028

135 17 1
                                    

Hayoo bagaimana dengan chapter sebelumnya? Seru tidak? Kalau seru jangan lupa votenya ya. Sudah yuk kita lanjut saja. Jangan lupa votenya ya, selamat membaca teman-teman.

















"Ni-ki! Ish bukan begitu!"

Ni-ki spontan terdiam ketika mendengar ocehan Haerin yang baru saja dari kamarnya untuk mengambil sesuatu. Haerin cepat-cepat berjalan menghampiri Ni-ki dan menepis tangan temannya itu yang ingin menempelkan sebuah bagian pada karya buatan mereka pada posisi yang tidak benar.

Haerin mengambil alih pekerjaan Ni-ki dan berujung Haerin lah yang mengerjakan bagian yang tersisa. Ni-ki menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal mendengar ocehan dari Haerin, "Iya iya maaf, ku kira buat disitu tempelin nya," ujar Ni-ki kepada Haerin.

Haerin menghela nafas panjang. Setelah berhasil menempelkan beberapa bagian yang tersisa, ia menatap Ni-ki dengan tatapan tajam, "Makanya jangan buru-buru banget! Kan aku bilang nanti dulu pas aku udah balik," omel Haerin lagi yang kesekian kalinya.

Ni-ki menganggukkan kepalanya untuk pasrah dengan perempuan dihadapannya ini, "Iya iyaa maaf," sahut Ni-ki.

"Kalian kenapa sih? Keliatannya berantem kalian ini."

Haerin maupun Ni-ki menoleh kearah Mama Haerin yang sudah berada di depan mereka sembari membawa cemilan dan minuman tambahan. Ni-ki menatap cemilan dan minuman pemberian dari Ibu temannya itu, "Ah Tante, jangan banyak-banyak bawanya," ujar Ni-ki tidak enak.

Mam Haerin pun menoleh kearah Ni-ki, ia menggelengkan kepalanya dengan senyuman hangat yang sering wanita itu tunjukkan dihadapannya, "Tidak masalah. Dilanjut lagi gih kerkom nya. Jangan berantem lagi loh ya, nanti gak selesai loh," jawab Mama Haerin.

Wanita itu pun menghilang setelah mengucapkan hal itu dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Haerin dan Ni-ki. Haerin menatap Ni-ki yang tengah mengambil salah satu cemilan pemberian Ibu dari Haerin tadi, "Ni-ki," panggil Haerin yang mampu membuat Ni-ki menoleh.

Ni-ki menatap Haerin dengan mulutnya yang penuh karena makanan, "Kenapa?" jawab Ni-ki setelah menelan makanannya.

"Kamu gak cape?" tanya Haerin.

Secara tiba-tiba, Ni-ki tersedak dengan makanan yang masih sisa di dalam mulutnya setelah mendengar pertanyaan aneh dari sahabat kecilnya itu, "Cape buat apa?" tanya Ni-ki.

Haerin tersenyum tipis kearah Ni-ki, "Cape latihan. Aku liat kamu selalu kalah di setiap pertandingan yang kamu ikutin. Bahkan pelatih mu sampe tambahin jadwal pertandingan mu itu. Kamu ... benar-benar gak kecapean kalo latihan terus? Kamu juga punya jadwal les dan sekolah loh," jawab Haerin dengan wajah khawatir nya.

Kalau boleh jujur, Haerin memang benar-benar khawatir dengan Ni-ki karena pelatihnya itu terlalu memforsirkan latihan nya. Selain latihan bola pun, Ni-ki mempunya kelas khusus mengasah otaknya yaitu dibidang akademik. Jake meminta Ni-ki untuk keluar saja dari les privat nya, namun Ni-ki menjawabnya dengan kata-kata ia tidak ingin berhenti di setiap kelas yang Jake bayar untuk dirinya.

Ni-ki terdiam di tempatnya. Bocah berumur 14 tahun itu mengerti akan kemana Haerin membawa pembicaraan ini. Ni-ki menggelengkan kepalanya perlahan namun Haerin dengan cepat memotong, "Kamu terlalu maksain diri kamu tau. Kenapa gak nurut aja sama Om Jake untuk keluar les privat untuk otak mu itu?" tanya Haerin dengan tatapan nya.

Ni-ki mengusap wajahnya perlahan. Ia membenarkan posisi duduknya sebelum menatap kedua netra cantik milik sahabatnya ini, "Aku cuman mau banggain Bunda sama Papa," jawab Ni-ki.

Hanya itu yang keluar dari mulut Ni-ki. Haerin yang mendengarnya pun merasa jengah karena kata-kata itulah yang menjadi alasan dari bocah blasteran itu. Ni-ki kembali mengambil cemilan dari dalam toples dan langsung memakannya, "Kamu bohong kalo kamu gak cape," sahur Haerin ketika keheningan terjadi untuk beberapa saat.

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang