Mia menangis, tentu saja. Kalimat Elo membuatnya tersentuh. Ia pikir Elo betul-betul meninggalkannya setelah mengetahui semua kebenaran yang ada! Nyatanya, tidak! Elo bahkan datang mencarinya dan berniat membawa hubungan mereka kejenjang yang lebih serius!
Elo benar-benar menyingkirkan amarah serta keegoisannya demi hati yang menginginkan Mia. Ia tulus menginginkan wanita itu tanpa melihat masa lalunya. Visionernya adalah menjadikan Mia mempelainya. Ia menyukai Mia apa adanya.
"Aku sudah tidak utuh!" Mia menatap serius.
"Aku tidak perduli." Elo jauh lebih serius.
"Bahkan perna hamil lalu keguguran."
"Itu pun aku tidak perduli."
"Bagaimana dengan keluargamu, ayahmu?!"
"Kebahagianku adalah kebahagiaannya juga."
"Aku selalu dihantui rasa takut, takut ditolak, tidak diinginkan, lalu tidak percaya diri, ragu-ragu tentang banyak hal, bahkan kurang mempercayai lelaki yang tulus mencintaiku karena masa laluku. Apa kamu masih mengatakan menginginkan wanita sepertiku?"
"Keputusanku sudah mantap! Tiga minggu adalah waktu yang lama untuk membuat sebuah keputusan. Dan akhirnya aku di sini, berdiri di depanmu dan memintamu sebagai wanitaku, seumur hidupku. Mau sepahit apa pun masa lalumu, tinggalkan itu dan majulah bersamaku, lelaki masa depanmu. Singkirkan semua keragu-raguanmu, dan percaya padaku, maka kamu akan mendapatkan semua cinta yang nyata dariku."
"Mia, aku yang marah adalah aku yang kecewa, aku yang mengabaikanmu adalah aku yang ingin menetapkan hati dan pilihanku, aku yang berdiri di sini adalah aku yang telah siap dan matang dengan keputusanku. Aku telah mempertimbangkan ini secara serius. Aku menginginkanmu, berharap kamu mau menerimaku terlepas dari semua ucapan menyakitkanku tiga mingggu lalu. Aku mencintamu. Maukah kamu menerimaku kembali sebagai kekasihmu?"
Mia mengangguk dengan air mata yang bercucuran. Ia mencintai Elo, dan berharap lelaki itu selalu ada untuknya. Sekarang, doanya terkabul. Ia tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
"Tidak apakan kalau aku mencintaimu dan menaruh harapan untukmu?"
Elo lantas tersenyum lalu membawa tubuh Mia dalam pelukan. Satu tangan berada pada tengkuk sedang tangan satunya berada di punggung Mia.
"Itu yang aku harapkan! Percaya padaku, karena kamu bagian dari masa depanku."
Mia mengangguk antusias. Tidak perduli seberapa pahit kisah di masa lalu namun ia ingin mempercayai Elo. Lelaki yang mencintai semua kekurangannya di masa lalu.
***
Mia mendadak enggan keluar mobil. Sebetulnya, ia ingin berlama-lama bersama Elo dan menatap lelaki itu sepuas hati setelah tidak melihatnya di waktu yang panjang. Ia merindukan Elo dan berharap lelaki itu ada di sampingnya. Setidaknya untuk hari ini guna membayar tiga minggung yang hilang.
"Mia." senyuman Mia langsung memancar. Ia senang ketika Elo menahannya. Jadi, ia berpaling dengan cepat dan menatap lelaki itu."Iya."
Elo tersenyum genteng. Lelaki itu menyadari perubahan reaksi Mia. Ia tahu bahwa mereka saling merindukan.
"Jawab dulu. Sebetulnya kamu begadang buat apa?" Elo belum puas sebelum mendengar jawaban Mia. Apalagi Mia memang tidak bisa begadang. Apa yang membuat wanita ia sampai begadang?
Kalau Elo sendiri, jelas, kerena untuk memantau Mia.
Wanita itu menatap malu-malu. Rasa panas langsung merambat keseluruh tubuh. Lebih-lebih wajah."Sebetulnya aku sedang memantaumu!" Mia langsung memalingkan muka. Berusaha tidak melihat reaksi Elo. Ia juga tak ingin menduga-duga bagaimana Elo reaksi lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG NYATA
RomanceMia, wanita berkulit sawo matang itu diam-diam mengagumi Elo, lelaki jangkung yang kebetulan berteman baik dengan sahabatnya, Tiara. Wanita itu, Mia, mengakui bahwa ia kurang pantas memimpikan Elo menjadikannya pendamping. Elo terlalu menawan untuk...