Ketika kasus orientasi seksualnya mencuat ke permukaan publik, Sagara ingin sekali membiarkan ini semua mengalir aja. Tidak apa-apa semua orang tahu, tidak masalah dunia tahu, toh memang kenyataannya seperti itu. Sayangnya tidak bisa begitu, saat disidang di sekolah, saat dia mengundurkan diri dan saat Anita nekad mencelakai dirinya dia tadinya mau bilang iya. Iya saya Homo, saya suka sesama jenis, semua yang dikatakan di thread itu benar! Tapi Sagara masih punya Biru, tujuan hidupnya yang baru.
Masa depan Biru dan Jingga masih panjang. Tidak boleh dihancurkan dengan berita itu. Sagara dibantu Aksa menyelesaikan semuanya, membawa Jingga ke rumah sakit, membiayai pengobatan perempuan itu dan menyelesaikan masalah itu sampai berita tidak lagi bermunculan.
Sagara baru bernapas lega saat dia berhasil menyelesaikan semuanya, membawa tindak tanduk Anita ke ranah hukum dan memastikan Jingga dan Biru aman.
"Dek, anak magang yang kamu bantu apply pengajuan ke perusahaan itu sebenarnya siapa? Apa hubungan kamu sama dia?" tanya Aksa, Sagara yang baru saja tiba di ruangan kerja Aksa langsung diberondong pertanyaan. Tadinya Sagara mampir mau memastikan Biru baik-baik saja, sekalian juga menyelesaikan masalah perizinan yang sedang dia usahakan.
"Kenapa emang, Kak?"
"Jawab dulu nanti aku ceritakan."
Melihat kesungguhan Aksa, Sagara yang tadinya hendak merahasiakan status Biru akhirnya jujur.
"Dia kakaknya anak didik aku di sekolah sekaligus pacar baru aku, Kak."
Aksa sudah bisa menduga mengingat Saga memang selalu punya pacar pria yang lebih muda darinya.
"Udah Kakak duga, tapi ini umur kalian jauh banget, kamu gak apa-apa sama dia? Maksudnya dia ini baru mau 22 umurnya."
"Gak masalah, sih. Kok bisa nebak gitu aja?"
"Keliatan, gak usah capek-capek mikir. Gini, ini CV dia, ini identitas dia, dan ini orang yang sedang Kakak cari selama ini atas permintaan papa."
Aksa membeberkan lembaran identitas Biru, lembar identitas orang-orang yang sedang kakaknya cari atas permintaan papanya.
"Ini ada apa sebenarnya, Kak?" Sagara mengerutkan kening kala melihat kesamaan identitas antara Biru dan orang yang dicari papanya. Hanya saja fotonya yang berbeda, dalam foto masih terlihat muda.
"Pacarmu gak pernah cerita soal ayahnya?"
"Enggak sepenuhnya, sih, tapi ayahnya sekarang jadi warga binaan di rutan. Dan Biru benci banget sama ayahnya gara-gara dia korupsi. Biru malah sampe marah banget gara-gara Jingga jenguk ayahnya diam-diam. Ngerayain ulang tahun ayahnya gitu gitu."
"Ibunya meninggal, kan?"
"Iya, pas zaman Covid, serangan jantung gegara kasus ayahnya itu."
Aksa mengangguk, dia berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah kulkas mini yang ada di sudut ruangan kerjanya.
"Mau soda?"
"Boleh."
Sagara berterima kasih saat menerima sekaleng soda rasa lemon. Bukan kesukaannya sih, tapi di cuaca yang panas begini emang paling enak minum minuman berkarbonasi ini.
"Papa sakit sebenernya bukan masalah fisiknya aja yang lemah, Dek. Papa itu banyak pikiran," ungkap Aksa.
"Mikirin aku ya, Kak?"
"Salah satunya, dia kek ngerasa bersalah Banget bikin kamu sama mama jauhan padahal Papa tau banget segimana dekatnya kamu. Sisanya papa mikirin anak ini, papa nyari nyari sampe sakit, udah nyuruh orang tapi kehilangan jejak. Kami ngira dua anak ini udah dibawa jauh sama kerabatnya. Tetep aja kepikiran, papa pengen mastiin sendiri dua orang ini baik-baik aja gak kurang satu pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA BIRU [END]
RomanceTakdir selalu tidak terduga. Luka Sagara berganti tawa karena Biru. Takut Sagara sirna bersama Biru. Biru bukan sekadar anak mahasiswa berusia 21 tahun. Lebih dari itu, Biru adalah segalanya bagi Sagara. (21+) Semoga kalian bijak memilih bacaan.