Bagian 08.

342 68 0
                                        

Dimas merenggangkan otot nya yg kaku dengan menyenderkan tubuhnya di kursi kebesaran nya, pekerjaan nya saat ini amat sangat banyak. Padahal dia cuman mengurus pekerjaan Sean akan tetapi tetap saja meskipun Sean sedang berlibur pekerjaan dia tidak kunjung berhenti, mau menolak dia bekerja di agensi yg mana semua yg menjadi meneger artis mereka tetap diberikan pekerjaan, apalagi jika meneger tidak ikut berlibur bersama artis nya. Yasudah semakin banyak pekerjaan yg menumpuk.

"Airlangga gak macam-macam kan sama sean, kadang gue gak percaya sama anak itu. Mana susah dihubungi lagi."

Memang sejak tadi dia kerap kali menghubungi ponsel Airlangga tetapi tidak ada jawaban apapun, justru seorang operator lah yg menjawab nya. Dimas paham dimana Airlangga tinggal sekarang, namun tidak seperti biasanya ponsel Airlangga mati.

"Apa gue hubungi Haikal aja? Soalnya perasaan gue gak enak."

Dia lekas mengambil ponsel dan mengirimkan pesan kepada Haikal, namun sayang pesan yg dia tuju justru ceklis satu.

"Haikal juga gak aktif."

Lelah berpikir akhirnya Dimas pun meletakan kembali ponselnya, namun tak lama ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Tidak perlu penasaran karena yg pasti yg menghubungi nya adalah sky.

Aku berada didepan agensi kamu.

Dimas menghembuskan nafasnya saja lalu dia beranjak dari tempat duduk nya untuk menemui sky, sebenarnya dimas merasa enggan menemui pria tampan itu. Namun, dia sangat tau watak sky seperti apa. Semakin dilarang maka semakin menjadi nantinya, hal hasil dia pun kembali mengalah seperti biasa.

Keluar dari ruangan dengan berjalan cepat dan terburu-buru membuat beberapa staff agensi nya melihat kearah nya dengan aneh, namun dimas tidak pernah peduli. Saat ini dia harus bertemu dengan sky, entah maksudnya apa sky datang ke agensi nya.

Setelah didepan pintu keluar agensi, benar saja jika sky sudah berdiri didepan mobilnya dengan setelan jas mahal. Sangat tampan dan gagah namun Dimas menanggapi nya hanya biasa saja.

"Mau apa?" Tanya Dimas tanpa basa basi.

"Aku mau ajak kamu makan siang."

"Aku udah makan siang, sky. Lebih baik kamu makan siang sendiri."

"Aku tau kamu berbohong, dim. Kamu mencoba menghindari aku kan."

"Aku? Nggak. Sangat tidak mungkin menghindari kamu lah" gugup dimas.

"Terlihat dari wajah mu jika kamu gugup berhadapan dengan aku, lagian ada hal yg musti kita bicarakan terkait hubungan kita."

"Hubungan kita telah selesai, sky. Aku gak bisa sama kamu lagi. Harusnya kamu paham tentang hal ini kan."

"Kamu bahkan belum mendengar penjelasan apapun dari aku, dimas. Oke jika tidak dikasih kesempatan buat kembali sama kamu, setidaknya kasih kesempatan buat menjelaskan kesalahpahaman ini."

"Percuma sky kamu menjelaskan karena hubungan kita berakhir sudah lama."

Sky menjambak rambutnya frustasi "tapi aku masih mencintai kamu, Dimas."

Dimas hanya diam dan bingung harus berbuat apa, memang sky adalah mantan pacarnya di waktu kuliah dulu. Namun hubungan mereka berakhir karena sebuah salah paham. Sebenarnya Dimas ingin sekali sky menjelaskan namun hati kecil nya menolak untuk itu. Dimas hanya tidak ingin menjadi rumit apalagi dia sekarang bekerja mendampingi Sean menjadi meneger nya.

"Pergilah, sky. Urusan kita sudah selesai."

Dimas pergi meninggalkan sky namun baru selangkah tangan nya sudah ditarik dengan pria tersebut, lalu sky mencium bibir Dimas membuat dimas terpaku sejenak. Aliran darah berhenti begitu saja dari tubuh Dimas mendapatkan ciuman seperti ini. Namun Dimas segera tersadar dan langsung mendorong tubuh sky sedikit menjauh.

"Sorry, aku cuman kangen kamu" sesal sky.

Dimas tidak menjawab dia pergi begitu saja masuk ke gedung agensinya, sky mengacak surai nya merasa frustasi atas penolakan dimas. Namun sky tidak akan pernah menyerah begitu saja. Dia akan coba di lain hari, dia amat sangat yakin jika Dimas masih mempunyai perasaan terhadap nya.

Sedangkan Dimas berjalan sambil mengeluarkan airmatanya, bohong jika sampai saat ini dia menolak sky. Walaupun gimana pun sky adalah cinta pertama nya, dan sampai saat ini Dimas masih ada hati buat sky, namun dia sadar diri jika dia tidak tepat dan tidak pantas dicintai oleh seorang sempurna seperti Sky Hadiningrat.


****

Sean membalikan badannya dengan selimut tebal, sedangkan Airlangga masih setia berada disamping Sean. Dia bahkan dengan lancangnya mengelus lengan Sean sampai ke bagian bawah.

"Jangan lancang mending lo pulang" ungkap Sean sambil menahan tangan air.

"Tapi kamu suka kan."

Sean memutar bola matanya malas "B aja. Sekarang mending lo pergi. Gue mau istirahat."

"Setelah pake saya langsung diusir begitu saja, tega sekali."

Airlangga tidak akan beranjak dari tempat tidur Sean, Sean mencoba buat tidak peduli. Karena dia sudah mengantuk dan terlalu lelah akibat permainan tadi.

"Kamu tidak ingin menjelaskan apapun kepada saya, tentang apa yg terjadi saat kamu pingsan."

Mata Sean terbuka lebar dan segera duduk, dia membetulkan selimut nya supaya lebih nyaman.

"Tuan Airlangga yg terhormat! Gue gak akan pernah menjelaskan apapun kepada lo. Karena apa? Karena kita baru kenal, oke."

"Hm, oke."

"Lebih baik lo pergi deh. Gue ngantuk mau tidur."

"Baik. Saya akan kembali sambil membawakan makan siang buat kamu."

"Terserah!"

Sean kembali membaringkan tubuhnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal, memejamkan matanya. Airlangga pun menyerah dia lekas bangkit dan memakai celananya. Dia tersenyum tipis kepada Sean lalu dia meninggalkan Sean sendirian di penginapan.

Setelah Sean membuka matanya dia menghela nafasnya panjang "dia begitu nikmat."


****

"Kak, kamu udah dapat belum alamat Sean di pulau. Aku kayak nya mau ambil liburan kesana deh" kata hujan kepada sang kekasih.

Badai yg habis makan pun meletakan sendok disamping piring nya "kamu yakin mau liburan disana?"

"Hm, yakin sih. Soalnya aku belum dapat kabar apapun tentang Sean."

Badai tersenyum sambil memegang tangan hujan "aku tau kamu khawatir dengan Sean, tapi. Bukan nya Dimas udah jelasin kalau sean di asingkan ke pulau agar dia bisa menyembuhkan trauma nya."

"Mas dimas gak pernah menjelaskan itu? Dia cuman bilang kalau Sean berlibur. Walaupun dia tau kalau Sean takut akan pantai berserta air laut apapun itu."

"Babe, kamu terlalu polos."

Mata hujan berkedip beberapa kali membuat badai merasa gemas "apapun itu yg dilakukan dimas adalah hal yg baik buat Sean, apa kamu mau selamanya Sean berada dalam bayang-bayang masalah nya. Hm."

Hujan berpikir sejenak "nggak! Aku gak mau. Dia sudah cukup menderita sejak di tuduh membunuh orang tuanya padahal tidak salah dia."

"Makanya itu kita jangan ganggu Sean yg berjuang buat melawan trauma nya."

"Tapi kak. Aku mau liburan! Capek banget kerja begini."

"Iya. Nanti kita akan pikirkan masalah liburan."

Hujan mengangguk senang dia akan berusaha untuk bisa merelakan sang sahabat liburan sendiri, kekhawatiran mungkin ada namun badai menjelaskan membuat dia paham. Apa yg dikatakan oleh badai ada benar nya, mungkin Sean akan sembuh jika dia melawan trauma nya sendiri, daripada harus menghindar dan berobat tidak membuahkan hasil.

Lagipula hujan juga tidak tega jika Sean selalu mengkonsumsi obat dari dokter psikolog nya, setiap phobia nya kambuh. Sean mendapatkan phobia nya karena melihat orang tuanya meninggal pada saat menyelamatkan Sean saat jatuh ke lautan pada saat liburan musim panas.














Tbc.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang