada Tian yang tengah berdiri mematung dengan raut wajah cemberutnya. Bagaimana Tian tidak merasa kesal, bahkan sampai akhirpun bajingan ini tidak berhenti untuk mengganggunya padahal ia berencana ingin menghabiskan hari terakhirnya bersama dengan Marshal di asrama.

Tian membuka tasnya dan mengeluarkan pakaian dan celana yang diinginkan Daven. Begitu ia menyodorkannya Tian hendak berbalik dan berjalan pergi namun berhasil di tahan oleh Daven.

"Apa lagi?" tanya Tian dengan nada yang sedikit tidak menyenangkan

"Tunggu, temani aku sebentar, setelah ini aku tidak akan mengganggumu lagi, aku janji." ujarnya yang masih menahan tangan Tian agar ia tidak pergi, mana mungkin Daven ingin menyia-nyiakan kesempatan terakhirnya ini.

"TIDAK"
Daven sedikit terkejut, pasalnya Tian menolaknya dengan cepat tanpa berpikir panjang.

Tian sebenarnya sedikit takut dengan Daven apalagi jika mereka hanya berduaan, ia takut Daven akan berbuat macam-macam terhadapnya seperti apa yang pernah ia lakukan padanya di toilet asrama. Untuk mencegah hal itu terjadi, selama ini Tian sudah berusaha untuk menjauhkan diri darinya.

"Please, 5 menit aja.. apa kau tega aku bahkan udah bikin cemilan untuk kita mengobrol.. "

Tidak tega setelah melihat raut wajah Daven, Tian menyetujuinya. Mungkin juga hari ini adalah pertemuan terakhir mereka berdua jadi tidak masalah baginya untuk menghabiskan waktu 5 menit dengannya.

"Baiklah 5 menit, jangan lebih!!"

Daven tersenyum lebar setelah mendengar jawaban Tian. Tian merasa tidak enak mengingat bajingan itu terasa lebih lembut dan sering tersenyum padanya. Apa hanya dengan duduk berdua selama 5 menit bisa membuatnya tersenyum sebahagia itu gumam Tian.

Tian berjalan menghampiri ruang tamu dan mendaratkan pantatnya di atas sofa yang sangat empuk sekali. Sementara Daven ia pergi ke arah dapur untuk mengambil kue yang konon katanya buatannya sendiri dan segelas kopi sebagai pendamping.

Mungkin karena tidak enak badan, kue yang terlihat sangat enak di depan matanya sekalipun tidak berhasil untuk menggugah seleranya. Berakhir ia hanya meneguk kopi yang ada di gelasnya hingga tidak menyisakan setetes air pun didalamnya.

"Aku pulang"

Lagi-lagi Daven menahannya dan memaksanya untuk mencoba meskipun hanya sesuap kue yang sudah ia buat dengan bersusah payah. Tian menolak dan ia bahkan memarahi Daven, ia marah karena Daven hari ini benar-benar lebih menyebalkan dari biasanya apalagi dengan sikap lembutnya. Tian mengatakan padanya bahwa ia lebih suka dengan Daven yang bersikap kasar padanya, setidaknya ia terlihat lebih jujur dan tidak munafik seperti sekarang.

"Maaf aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu."

Tian tidak ingin berlama-lama lagi, ia merasa kelopak matanya tiba-tiba terasa berat dan ia mulai mengantuk. Hanya mampu berjalan beberapa langkah, kemudian Tian terhuyung hampir terjatuh namun dengan cepat badannya berhasil ditopang oleh Daven. Berakhir Tian jatuh kedalam pelukannya Daven.

Daven pura-pura panik dan tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Tian.

"Aku ingin kembali ke as... " Tian tertidur pulas didalam pelukan Daven sebelum berhasil menyelesaikan perkataannya.

Daven tidak menyangka efek obat tidurnya akan bekerja secepat ini. Pamannya memang benar-benar bisa diandalkan dalam hal kotor begini. Nampaknya ia harus berterima kasih banyak pada pamannya kelak.

Daven membawa Tian kedalam kamar dan membaringkannya ketempat tidurnya. Akhirnya apa yang dia inginkan selama ini akan tercapai begitu mudah.

Daven bangga pada dirinya, meskipun selama ini ia sangat menyukai Tian tapi ia benar-benar berhasil menahan dirinya hingga hari ini tiba.
"Aromanya sangat enak" Daven mengendus di area lehernya dan pelan-pelan beralih kebibir mungilnya. Agak membosankan, karena hanya dirinya yang bergerak seharusnya ia membiarkan Tian dalam keadaan sadar, tapi setelah mengingat temperamennya yang tidak mendukung lebih baik begini saja gumam Daven.

My Roommate's an OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang