Chapter 24

1.1K 96 1
                                        

"Kas!"

Lelaki yang baru saja turun dari mobil berwarna putih itu langsung menoleh. Sebelum turun, Kastara mengecup singkat pengemudi mobil yang merupakan pacarnya itu.

"Bangke! Terus aja bikin gue mupeng!" gerutu Biru. Kastara terbahak sekilas.

"Nungguin?" tanya Kastara.

Biru mengangguk lesu. Lalu berjalan bersisian dengan Kastara. Sepanjang jalan menuju cafetaria, Kastara yang banyak bicara. Biru paling hanya mengangguk, menggeleng, paling banyak bilang gak tau dan ya gitu deh.

"Gimana magang, Lo?" tanya Kastara. "Enak banget ya, masuk Magang siang, jadi masih bisa disambi urusan kampus."

Kastara merangkul Biru, menyeret pria ogah-ogahan yang wajahnya kayak orang bosan hidup.

"Ya tapi gak enak, gak bisa ketemu pacar. Kas, Lo pernah gak sih gak ketemuan sama Sena dalam jangka waktu lama?" tanya Biru. Inilah tujuan Biru nungguin Kastara di parkiran. Biasanya kan ngobrol langsung di kantin, tapi rasanya nggak sabar aja pengen ngobrol banyak meskipun pada akhirnya gak bisa banyak berkata-kata.

Sejak kasus viralnya thread di X soal orientasi seksual Sagara yang terungkap. Bisa dihitung dengan jari berapa kali Sagara dan Biru ketemuan, itu pun rasanya tidak lama. Biru tidak puas dengan pertemuan itu. Sejak Biru mulai magang bahkan sampai saat ini magangnya akan berakhir kurang dari seminggu lagi pertemuan dia dan Sagara bisa dihitung dengan jari.

Tapi Sagara masih bisa menanggapi pesan-pesan Biru, dan selalu bilang agar biru tetap sabar menanti sampai urusan Sagara selesai. Biru sama sekali tidak diberitahu urusan apa, tapi biru pernah dengar dari Jingga, kalau Sagara sedang ngurusin perizinan sampai kelayakan kualifikasi untuk sekolah yang sedang dia bangun. Pertanyaannya, urusan seperti itu apakah harus dilakukan 24 jam?

Apa tidak sempat untuk sekedar bicara ditelepon? Atau bertemu sebentar untuk makan malam dan makan siang. Meski begitu, perhatian Sagara tidak pernah lepas. Di kantor saat bekerja, tiba-tiba Ada kiriman makanan di sore hari, atau ketika Biru harus lembur, dia juga selalu mendapatkan kiriman makan malam. Tidak hanya biru, perhatian itu juga diberikan kepada Jingga, bahkan jika selalu mendapatkan uang jajan full untuk satu bulan. Di bulan berikutnya dia mendapatkan uang itu lagi.

Masalah uang jajan Jingga, Biru tidak tahu Jingga mau menerima apa tidak. Meski begitu Biru masih tetap bertanggung jawab memberikan uang jajan bulanan seperti selayaknya. Tapi, untuk uang bulanan yang diberikan Sagara kepada Biru, Biru tidak memakainya sama sekali. Sagara terlalu baik memberikan semua itu, yang Biru butuhkan bukan uang ataupun makanan yang selalu dikirimkan oleh kurir. Biru hanya butuh Sagara ada di sisinya.

"LDR maksud lo?" tanya Kastara.

"Ya nggak LDR juga sih, soalnya kan masih tetap satu kota. Cuma Gue nggak tahu dia ada di mana sekarang, lagi ngapain, pusing gue."

"Kangen ya?" selidik Kastara.

"Kangen banget sumpah. Dia masih ada komunikasi sih, meski rasanya dingin banget. Gue chat pagi dia balas malam atau sebaliknya. Tapi buat kirim makanan atau kirim uang dia selalu sempetin gitu. Sehari malah tiga kali makanan berat, belum lagi camilan dan minuman. Jingga sampe merengek minta dibeliin kulkas saking banyaknya makanan yang datang tiap hari. Kalau gak disimpan di kulkas mubazir. Jingga udah tau banget gimana rasanya kekurangan makanan sampai dia gak pernah nyisain makanan atau buang-buang makanan."

Tiba di cafetaria kampus, Biru dan Kastara disambut Rega. Dia sedang sibuk ngetik di laptopnya.

"Rajin ya, dia." Sindir Biru sarkas. Rega terkekeh-kekeh tanpa menoleh.

"Makanya, single itu lebih happy, gak keganggu pacaran sama gak keganggu galau kek kalian."

"Sibabi! Gue galau tapi urusan kuliah gak keteter, magang juga Minggu depan udahan. Paling tiga harian lagi sih, total semingguan sama perpisahan."

SAGARA BIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang