Sean masih berdiri di ruangan dimas, dia masih enggan beranjak dari ruangan itu padahal percakapan mereka sudah selesai beberapa menit yg lalu. Sean masih tidak percaya kalau dia bakalan di asingkan ke sebuah pulau terpencil yg mana dia sangat membenci pulau serta air laut.
"Mas, lo serius ini mau asingkan gue ke pulau?"
Dimas yg sedang memainkan ponselnya langsung menatap tajam kearah Sean.
"Menurut lo gue bercanda gitu? Begini sea gue bukan mengasingkan lo tetapi menyuruh lo healing sejenak. Katanya lo mau seperti orang-orang yg ingin hidup bebas kan."
"Ya iya sih. CUMAN GAK KE PULAU JUGA."
"berhenti berteriak sea suara lo cempreng."
Sean masih merenggut "lo bisa asingkan gue kemana aja tapi please jangan ke pulau. Gue benci pulau dan air laut."
"Kalau lo gue kirim ke luar negeri sama aja bohong, lo itu model terkenal nama lo lagi naik daun. Kalau lo ke luar negeri sama aja bohong dong kalau lo healing, yg ada mereka bakalan nawarin pekerjaan nya sama lo."
"Mas...." rengek Sean membuat dimas jengah.
"Keluar sana gue masih banyak pekerjaan. Ingat ya Sean besok pagi lo harus berangkat, orang suruhan gue udah nunggu di pulau sana."
Sean menghentakkan kakinya kuat lalu dia berjalan keluar dari ruangan tersebut, dimas hanya menghela nafas saja sambil geleng-geleng kepala. Memang sejak dia menjadi meneger Sean tingkah Sean ada aja yg membuat nya pusing. Memang ia akui kalau Sean masih berusia muda, namun kenakalan Sean kali ini justru di luar nalar.
Bukan sekali dua kali dia menghadapi situasi ini, sudah beberapa kali namun tetap sama saja sean tidak berubah. Maka dengan berat hati dimas harus melakukan ini demi kebaikan Sean juga.
Dimas mengambil ponsel lalu menghubungi salah satu kenalan nya yg berada di pulau, cukup lama di angkat namun setelah itu terdengar suara berat.
"Lo besok gak ada pekerjaan yg banyak kan. Gue mau minta tolong sama lo."
"......."
"Temen gue bakalan kesana ke pulau jadi gue harap lo bisa menjaga nya. Orang nya sedikit galak nan manja. Tapi, dia juga merasa kesepian, makanya gue minta tolong sama lo. Bakalan gue bayar dan ini lo gak boleh nolak sih."
"......."
"Gak perlu mengumpat. Besok dia akan sampai mungkin sore sampai sana. Oke. Bye."
Dimas menutup sepihak telepon tersebut agar tidak mendapat umpatan dari orang yg dia hubungi, dimas tersenyum geli membayangkan jika Sean bakalan tantrum di pulau tersebut.
"Semoga lo dapat pelajaran berharga selama dua minggu nanti, sean."
***
Sean masih saja misuh setelah keluar dari ruangan dimas, dia masih tidak terima dengan keputusan untuk mengasingkan dirinya ke pulau. Bukan mengasingkan sebenarnya membuat dia healing sejenak, Sean pikir dimas akan menyuruh dia untuk keluar negeri nyatanya dia harus pergi kesebuah pulau asing yg selama ini Sean tidak pernah tau.
"Sialan mas Dimas ngapain coba nyuruh gue ke pulau. Udah tau gue benci banget sama laut dan air nya."
Dia terus berjalan sambil mengomel dengan bibir yg merucut lucu sambil menghentakkan kaki nya pertanda dia kesal, dia lekas keluar dari agensi nya untuk segera pulang ke rumahnya. Percuma saja dia di agensi jika tidak ada pekerjaan yg di kerjakan nya, lagi pula dia besok sudah berangkat ke pulau sialan itu.
Lantas dia pun keluar dari kantor agensi itu, namun saat dia keluar semua wartawan sudah berada didepan nya. Sean menghela nafas kesal kenapa disaat situasi hatinya sedang tidak baik ada wartawan yg menghampiri nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Sea
أدب الهواةseorang model terkenal yg sedang naik daun namun harus terkena sedikit skandal hingga akhirnya dia di asingkan di sebuah pulau terpencil, dia yg membenci laut harus bertemu dengan seorang penyelam andal yg sialnya si penyelam utusan dari meneger san...