Bagaimana untuk chapter sebelumnya? Menyenangkan? Kalau seru boleh atuh votenya jangan lupa hehehe. Udah yuk langsung aja baca, selamat membaca semuanya
"Penculikan anak?"
Heeseung mengerutkan dahinya saat melihat berita yang sedang ia lihat di layar televisi. Berita yang sedang memaparkan sebuah momen yang sedang terjadi pada beberapa Minggu belakangan ini.
"Bibi, aku aja yang cuci sepatunya," ucap Ni-ki yang menawarkan dirinya kepada pembantu dirumah yang hendak mencucikan sepatu bolanya.
Sang pembantu awalanya menolak namun Ni-ki mengeluarkan jurus andalannya yang membuat pembantu itu mengalah. Ia memberikan sepatu sekolah milik Ni-ki kepada sang pemilik.
Sementara itu Heeseung di ruang televisi masih menatap layar televisi yang memaparkan berita penculikan anak yang terjadi di negara Korea Selatan. Penculikan anak adalah hal yang lazim terjadi di negara mana pun karena tindakan kejahatan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Terlebih dengan negara yang memiliki angka kejahatan yang tinggi.
Heeseung spontan menoleh kearah Ni-ki yang sedang berada di kamar mandi karena tengah mencuci sepatu. Heeseung sempat mendengar pertengkaran kecil antara Ni-ki dengan pembantu karena hal mencuci sepatu, untung saja tidak berlangsung lama dan membuat Heeseung kembali tenang di depan televisi.
"Om," panggil Ni-ki membuat Heeseung yang tengah mengecek pekerjaannya di ponsel pun terkejut.
Heeseung lantas menoleh kearah Ni-ki yang sedang mengelap tangannya yang basah ke baju putih yang ia kenakan, "Kenapa Ni-ki?" tanya Heeseung dan mematikan ponselnya dan menaruhnya di atas meja.
"Ni-ki ada janji sama temen-temen buat main di lapangan kemarin," jawab Ni-ki.
Heeseung menggelengkan kepalanya karena takut Ni-ki akan menjadi korban penculikan anak selanjutnya, "Jangan main dulu, sekarang lagi musim penculikan anak," tolak Heeseung dengan mentah-mentah.
Ni-ki mengerucutkan dahinya karena Heeseung tidak mengizinkannya untuk bermain diluar karena berita penculikan anak tengah beredar dimana-mana.
"Ihh om mah gitu, percaya sama Ni-ki kalo Ni-ki gak bakalan kena itu, boleh ya Om?" rayu Ni-ki lagi.
Heeseung tidak luluh dengan rayuan bocah blasteran itu. Heeseung pun menggelengkan kepalanya sebagai penolakan untuk yang kesekian kalinya, "Diam dikamar dan kerjakan tugas mu."
Heeseung menatap kedua mata Ni-ki dengan tajam berbeda dengan Jake. Jake akan menatap kedua matanya dengan lembut meskipun Ni-ki melakukan kesalahan berbanding terbalik dengan Heeseung yang memiliki tipikal mendidik anaknya dengan keras layaknya militer. Meskipun Jake berbeda halnya dengan Heeseung dalam mendidik anak, percayalah bahwa Jake tetap berhasil mendidik Ni-ki dengan caranya meskipun terkesan lembut.
Ni-ki menggelengkan kepalanya, sifat keras kepalanya kembali muncul saat ini yang membuat Ni-ki berlari kearah kamarnya untuk mengambil bola. Heeseung menghela nafas kasar, ia segera bangkit dari sofa dan berdiri di depan pintu rumah supaya Ni-ki tidak dapat kabur. Ni-ki berhenti tepat di depan badan Heeseung yang menghalangi pintu.
"Sudah Om bilang masuk ke kamar dan kerjakan tugas sekolah mu Nishimura Riki," ucap Heeseung sekali lagi dengan suara dinginnya.
Ni-ki berdecak sebal, ia tidak suka dengan Heeseung jika sudah seperti ini kepada dirinya. Larangan adalah salah satu hal yang Ni-ki benci apalagi bila dilarang dengan cara yang ia tidak suka.
Tring
Suara notifikasi yang berasal dari ponsel Heeseung mampu membuat kedua insan tampan yang tengah berhadapan itu menoleh. Heeseung mengambil ponsel yang berada di atas meja dan membukanya. Alangkah terkejutnya Heeseung saat melihat notifikasi pesan yang berasal dari Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)
Teen Fiction"Pa, Bunda gak sayang Ni-ki lagi ya? Kok bunda lebih milih di atas sana? Ni-ki kangen bunda, Pa. " Kisah seorang anak laki-laki yang tumbuh dewasa tanpa sesosok ibu di dalam kehidupan nya. Di dalam hidup Ni-ki hanya ada sang papa, yang selalu siap s...