019

120 16 3
                                    

Halo halo halo semuanya. Kembali lagi nih dengan aku yang membawa cerita dede iki. Aku kemarin gak sempet up karena ada keperluan di sekolah ku sampe aku lupa untuk up. Tapi tenang aja, sekarang aku double up seperti biasa. Aku liat² cerita ini lebih rame daripada cerita sebelumnya. Cerita ini seru tidak sih?
Sebelum baca jangan lupa votemennya ya, selamat membaca semuanya














Jake mengarahkan kursi rodanya menuju ruangan dingin dan menyeramkan dimana Heeseung berada. Heeseung belum sadar akibat beberapa obat yang dokter berikan. Jake menatap wajah Heeseung yang tertidur lelap diatas ranjang, "Kak, Ni-ki masa gak ada disana," ujar Jake memulai obrolan.

Ia menghela nafas panjang karena mengingat bahwa Ni-ki tidak ada di sana meskipun penculik anak tersebut sudah berhasil ditemukan dan di masukkan ke jeruji besi.

"Ni-ki kemana ya? Apa dia berusaha cari jalan buat pulang kerumah? Dia baik-baik aja gak ya kak kalo ketemu sama seseorang? Kondisi dia gimana ya setelah di culik sama manusia kayak mereka?" tanya Jake kepada Heeseung yang masih tak sadarkan diri.

Jake meremat tangan Heeseung yang terdapat selang infus disana. Jake kini sangat takut karena anak kesayangannya tidak berada di rumah itu alias menghilang. Seharusnya Jake saat ini dapat memeluk Ni-ki dan mendengarkan ocehan Ni-ki sampai anaknya itu kelelahan dan berakhir ketiduran di pangkuannya. Jake tahu bahwasanya Ni-ki termasuk anak yang pintar, anaknya pasti akan mencari jalan supaya sang anak pergi dari tempat itu supaya tidak di siksa lebih lanjut oleh mereka.

Duda beranak satu itu pun mengusap kedua matanya saat ia menyadari ada setetes air mata yang turun dari matanya menuju kedua pipi tirusnya. Jake memejamkan matanya sembari menatap kearah langit karena lehernya masih dibalut oleh perban dikarenakan lehernya yang masih patah seperti kakinya. Jake menghirup oksigen sebanyak-banyaknya karena merasa dadanya kembali sesak di sela-sela tangisannya.

"Ni-ki, kamu gapapa kan nak? Kamu ketemu orang baik? Papa harap kamu masih bersama dengan orang baik," monolog Jake yang masih menatap langit-langit ruangan.

Brak

Ni-ki yang ingin menutup matanya kembali karena mengantuk terperanjat kaget. Ia turun perlahan dari kasur lalu mengambil tongkatnya untuk menghampiri suara yang cukup keras tadi. Ni-ki membulatkan matanya saat mendapati Hyunjae terjatuh dengan beberapa alat masak yang jatuh ke lantai. Ni-ki dengan cepat memegang kedua pundak Hyunjae, "Kak? Kakak kenapa? Muka kakak pucat banget," ujar Ni-ki dengan wajah khawatir nya melihat wajah Hyunjae yang pucat pasi.

Hyunjae dengan setengah kesadarannya pun menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak kenapa-kenapa. Hyunjae memegang dadanya yang terasa sakit dan membuat Ni-ki semakin panik. Ni-ki mengambil tongkat nya untuk membantu dirinya bangun dan membawa tubuh Hyunjae ke dalam kamar.

Ni-ki membaringkan tubuh Hyunjae ke atas kasur dan menyelimuti badan yang lebih tua menggunakan kain atau yang Hyunjae sebut benda itu sebagai selimut di kamarnya.

Bocah berumur 7 tahun itu menaruh telapak tangannya di atas kening Hyunjae. Benar dugaan Ni-ki bahwa Hyunjae mengalami demam saat ini, "Bentar kak, aku mau ambilin kompresan dulu."

"Gak us-"

Ucapan Hyunjae terpotong karena melihat Ni-ki sudah keluar kamar bersama tongkatnya. Ni-ki mengambil baskom kecil dan kain kecil, ia mengisi baskom tersebut menggunakan air keran dan perlahan Ni-ki membawa nya menuju kamar Hyunjae. Ni-ki duduk di samping Hyunjae, tangannya mengambil kain kecil itu kemudian memerasnya lebih dahulu sebelum Ni-ki tempelkan keatas kening Hyunjae.

Ni-ki tersenyum saat ia berhasil mengompres kening Hyunjae menggunakan kain kecil itu. Ni-ki menatap kedua mata Hyunjae yang terpejam, "Kakak belum makan ya? Aku masakin aja ya, biar kakak minum obat," ucap Ni-ki dan Hyunjae menjawabnya dengan gelengan kepala.

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang