022

188 24 2
                                    

Untuk chapter sebelumnya seru gak nih? Kalau seru jangan lupa votemennya ya teman-teman. Tanpa berlama-lama lagi, yuk lanjut baca kelanjutannya, selamat membaca semua.




























"Selamat pagi anak Papa."

Ni-ki yang baru saja membuka matanya setelah Jake mengucapkan kata hangat tersebut berhasil memasuki indra pendengarannya. Jake menghampiri Ni-ki dengan kursi rodanya. Kondisi leher Jake sudah pulih namun untuk bagian kakinya belum karena kaki Jake cenderung lebih parah kondisi dibandingkan lehernya saat kecelakaan saat itu.

Ni-ki perlahan mengubah posisi nya menjadi duduk diatas ranjang. Namun, saat ia ingin mengubah posisi itu, kaki Ni-ki tak sengaja bergeser hingga membuat rasa nyeri pada kakinya kembali teras hingga membuat Ni-ki meringis. Jake yang melihatnya pun langsung panik, "Kenapa nak? Sakit ya? Dimana yang sakit?" tanya Jake sambil memasang wajah paniknya.

Ni-ki menggelengkan kepalanya dan membenarkan posisi bantal pada punggungnya, "Gapapa kok, Pa. Cuman kesenggol sedikit saja tadi. Papa sudah sarapan?" tanya Ni-ki mengingat Jake yang terkadang melewati jam sarapan pagi.

Jake menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Sudah nak. Kenapa emangnya? Kamu takut Papa lupa ya? Tenang aja, Papa gak lupa kok. Nafsu makan Papa juga kembali lagi saat kamu ada disini," jawab Jake sambil mengusap-usap rambut sang anak dengan lembut.

"Jadi selama Ni-ki gak ada Papa gak nafsu makan gitu?" tanya Ni-ki membuat pergerakan Jake untuk mengambil sesuatu terhenti.

Jake menatap kedua mata Ni-ki sambil terdiam. Ia harus mengatakan apa kepada Ni-ki? Jika ia jujur maka ia akan dimarahi oleh Ni-ki karena tidak bisa tepat waktu dalam hal makan. Kalau ia tidak jujur pun juga tidak baik untuk kondisi badannya.

"Papa diam Ni-ki anggap Papa gak nafsu makan pas Ni-ki gak ada," ujar Ni-ki dan memalingkan wajahnya kearah yang lain.

Jake menghela nafasnya panjang, "Papa bukan tidak mau makan. Papa cuman takut kamu disana bersama orang jahat yang lebih jahat dibandingkan mereka kemarin. Papa cuman takut kita gak bisa ketemu lagi, nak," jawab Jake sambil menundukkan kepalanya.

Jujur, Jake memang selalu mengarahkan pikirannya kearah Ni-ki ketika anak semata wayangnya itu di culik oleh orang jahat. Nafsu makan Jake pun ikut menurun karena ia selalu makan bersama Ni-ki jika di rumah sebelum dua kejadian buruk yang mereka alami terjadi. Ni-ki menatap Jake dan menggelengkan kepalanya, "Papa gak boleh gitu lagi. Kata Papa nanti lambung kita jadi rusak. Emang Papa mau lambung Papa jadi rusak karena telat makan?" tanya Ni-ki.

Jake menggelengkan kepalanya. Ni-ki tersenyum dan mengambil tangan sang Papa untuk ia genggam dan mengusap perlahan, "Ni-ki disana gapapa kok, Pa. Ni-ki ketemu kak Hyunjae yang baikkkk banget sama Ni-ki. Oh ya, Pa. Makasih ya udah bayarin biaya perawatan kak Hyunjae selama di rumah sakit ini," ujar Ni-ki dan menunjukkan deretan gigi putihnya.

Jake menatap Ni-ki yang tengah menunjukkan giginya. Ia ikut tersenyum dan mengecup tangan Ni-ki yang terbebas oleh jarum infus, "Iya sama-sama. Itu juga sebagai rasa terimakasih Papa ke kak Hyunjae. Nanti setelah ini Papa mau kasih sesuatu ke dia selain membiayai perawatannya selama disini," jawab Jake.

Ni-ki mengangkat satu alis. Sesuatu apa yang akan Jake berikan kepada Hyunjae sebagai tanda terimakasih telah melindungi dan merawat Jake selama dirumah kecil itu?

"Apa itu Papa?" tanya Ni-ki yang sudah sangat penasaran.

Jake meminta Ni-ki untuk menurunkan kepalanya supaya ia mudah untuk membisikkan sesuatu. Setelah Ni-ki menurunkan kepalanya dan mendekatkan telinganya kearah Jake, Jake pun langsung membisikkan hal tersebut kepada Ni-ki, "Papa mau kasih toko roti buat kak Hyunjae."

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang