Hayoo udah penasaran ya sama ceritanya? Sebelum baca boleh kali votenya di pencet, masalahnya ini banyakan yang baca dibandingkan yang vote. Oh ya untuk cerita ini kayaknya sampe 50 bab deh, kayaknya sih ya hehehe. Jangan lupa votemennya ya teman-teman, selamat membaca semuanya.
Sudah lebih dari 5 jam Ni-ki belum sadarkan diri tetapi Jake sudah sadar lebih dahulu setelah insiden kecelakaan yang mengerikan itu. Insiden yang lagi-lagi ia dapatkan setelah beberapa tahun lalu terjadi pada dirinya sendiri.
"Masih pusing?" tanya Tuan Lee.
Setelah tersadar tadi Jake merasakan kepalanya yang terasa pusing akibat benturan yang kuat dari kecelakaan tersebut. Jake menganggukkan kepalanya secara perlahan, "Iya masih ... Ni-ki belum sadar ya yah?" tanya Jake kepada Ayahnya.
Tuan Lee menghela nafas panjang kemudian menganggukkan kepalanya sebelum duduk di kursi samping ranjang sang anak, "Iya belum, karena kondisi Ni-ki masih kritis jadinya dia belum sadar," jawab Tuan Lee.
Mendengar berita buruk yang masuk kedalam telinga membuat Jake merasakan sesak di dalam hatinya. Jake memejamkan matanya karena kepalanya kembali terasa pusing efek dari kecelakaan beberapa saat lalu. Nyonya Lee mendekat kearah Jake dan mengusap surai hitam anaknya itu setelah melihat kondisi cucunya di ruangan yang berbeda.
"Sudah waktunya makan malam, ayo kamu makan dulu," ucap Nyonya Lee namun Jake menolak tawaran tersebut.
Jake menggelengkan kepalanya dengan matanya yang masih terpejam, "Nanti aja Ibu, mau tunggu Ni-ki siuman," ucap Jake dengan suaranya yang cukup pelan.
Tuan Lee dan Nyonya Lee saling bertatapan karena ucapan Jake tadi. Untuk saat ini nafsu makan Jake tidak ada sama sekali karena anaknya masih belum sadarkan diri sejak kecelakaan tadi. Tuan Lee menghela nafas dan berujar, "Kamu harus makan supaya kondisi mu cepat pulih, Lee Jaeyun."
Jake membuka matanya saat Ayahnya itu menyebutkan nama panjangnya ketika berbicara bersama dan itu pertanda bahwa Ayahnya sedang tidak bercanda atau dalam kondisi serius. Jake tetap bersikukuh untuk tidak menyantap makan malamnya karena jujur saja nafsu makannya menghilang entah kenapa.
Nyonya Lee menggelengkan kepalanya dan mencubit perut suaminya itu, "Jangan gitu ah kebiasaan banget. Jake lagi sakit seharusnya jangan pakai nada bicara seperti itu. Nanti biar ku bujuk saja, katanya kau ada urusan, pergilah," ujar Nyonya Lee yang seperti mengusir Tuan Lee dari ruangan tersebut.
Tuan Lee yang mendengar istrinya sendiri mengusir dirinya pun langsung menatap wajah kebingungan, "Maksudnya? Kau mengusir ku?" tanya Tuan Lee.
Jake menghela nafas panjang karena melihat perdebatan antara kedua orang tuanya ini yang tidak ada habisnya. Nyonya Lee pun menggelengkan kepalanya, "Aish pak tua ini, jangan ajak berantem dulu bisa? Jake sedang sakit loh," ucap Nyonya Lee kesal karena suaminya itu mengajak bertengkar tidak melihat situasi terlebih dahulu.
Ponsel Tuan Lee pun berbunyi pertanda bahwa ada seseorang yang menghubunginya dan benar saja, setelah mengangkat telfon itu Tuan Lee langsung berpamitan kepada Nyonya Lee dan Jake untuk pergi keluar beberapa waktu, katanya sih tidak lama.
Nyonya Lee duduk di kursi yang berada di samping kasur. Tangannya beralih mengusap-usap tangan Jake yang sedang di tancapkan oleh selang infus, "Ayolah makan sedikit saja, kamu sejak tadi belum makan loh karena belum siuman. Memangnya kamu tidak lapar?" tanya Nyonya Lee.
Jake menoleh kearah sang Ibu lalu tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, "Nanti saja Ibu, Jake belum lapar."
Nyonya Lee menghela nafas panjang kemudian mengusap tangan anaknya itu, "Tidak lapar atau tidak mau makan malam tanpa ada anak mu?" tanya Nyonya Lee membuat Jake membeku pada saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)
Jugendliteratur"Pa, Bunda gak sayang Ni-ki lagi ya? Kok bunda lebih milih di atas sana? Ni-ki kangen bunda, Pa. " Kisah seorang anak laki-laki yang tumbuh dewasa tanpa sesosok ibu di dalam kehidupan nya. Di dalam hidup Ni-ki hanya ada sang papa, yang selalu siap s...