11 bulan yang lalu.
Hari mulai malam ketika sepasang kekasih tengah berjalan pulang dari kampus ke kosan. Tidak ada tekanan atau wajah lelah ketika menjadi mahasiswa akhir. Baru-baru ini, Mia dan Sean telah menyelesaikan proposal. Sekarang mereka sibuk memperbanyak skripsi sekaligus menyiapkan diri untuk ujian. Dan itu terhitung empat hari lagi!
Keduanya memang selalu bersama-sama menyelesaikan tugus kuliah bahkan study akhir pun mereka tetap sama-sama. Dan itu bukan perjuangan yang mudah! Tentunya, hal ini pula yang menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka karena berhasil menyelesaikan study bersama-sama.
Senyuman manis menghiasi wajah wanita itu. Sepanjang mereka berjalan, tangan Mia menggandeng mesra lengan kokoh Sean.
Lelaki itu tersenyum getir ketika melihat senyuman penuh kebahagiaan Mia. Ia lalu melarikan pandangan pada cincin logam yang ia beli di pasar malam untuk meminang wanita itu.
Lelaki itu lalu menarik napas. Ia diliputi dukacita yang mendalam!
"Aku akan menikahi Alea!" kata-kata itu langsung memudarkan senyuman Mia. Bahkan langkah kakinya berhenti detik itu juga.
Mia merasa pendengarannya terganggu. Atau mungkin Sean sedang bercanda sehingga wanita itu mengangkat muka sambil tersenyum gelisah. Ia berada antara percaya dan tidak percaya!
"Aku akan menikahi Alea!" Sean mempertegas. Dan perkataan Sean membuat Mia menarik tangannya dari lengan Sean.
"Benarkah?" Mia tersenyum. Sangat kacau. Ia dalam suasana hati yang rumit.
"Humm." Sean tahu bahwa suaranya akan bergetar sehingga tak berani mengatakan hal lain selain Humm! Ia kacau, karena berani melepaskan wanita yang paling ia cintai! Wanita yang selalu memberinya warna dalam gelapnya hidup.
Sebelum menjemput Mia, lelaki itu terlalu pengecut sehingga meminum alkohol. Ia tidak memiliki keberanian untuk mengatakan kebenaran membunuh ini dengan mata terang. Karena ia yakin detik setelah mengatakan kebenaran membunuh itu ia akan sekarat! Ia akan mati akibat ulahnya sendiri!
"Oke!" satu kata dan Sean mendapati napasnya tercekat dan hatinya jatuh dalam satu pukulan.
Mia tidak mengemis, tidak menangis, tidak menunjukan bahwa ia berduka atas ucapannya!
"Itu pilihanmu dan aku tidak akan memaksa!" sebetulnya Mia hampir pingsan pada saat Sean mempertegas keputusannya. Untungnya, ia memejamkan mata sejenak untuk menguatkan tubuhnya.
Mia menarik napas, menghibur hatinya dan menguatkan diri.
Tidak apa. Sean berhak memilik kebahagiaannya. Mungkin tiga tahun bersamannya Sean merasa bosan!
Sean berdiri kaku. Ia bingung. Haruskan ia bersukacita atau berdukacita atas jawaban Mia. Namun, satu hal yang paling ia rasakan adalah dadanya yang hancur berkeping-keping!
"Aku kembalikan cincinmu." Dengan gerakan pelan, Mia membuka cincin logam yang diberikan Sean. Ia melihat berkabut pada cincin itu. Kebahagiaan yang ia rasakan kini diganti dengan kesedihan mendalam!
Tekanan alkohol tidak lagi berpengaruh ketika setiap luka yang ia bangun mulai melebar dan meluas.
Ia ingin menarik Mia dalam pelukan dan mengatakan bahwa itu bukan jawaban yang ingin didengar. Namun, Mia mengatakan sebaliknya yang mana mampu membuatnya menggigil tanpa kendali.
Ini ulahnya dan ia sendiri yang merasakan dampaknya.
Mia lalu menyimpan dengan hati-hati cincin itu pada telapak tangan dingin Sean. Dan detik selanjutnya ia menarik diri mundur. Mia kemudian mendongak dengan senyuman meski matanya berkaca-kaca."Aku tidak ingin mendengar kabar buruk di hari baik kita! Tapi, aku tidak bisa mencegahnya. Semoga kejadian ini tidak mengganggu ujian kita. Semoga ujianmu lancar begitu juga aku." Mia tersenyum lebar. Sangat lebar hingga tanpa ia sadari air matanya jatuh. Ia menutupi kesedihan dengan senyuman itu. Namun, kesedihannya lebih mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG NYATA
RomanceMia, wanita berkulit sawo matang itu diam-diam mengagumi Elo, lelaki jangkung yang kebetulan berteman baik dengan sahabatnya, Tiara. Wanita itu, Mia, mengakui bahwa ia kurang pantas memimpikan Elo menjadikannya pendamping. Elo terlalu menawan untuk...