Elo berdiri gugup sambil mengepalkan kedua tangan yang di silangkan di bawah perut. Ia yang tampan mendadak pucat. Bibirnya kering meski berulang kali dibasahi. Beberapa kali pula ia menggigit bibir bawah demi meredam rasa gugup dan getaran pada tubuhnya.
Elo berdiri dengan gagah yang dibaluti jas putih. Di sekitarnya dipenuhi tatapan penuh kagum para tamu-tamu undangan. Fokusnya tidak benar-benar tertuju pada kebisingan yang tercipta dari segala sisi.
Ia fokus meredakan degup jantung dan perasaan sentimentalnya. Ini bukan tentang ia yang cenggeng, atau ia yang lemah. Ini tentang sebuah moment di mana ia resmi mempersunting Mia meski setelah melewati lika-liku yang cukup berat dan panjang.
"Kamu mirip papa pas lagi di atas pelaminan." Stef menepuk tiga kali pundak anaknya, sengaja menguatkan.
Ia memang pernah berada di posisi Elo. Semua rasa gugup seolah bersatu dan menghancurkan pertahanan tubuh. Baginya, itu saat-saat di mana seorang pria akan menunjukan kelemahannya di depan umum untuk satu wanita yang mereka cintai! Karena, dengan sendirinya air mata yang selalu ditahan dalam situasi apa pun akan jatuh tanpa kompromi.
Elo berusaha tersenyum meski dilanda rasa gugup. Suasana hatinya dalam kondisi tidak bisa dikendalikan. Ia ingin menangis, berteriak senang, dan melakukan kegilaan lainnya lalu memamerkan pada dunia bahwa Mia akan menjadi istrinya terhitung beberapa saat lagi. Tetapi, ia menahan diri! Ini belum saatnya! Masih ada beberapa prosesi pernikahan yang harus ia ikuti.
"Sialan, kamu hebat, El."
Elo tertawa lepas begitu mendengar teriakan Jonatan. Suara lelaki itu hampri menutupi seluruh kebisiangan yang ada. Ia lalu memegang jidat sambil geleng-geleng. Merasa sedikit geli dengan tingkah temannya. Sementara sang pelaku, tersenyum bangga dan masa bodoh dengan tatapan-tatapan tamu-tamu yang lain. Ia memang kebal.
Elo dapat menangkap reaksi kagum teman-temannya yang berada di sayap kiri. Di sana bukan hanya ada teman-temannya tapi juga karyawan kafe. Ada Tiara, Angel, Dita, Jonatan, Anji, Revan, dan masih ada banyak lagi teman-teman lainnya yang tidak bisa ia sebutkan satu persatu.
"Ini dia pengantin wanita yang berhasil memenangkan hati sang pengeran tampan. Miara Callista Alin."
Begitu Mc yang mempersilakan Mia memasuki alua pernikahan fokus Elo terkumpul.
Dengan parasaan gugup yang bertambah dengan pesat, Elo menggigit bibir bawah. Jantungnya berdetak tanpa dikondisikan. Bahkan keringat dingin telah membasahi tubuhnya.
Lalu ketika pintu di buka dan menampilkan Mia yang mengenakan dres putih, Elo tidak bisa menahan diri, dadanya bergemuruh, matanya memanas dan tanpa ia sadari air mata mengalir menuruni kedua pipi.
Itu mempelainya, Mianya, istrinya, ibu dari anak-anaknya.
Mia berjalan pelan sambil mengembangkan senyuman yang begitu indah dan manis. Matanya langsung jatuh pada teman-temannya. Ia tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca begitu melihat Tiara, Angel dan Dita yang memberinya dukungan.
Di samping Mia ada Yohan. Lelaki gagah yang mengenakan jas putih, ia ada sebagai ayah dari Mia meski ia adalah kakak. Ia mengganti figur ayah yang seharusnya menemani sang adik.
"Suamimu sedang menunggumu." Yohan berbisik lirih. Mia mengangguki perkataan sang kakak masih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jadilah istri yang baik dan ibu yang menyayangi anak-anaknya. Hormati suamimu dalam keadaan apa pun." Mia tidak bisa menahan diri. Ia benar-benar menangis. Ucapan Yohan benar-benar memprovokasi. Dalam hati, Mia berjanji akan menghormati Elo dalam suka maupun duka. Mereka akan melewati setiap badai dengan kepala dingin dan dengan penuh cinta.
Di depan sana, dengan jarak beberapa langkah, Elo tengah menutupi mulutnya sedang air mata dengan deras menuruni kedua pipi. Ia tak bisa menahan diri ketika melihat Mia. Ia menjadi sentimental dan cenggeng. Itu adalah perasaan haru yang luar biasa dan sukacita yang tak bisa ia gambarkan. Terlalu indah dan menggembirakan sampai begitu mendebarkan!
Elo lalu mendekat dan menyodorkan tangan ke arah tangan Yohan. Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian Yohan memberikan tangan sang adik kepada Elo.
"Lindungi dia sama seperti masa-masa kalian pacaran! Jangan berubah hanya karena mengetahui keburukan satu sama lain."
"Apabila kalian memiliki kesulitan, baik ekomoni maupun lainnya, masuklah ke kamar kalian, kunci pintunya lalu bicara dari hati ke hati dan dengan kepala dingin untuk menemukan solusi terbaik. Jangan berkoar-koar untuk didengar tetanga. Itu bukan perbuatan yang terpuji. Menikah karena cinta, maka hadapi setiap badai dalam rumah tangga dengan penuh cinta."
"Jangan lukai Mia sekecil apa pun itu, karena Mia tidak pernah saya perlakukan dengan buruk. Meski pekerjaan saya tidak sebagus pekerjaan kamu, tapi saya selalu menjamin kebahagiaannya. Tolong lakukan itu untuk Mia. Buat dia bahagia dan merasa tidak menemukan kekurangan apa pun dari kamu."
"Mia memang bukan adik kandung saya, tapi saya memperlakukan Mia sebagaimana saya diperlakukan oleh kedua orang tua angkat saya. Saya melindungi Mia, menjaganya, bahkan memastikannya ke tangan lelaki yang tentunya mampu melindungi dan membahagiakan dia. Itu yang saya ikrarkan di depan mediang orang tua kami. Dan jika kelak, dada kamu mulai tidak berdetak untuk wanita ini, lalu tatapan kamu mulai berubah, kata-kata kamu mulai kasar dan menyakitkan, antar dia ke saya, jangan ragu ..., jangan pernah ragu mengantarnya pulang ..., karena dia masih tanggungjawab saya apabila Tuhan masih mengizinkan saya hidup. Saya akan menjamin kehidupan adik saya serta anak-anaknya. Saya dibesarkan dengan penuh cinta dengan tanggungjawab oleh kedua orang tua angkat saya, maka saya akan membalas semua kebaikan mereka dengan menjaga Mia sampai akhir."
"Sebagai orang tua Mia. Satu-satunya yang Mia punya selain kedua orang tua kami, saya mohon, tolong cintai Mia sampai akhir hingga hanya maut yang memisahkan kalian."
"Mia tidak handal dalam beberapa hal. Dia juga cenggeng. Dia sedikit cuek dan kasar, tapi sebetulnya dibalik sifatnya itu, dia sosok yang baik dan penyayang. Kalau kamu menemukan hal-hal itu dari Mia, saya mohon dimaklumi. Dia tumbuh besar tanpa orang tua, kedua orang tua kami mengelami kecelakan saat Mia masih kecil. Dia besar dalam pengawasan saya. Jadi, wataknya sedikit keras. Kasih dia kasih sayang yang berlimpah, maka Mia akan melalakukan hal yang sama!"
Yohan yakin sifat Mia tidak beda jauh darinya. Mereka memang sosok yang agak kaku. Namun, sekali dikasih cinta dan perhatian, maka mereka akan membalas hal yang serupa.
"Aku janji akan memerlakukan Mia dengan baik dan memberinya kasih sayang yang berlimpah." Janji Elo penuh tekad.
Yohan lalu tersenyum dan menepuk tiga kali pundak Elo. "Saya pegang kata-kata kamu."
Setelah mengatakan hal itu, ia bergeser, membiarkan Elo mengambil alih secara penuh tangan Mia.
Sesi acara berlangsung dengan lancar dan meriah. Teriakan gemuruh mengelegar ketika Elo diizinkan mencium Mia, wanita yang telah resmi menjadi istrinya.
"Aku mencintaimu, istriku!" kata Elo sehabis mencium mesra bibir Mia. Elo menatap Mia dengan penuh cinta. Hal yang sama juga diperlihatkan Mia. Ia dengan terang-terangan menatap sang suami dengan penuh cinta."Aku juga mencintaimu, suamiku!"
Ini adalah babak baru dari perjalanan cinta Elo dan Mia. Keduanya tampak bahagia dan menikmati moment indah ini! Mereka juga berharap bahwa setiap kendala dalam berumah tangga dapat di atasi dengan kepala dingin seperti yang diharapkan Yohan. Dan Elo berjanji akan mewujudkan hal itu!
END
Publis: Selasa, 30 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG NYATA
RomanceMia, wanita berkulit sawo matang itu diam-diam mengagumi Elo, lelaki jangkung yang kebetulan berteman baik dengan sahabatnya, Tiara. Wanita itu, Mia, mengakui bahwa ia kurang pantas memimpikan Elo menjadikannya pendamping. Elo terlalu menawan untuk...