031

107 10 0
                                    

Halo halo halo semuanya selamat malam. Apa kabar nih? Semoga kalian baik-baik aja ya. Kembali lagi nih dengan cerita papa Jake dengan Dede Iki. Kayaknya aku bisa double up nya pas aku libur deh soalnya sekolah ku makin lada huhu, maaf ya. Tapi aku sekarang up kok, langsung aja yuk baca ceritanya, jangan lupa votemennya ya teman-teman, selamat membaca semuanya.















"Bunda Ni-ki disini."

Ni-ki dan Jake kini sudah berada di depan makam perempuan tercinta mereka yaitu Karina. Ni-ki menaruh buket bunga yang sempat mereka beli tadi di toko bunga keatas gundukan tanah pemakaman sang Bunda.

Jake menghirup oksigen sebanyak-banyaknya karena pasokan oksigen nya mendadak hilang dari bumi. Ni-ki duduk diatas batu yang berada di samping makan Bundanya, tangan Ni-ki terulur untuk mengusap-usap batu nisan sang Bunda. Ni-ki tersenyum getir karena di batu nisan tersebut benar-benar terdapat nama Bundanya, tanggal lahir, dan tanggal wafat Karina terpampang disana.

"Bun? Bunda tau gak? Kemarin Ni-ki juara pertama untuk pertama kalinya loh," ucap Ni-ki saat keheningan terjadi diantara mereka.

Jake yang duduk di depan Ni-ki hanya mampu terdiam untuk membiarkan anaknya itu berbicara di depan makam istri tercintanya. Jake kemarin sudah datang kemari dan menceritakan kepada mendiang istri perihal pertandingan anak semata wayangnya itu.

Ni-ki tersenyum getir saat tangannya tengah mengusap-usap batu nisan sang Bunda, "Bunda liat gak dari atas sana? Bunda seneng? Kirain Ni-ki, kita di pertandingan kemarin, Tuhan belum kasih kesempatan untuk tim Ni-ki jadi juara. Eh ternyata salah Bun," lanjut Ni-ki sambil terkekeh kecil.

Ni-ki menunduk untuk menatap beberapa bunga-bunga diatas gundukan tanah makan Bundanya itu dan dapat Ni-ki simpulkan bahwa taburan bunga-bunga tersebut bersumber dari Jake yang berkunjung kesini beberapa waktu lalu.

"Bun, ini ada bunga rose pink kesukaan Bunda," ucap Ni-ki sambil membenarkan posisi buket bunga tersebut.

Jake mengigit bibirnya untuk tidak mengeluarkan air mata yang akan turun karena kedua matanya sudah berkaca-kaca sekarang.

Ni-ki menatap langit yang tampak sangat cerah sekali sehingga membuat dirinya menyunggingkan senyumannya, "Bunda lagi bahagia ya disana? Bunda seneng kalo Ni-ki dapet juara ya? Ini baru awal dari karir Ni-ki Bun, doain terus ya? Semoga cita-cita Ni-ki jadi pemain bola terwujud suatu hari nanti," sambung Ni-ki dan bibirnya yang mengecup batu nisan sang Bunda dengan lembut.

"Seandainya Bunda masih hidup, pasti Bunda bakalan yang dukung Ni-ki paling depan kayak Papa," ujar Ni-ki tanpa ia sadari setetes air mata pun turun dari kedua sudut matanya.

Ni-ki cepat-cepat menghapus air mata tersebut agar tidak terkesan cengeng di depan Bundanya meskipun pada dasarnya, ia akan selalu menjadi anak kecil di depan kedua orang tuanya meskipun sekarang ia sudah duduk di bangku SMP. Ni-ki mengusap-usap batu nisan sang Bunda kembali dengan senyum getir, ia sedang membayangkan bagaimana harinya yang menyenangkan ketika bersama Bundanya di samping dirinya setiap saat.

Membacakan cerita sebelum ia tidur seperti Jake ketika ia kecil, memasak makanan kesukaannya, menghantar jemput ia ke sekolah dan tempat latihannya, menghampiri berbagai tempat yang menyenangkan, merayakan hari ulang tahun bersama di rumah, dan bercanda gurau bersama di ruang keluarga yang tentunya sangat hangat.

Kedua mata Ni-ki tak sengaja menangkap tanggal dimana ia lahir ke dunia dan tanggal sang Bunda pergi untuk selama-lamanya yang tertera jelas di depan bantu nisan. Tanggal 9 Desember 2005, itulah tanggal membahagiakan serta menyedihkan untuk Jake. Dimana Ni-ki lahir ke dunia disitulah sang istri pergi untuk selama-lamanya. Hal ini terkadang membuat Ni-ki tidak menyukai hari ulang tahun nya sendiri karena ia seketika merasa sedih di saat hari bahagianya namun Tuhan lebih memilih membawa Bundanya itu kepangkuanya untuk selamanya.

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang