037

69 7 1
                                    

Halo halo halo selamat malam semuanya. Gimana nih kabar kalian? Sehat semuanya? Semoga sehat terus ya. Maafkan aku yang telah menghosting kalian seperti crush ku hehehe. Kesibukan author semakin banyak makanya jadi jarang up, maaf ya temen-temen. Ini aku ada waktu buat up buat kalian meskipun cuman 2 chapter, doakan semoga gak di ghosting lagi sama aku hehehe. Langsung aja yuk baca ceritanya, jangan lupa votemennya ya, selamat membaca teman-teman semuanya.



















"Pa, kan udah Ni-ki bilang ulang tahun nya jangan di rayain."

Jake yang tengah membuat coklat panas di dapur mendengarkan hal itu pun hanya mampu terkekeh. Cuaca yang dingin seperti ini karena salju turun membuat mereka ingin menyeduh coklat panas sambil bercengkrama di ruang tengah. Ni-ki yang berada di ruang tengah dengan matanya fokus ke depan televisi terus menerus mengomel kepada sang Papa karena Jake tidak menuruti keinginannya.

"Jangan ngedumel begitu terus, cepet tua loh," sahut Jake setelah selesai membuat coklat panas dan menaruh cangkir berisi coklat panas tersebut diatas meja.

Ni-ki mendengus lalu menatap kearah Jake yang sudah duduk di sofa sambil menyeruput coklat panas secara perlahan, "Tapi kan Ni-ki gak mau di rayain Pa. Ni-ki udah gede tau," ujar Ni-ki sambil mengerucutkan bibirnya kedepan.

Jake menggelengkan kepalanya perlahan, ia menjauhkan cangkir tersebut dari mulutnya untuk menjawab pernyataan dari sang anak, "Memang nya kalo udah dewasa atau sudah besar gak boleh di rayain lagi gitu?" tanya Jake dan kembali meminum coklat panas yah ia buat.

Ni-ki menggelengkan kepalanya dan mengarahkan tangannya untuk mengambil minuman tersebut, "Bukan begitu Pa, maksud Ni-ki itu kalo mau kasih sesuatu pas ulang tahun kasih kue aja kayak tadi malem atau gak kasih hadiah kecil lah jangan sampe begitu," jawab Ni-ki setelah meminum coklat panasnya miliknya sedikit.

Jake menaikkan satu alisnya keatas karena tidak mengerti makna dari ucapan anaknya barusan, "Kenapa begitu? Kenapa kamu justru gak mau rayain ulang tahun kayak gitu? Malu di liatin orang lain? Padahal itu unik loh."

Ni-ki menatap kedua netra sang Papa untuk beberapa saat, "Bukan begitu ish! Iya sih unik cuman ... di satu sisi Ni-ki juga merasa sedih Pa, tepatnya di hari ulang tahun Ni-ki justru Bunda malah pergi buat selamanya," ujar Ni-ki sambil menundukkan kepalanya.

Jake tersenyum tipis dan mengusap-usap rambut Ni-ki dengan lembut lalu menatap sebuah foto yang di bingkai dengan bingkai putih dimana disana foto mendiang istri berada, "Itu semua udah takdir Ni-ki. Kalo itu bukan takdir dari Tuhan, Bunda mu pasti gak mau ninggalin anak yang sudah dia rawat selama 9 bulan di kandungan. Kalo takdir itu gak terjadi, Bunda mu masih ada disini."

Ni-ki memainkan ujung pakaian yang ia gunakan sambil mendengarkan ucapan dari Jake yang masuk kedalam indra pendengarannya, "Kalo Bunda masih ada disini, Ni-ki mau di peluk sama di cium sama Bunda kayak temen-temen Ni-ki yang lain. Terus main dan jalan-jalan bareng Bunda kayak yang lain," sahut Ni-ki dengan suaranya yang sedikit bergetar.

Tangan Jake masih mengusap-usap rambut Ni-ki dengan lembut sejak tadi sambil menganggukkan kepalanya perlahan, "Papa ngerti kok kamu pasti mau itu. Udah ketara dari kecil kalo kamu suka iri sama temen-temen mu yang masih bisa main, di anter jemput, jalan-jalan sama Bundanya sendiri. Tapi meskipun gitu juga, ada Papa disini buat kamu Ni-ki. Papa bisa kok jadi Ayah sekaligus Ibu buat kamu," jawab Jake dengan nada bicaranya yang lembut.

Ni-ki menatap kedua netra Jake kembali untuk beberapa saat, "Ni-ki percaya kok sama omongan Papa. Malahan temen-temen Ni-ki kalah sama Papa yang bisa jalanin 2 peran sekaligus yaitu jadi sosok Ayah sekaligus jadi sosok Ibu," ucap Ni-ki dan tersenyum sehingga matanya menyipit.

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang