Chapter 33

1.2K 108 19
                                        

Satu malam menginap di rumah sakit dan ditunggui Sagara rasanya seperti mimpi. Padahal, malam di mana Biru harus dirawat itu dia sudah memberikan sejumlah uang kepada Rega agar teman laknatnya itu mau menunggunya. Toh cuma semalam saja.

Biru masih keluar masuk toilet karena rasa ingin buang air kecil itu makin lama makin sering. Sakitnya menetap dan masih berdarah. Sagara, berperan selayaknya suami siaga yang sedang ngambek karena seluruh tindakannya nyaris dilakukan tanpa kata. Mengantar Biru ke toilet, memberikan makan dan minum, bahkan membantu menyalakan dan mengatur suhu AC.

Biru juga ikut diam, bukan ngambek hanya bingung dan menempatkan diri sendiri. Dia takut diabaikan saat mencoba untuk mengakrabkan diri. Saat tidak ingin ke toilet, Biru akan berbaring ke samping kiri memunggungi Sagara.

Jelang siang, setelah visit dokter tidak hanya Sagara yang ada di sana. Mamanya Sagara dan juga Aksa turut hadir menjemput. Dokter sudah bicara panjang lebar kepada Biru dan Mama Sagara sebagai wali yang bertanggung jawab.

"Pulang ke rumah Tante aja mau?" tawar Mama Sagara.

"Ke rumah aja, Tan. Kan ada adek juga, kasian kalau ditinggal."

"Ya diajak, biar ada yang ngurusin, mau, ya?"

Biru melihat punggung Sagara yang duduk bersebelahan dengan Aksa yang sedang menyetir. Hatinya tidak akan kuat jika harus berdekatan dengannya. Semalam saja berada dalam satu ruangan membuatnya menahan diri.

"Terima kasih, Tante, tapi di rumah aja. Nanti aja ke rumah Tante kalau udah sehat."

"Janji, ya, nanti jangan lupa ajak adikmu. Udah lama Tante gak liat dia."

"Sekarang kayaknya Jingga di rumah deh, Tante pasti ketemu. Eh bentar aku telepon dia dulu."

Biru merogoh kantongnya dan membuka aplikasi chatting untuk menghubungi Jingga.

"Ngga, di rumah?"

"Iya, A. Kenapa semalam gak pulang, Aa tidur di mana?" Biru meringis, dia memang sengaja tidak mengabari Jingga.

"Di hotel."

"Ih, Aa abis ngapain. Jangan macem-macem ya A."

"Gak ada yang macem-macem, Ngga. Semacem doang."

"Serius A!"

Biru terkekeh, "iya, serius. Ngga, bisa tolong siapkan tempat tidur Aa. Agak pusing, ini maunya langsung tiduran."

"Oh, di tempat biasa, A?"

"Ya. Buruan ya, Aa udah dekat. Jingga udah makan? Biar sekalian aa belikan."

"Aku masak nasi banyak semalam. Kirain aa mau pulang, trus udah ngungkep ayam sama tempe. Jadi gak usah beli apa-apa."

"Minuman?"

"Tadi udah jajan Boba, buat Aa juga ada."

"Oke. Makasih, Ngga."

Biru meringis saat menutup teleponnya. Penyakit yang dia derita saat ini mengharuskan Biru menghindari minuman selain air putih. Penjelasan dokter tadi mengatakan ada luka di ginjalnya. Bahasa awamnya, ada saringan di ginjal yang sedikit bocor, jadinya semua masuk ke urin termasuk protein, darah dan hal-hal yang tidak seharusnya masuk ke ginjal.

Jika orang normal diharuskan minum sebanyak 2liter per hari maka biru harus minum 3 liter air putih dan tidak minum cairan lain selain air putih. Apa pun itu termasuk susu.

"Aksa sama adiknya tidak sedekat kamu sama adikmu," komentar Mama Sagara. Biru yang sedang termenung sontak menoleh.

"Ah, hehe,"

SAGARA BIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang