036

117 13 2
                                    

Gimana nih chapter sebelumnya? Seru? Penasaran sama kelanjutannya? Ayo langsung baca aja tapi jangan lupa votemennya ya, selamat membaca semuanya, semoga kalian suka.











"Bunda, ini Ni-ki sama Papa."

Ni-ki menaruh buket bunga yang sempat mereka beli di toko bunga langganan ke atas tanah makam. Ni-ki duduk di batu yang terletak diantara makam sang Bunda dengan makam orang lain. Ni-ki yang sudah memakai jersey tim sepak bola kesayangannya itu pun mengusap-usap batu nisan mengunakan tangannya dengan sangat lembut.

Ni-ki berusaha untuk tersenyum di depan makam Bundanya itu karena hari ini juga ia sedang berulang tahun jadi ia tidak ingin menunjukkan kesedihannya di depan makam Bunda. Kalau ia menangis itu pertanda bahwa ia tengah menangisi kepergian Bunda tersayang dan Ni-ki tidak ingin Bundanya menangis diatas sana.

Ni-ki menatap batu nisan yang bertuliskan tanggal, bulan, dan tahun wafat sang Bunda yang sangat jelas disana. Disaat anak lain berbahagia karena menyambut hari ulangtahun bersama orang tersayang termasuk orang tua tidak berlaku untuk Ni-ki hari ini. Yang seharusnya anak lain rasakan ketika ulang tahun yaitu memotong kue dan bertiup lilin di sebuah pesta besar tidak berlaku untuk Ni-ki karena tepatnya pukul 12 malam tadi ia hanya dibangunkan oleh Jake dengan sebuah kue kecil seperti yang Ni-ki inginkan. Tidak ada pesta ulang tahun yang meriah seperti biasanya itulah yang Ni-ki inginkan.

"Bunda. Makasih ya udah lahirin Ni-ki kedunia ini dan keluar dari kandungan orang berhati malaikat kayak Bunda. Ni-ki tau semua kebaikan Bunda dari Papa tadi malem. Orang-orang sayang sama Bunda termasuk Ni-ki sama Papa jadi, Bunda bahagia di sana ya? Ni-ki gak mau Bunda sedih diatas sana," ujar Ni-ki sambil menatap batu nisan sang Bunda dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Dibelakang tubuh Ni-ki, Jake sudah terisak karena ucapan Ni-ki yang menyentuh hatinya meskipun hanya ucapan terimakasih sang anak kepada istrinya karena sudah melahirkan Ni-ki kedunia.

Ni-ki tersenyum dan mengecup batu nisan itu lumayan lama tepat di nama sang Bunda berada. Ni-ki menatap jersey tim sepak bola nya lumayan lama sambil tersenyum getir, "Bunda. Hari ini tepat pas ulang tahun Ni-ki, Ni-ki akan tanding sepak bola lagi. Doain Ni-ki buat menang hari ini ya? Kedatangan Ni-ki dan Papa kesini karena Ni-ki mau bilang makasih dan minta Bunda untuk doain Ni-ki dari atas sana pasti boleh lah, siapa tau langsung dijabah sama Tuhan. Kan katanya doa orang tua bakalan langsung di kabulkan sama Tuhan," sambung Ni-ki.

Ni-ki menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum melanjutkan ucapannya, "Ni-ki kepengen banget di tonton sama orang tua Ni-ki pas tanding nanti kayak temen-temen Ni-ki secata langsung. Tapi Ni-ki sadar deh, sejak dulu Ni-ki memang selalu dipantau sama Bunda dari atas sana. Bun, kalo Ni-ki menang nanti Bunda mau apa? Mau bunga lagi dari Ni-ki atau mau di kasih surat cinta dari Ni-ki?" tanya Ni-ki kepada batu nisan di depannya.

Surat cinta yang Ni-ki maksud ada doa yang Ni-ki lantunkan untuk mendiang sang Bunda. Jake mengusap air matanya yang berada di pipi dan menetralkan nafasnya. Ni-ki menatap kearah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, "Bunda, Ni-ki berangkat dulu ya? Doain Ni-ki menang hari ini dan bisa tunjukin medali nya ke Bunda," ucap Ni-ki.

Sebelum beranjak dari makam, Ni-ki mengecup batu nisan sang Bunda cukup lama kemudian berjalan keluar makam. Jake menatap makam istrinya lumayan lama hingga tak sadar bahwa Ni-ki sudah lebih dulu menuju parkiran. Jake tersenyum sambil mengusap-usap batu nisan sang istri dan ia ikut mengecup batu nisan tersebut, "Doakan Ni-ki semoga dia menjadi atlet sepak bola kebanggaan negera kita ini. I still loving with you."

Setelah mengucapkan hal tersebut Jake pun langsung mengikuti sang anak menuju parkiran mobil agar segera datang ketempat pertandingan sepak bola Ni-ki berlangsung.

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang