034

118 12 3
                                    

Bagaimana chapter sebelumnya? Seru? Kalau seru boleh dong votemennya, langsung aja yuk tanpa berlama-lama lagi, selamat membaca teman-teman semua.
















Jake memejamkan matanya saat tengah meminum teh hangat yang sempat di buat oleh pembantu rumahnya itu. Tangannya tengah sibuk memegang sebuah iPad untuk membantu anaknya mengerjakan tugas mengenai pembuatan poster.

Jake menaruh cangkir teh tersebut keatas meja kecil di samping sofa ruang tengah. Ia kembali fokus membuat poster dimana poster tersebut berisikan hobby yang tengah di geluti oleh sang anak. Guru seni Ni-ki meminta seluruh siswa-siswi didikannya untuk membuat poster mengenai hobby atau kesukaan mereka saat ini dan pastinya Ni-ki akan membantu poster mengenai olahraga sepak bola.

"Permisi Tuan Jake. Apakah Tuan jadi pergi kerumah sakit?"

Suara yang tak asing bagi Jake itu mampu membuat perhatian Jake teralihkan. Jake menatap supir pribadinya itu lalu menganggukkan kepala, "Jadi. Sebentar saya sedang membuat poster untuk tugas anak saya," jawab Jake dan kembali fokus membuat poster pada iPad nya.

Supir pribadinya itu hanya menganggukkan kepalanya dan kembali keluar dari rumah yang besar itu. Jake tersenyum ketika melihat poster hasil karyanya untuk tugas sang anak sudah selesai dan poster tersebut terlihat bagus, mewah, cantik, dan indah. Bakat nya saat masih duduk di bangku SMA masih ada pada dirinya dalam hal membuat poster meskipun teknologi saat itu tidak terlalu canggih seperti sekarang hingga Jake mampu membuat posternya melalui media kertas.

"Ternyata bakat saya masih ada di bidang ini," monolog Jake.

Setelah itu ia menyimpan hasil editannya dan memastikan iPad tersebut supaya dapat bersiap-siap kerumah sakit. Hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk Jake bersiap-siap, ia kini sudah berada di mobil yang tengah di jalankan oleh supir pribadinya itu.

Jake menyandarkan kepalanya dengan matanya yang memejamkan beberapa saat, "Nanti anak saya pulang tolong jemput dia ya," ujar Jake dari kursi belakang.

Supir pribadinya itu pun menatap Jake dari kaca kecil yang berada di depan, "Tetapi dia tadi berangkat ke sekolah menggunakan sepeda nya, Tuan. Berkemungkinan ia akan pulang sendiri nanti," jawab sang supir.

Kedua mata Jake kembali terbuka setelah ucapan sang supir membuat dirinya terkejut, "Sepeda? Bukan kah kau yang menghantarkan dia ke sekolah tadi pagi?" tanya Jake dan langsung mendapatkan gelengan kepala dari sang supir.

"Tidak Tuan. Ni-ki sendiri yang meminta saya untuk tidak menghantarkan nya ke sekolah hari ini. Katanya dia mau pakai sepeda sambil menikmati angin pagi," jawab supir pribadinya yang masih fokus menyetir.

Jake mengerutkan dahinya sejenak dengan tatapannya lurus kedepan, "Tetapi anak saya tidak telat, kan?" tanya Jake lagi.

Supir pribadi Jake itu pun menggelengkan kepala sambil menunjukkan senyuman nya, "Untung saja tidak Tuan. Tadi dia laporan ke saya kalau dia tidak telat alias tepat waktu," jawab sang supir membuat Jake menghela nafas lega.

Jake mendapatkan kabar bahwa Ni-ki berangkat ke sekolah menggunakan sepeda pun mampu membuat jantung Jake berdegup lebih kencang dikarenakan jarak dari rumah ke sekolah cukup waktu dan memakan hampir setengah jam. Bisa saja Ni-ki akan telat karena kondisi jalanan pagi yang terkadang macet karena kendaraan umum di jalan.

Suasana didalam mobil pun kembali sunyi. Jake lebih memilih memandang pemandangan jalanan di jendela mobil. Banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan karena hari ini masih tergolong jam produktif untuk sebagain orang melakukan aktivitas seperti bekerja.

"Maaf Tuan apakah saya boleh bertanya?" tanya supir pribadinya secara tiba-tiba.

Mendapatkan pertanyaan yang secara tiba-tiba itu pun membuat Jake menoleh dan sedikit ragu untuk menganggukkan kepala, "Silahkan, mau tanya apa?"

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang