Bagian 13.

216 64 13
                                    

Mobil Airlangga berhenti tepat di depan penginapan Sean, dia melepaskan saltbelt nya lalu menatap Sean yg sudah tertidur nyenyak selama perjalanan usai menangis. Airlangga tersenyum simpul melihat pemandangan yg ada didepan matanya, tangan nya terulur buat mengelus pipi gembil Sean.

"Kenapa aku sangat ingin melindungi mu?"

Dia merasa heran dengan perasaan sendiri sejak dimas mengirimkan foto sean sejujurnya Airlangga sudah jatuh hati sama pria yg ada di hadapan nya ini, tapi dia tidak punya keberanian buat mengatakan nya. Karena mereka pun baru mengenal satu sama lain, tugas dia hanya menjaga seperti yg dimas harapkan.

Airlangga mendekatkan diri lebih intens kearah wajah Sean yg sedang terlelap, dia mengelus pipi serta bibir Sean dengan lembut. Lalu mengecup bibir itu dengan perlahan, membuat Sean membuka matanya perlahan.

"Kita udah sampai?" tanya Sean seperti nyawanya belum terkumpul sempurna.

"Udah. Tidur lah biar nanti saya yg akan bawa kamu ke kamar."

Sean membuka matanya dengan sempurna lalu dia merenggang ototnya karena sehabis bangun tidur, dia melepaskan saltbelt lalu memandang wajah Airlangga.

"Kenapa?" tanya Airlangga bingung.

Sean geleng-geleng "nggak. Maaf karena gue masih belum mampu buat melawan rasa trauma gue."

"Tidak masalah. Kita lakukan hari lain."

Sean terdiam matanya menatap lurus kedepan seolah ada yg dia pikirkan saat ini, dia menghela nafas panjang karena masih belum bisa mengendalikan trauma nya. Sepertinya untuk dia bisa menghapus kesalahan nya di masa lalu sudahlah buntu, walaupun secara garis besar dia tidak salah akan tetapi seluruh keluarga bahkan kakak nya sendiri menyalahkan dirinya.

"Lo gak penasaran kenapa gue bisa trauma berat akan lautan" ucap Sean tanpa memandang wajah air.

"Kalau belum siap cerita jangan di paksa."

"Gue dulu pernah mati dalam lautan, sebenarnya gue bohong bilang tidak bisa berenang. Gue dulu bisa berenang akan tetapi kejadian waktu itu-"

Sean tidak bisa melanjutkan ceritanya dadanya terasa sesak dan ingin menangis, air yg paham langsung memeluk tubuh itu.

"Gak usah dipaksa kalau belum siap."

"Gue siap buat cerita sama lo tapi rasanya masih sama."

"Saya tidak memaksa."

"Lalu saat gue dan keluarga gue liburan bersama menyewa kapal laut saat itu, gue yg memang awalnya suka laut mencoba buat terjun ke lautan, orang tua gue pikir kalau gue terjatuh padahal yg sebenarnya terjadi gue mencoba terjun sendiri. Namun hal yg paling menakutkan terjadi dimana tiba-tiba ada ombak, ombak nya tidak begitu besar namun cukup membuat gue hampir tenggelam dan mati. Kedua orang tua gue mencoba menolong karena memang gue butuh pertolongan, namun yg gue tidak mengetahui adalah mama gue gak bisa berenang namun nekat. Sejak saat itu mama meninggal akibat tenggelam."

Ada jeda sedikit "tiga hari mama meninggal, papa gue menyusul dengan bunuh diri akibat tidak kuat di tinggal mama. Dan meninggal nya dia rela terjun ke laut sama seperti meninggal nya mama, dari situ gue benci yg namanya lautan. Gue benci pantai dan gue benci yg namanya pulau."

Airlangga masih setia mendengarkan apa yg diceritakan oleh Sean, sesekali dia mengelus punggung Sean agar memberikan ketenangan. Bahkan tangan air yg satu rela memegang tangan sean sebagai support buat Sean.

"Airlangga" panggil Sean membuat Airlangga mendongak.

"Hm."

"Gue menyedihkan ya?"

"Nggak. Kamu tidak semenyedihkan itu justru kamu adalah orang yg kuat."

"Gue mau sembuh Airlangga, tapi gue bingung gimana caranya buat sembuh. Gue pengen membuktikan sama kakak gue dan keluarga gue kalau gue bisa sembuh dan gak salah."

"Kamu bisa sembuh, saya yakin kamu bisa bangkit."

Sean hanya terdiam saja lalu dia memejamkan matanya sejenak, menerima pelukan hangat dari Airlangga. Rasanya ada ketenangan yg tidak bisa dia jelaskan, baru pertama dia merasakan pelukan dari orang lain. Bahkan keluarga nya serta kakak nya enggan memeluk dirinya.

"Air, mau menginap" tawar Sean membuat air tertawa.









"Aaaahhh... Move... Ohhh..."

Entah sejak kapan keduanya melakukan adegan ranjang yg pasti sejak Sean menawarkan Airlangga buat menginap disitu nafsu mereka sudah mengusai nya, Airlangga dengan semangat menyatukan barang pusaka nya ke lubang nikmat Sean.

Sean mendapatkan perlakuan begini hanya bisa mendesah bahkan mengigit bibirnya kuat sangking nikmatnya hentakan Airlangga, Airlangga bahkan senantiasa memegang benda cantik milik Sean agar lebih nikmat.

"Ooohhh...."

Berisik, satu kata yg mendeskripsikan malam ini Airlangga mendengar suara desahan nyaring Sean langsung mencium dengan penuh nafsu, Sean juga tidak tinggal diam dia mencoba mencium bibir Airlangga bahkan sampai ke lehernya.

Lantas Sean mendorong Airlangga hingga penyatuan mereka telepas, hal tak terduga terjadi nyatanya Sean mau merubah posisi sehingga dia yg mengambil ahli permainan, sean merangkak lalu meraih penis air buat elus bahkan di kecup sesekali membuat air tidak kuasa menahan rasa nikmat.

Sean mulai memasukan benda itu kedalam mulut nya, ukuran Airlangga tidak main-main dalam hal ini membuat Sean kesusahan buat memegang bahkan mulutnya sendiri tidak kuat. Sean mengecup serta mengemut penis itu seperti permen yg enak.

"Aaah.."

Mendengar desahan Airlangga membuat Sean semakin bersemangat, dia tidak peduli jika air liur nya berantakan. Yg penting malam ini adalah malam yg tidak bisa dia lupakan.

"Aah, sudah Sean. Saya tidak mau keluar di mulut kamu."

Sean melepaskan penis itu lalu naik keatas air,  Airlangga tersenyum miring melihat apa yg dilakukan oleh Sean. Sean melenguh cantik hingga badan nya sedikit ke belakang akibat penis Airlangga masuk begitu sempurna.

Ia langsung mencium Airlangga sambil mencoba untuk menggoyangkan pinggulnya, desahan Sean begitu merdu bahkan di sela-sela ciuman mereka masih terdengar.

"Ini jauh lebih nikmat dari yg gue bayangkan."

"Aaah, oohhh.."

Airlangga mencoba bangun sedikit langsung mencium bibir itu lagi seolah bibir Sean adalah candu buatnya, Sean memegang bahu Airlangga agar bisa menggerakkan dengan leluasa.

"Gimana suka? Hm" ucap Sean dengan nada sensual.

"Kamu terlihat sangat imut."

"Aaah, aaah, of course."

"Capek, hm."

"Tidak. Gue akan buat lo keluar."

Airlangga hanya tersenyum merasa tertantang dengan apa yg di ucapkan oleh Sean, Sean dengan semangat menggempur dirinya sendiri dengan penis besar Airlangga. Hingga Airlangga merasa dirinya hendak keluar langsung menekan pinggul Sean agar masuk kedalam ke hole Sean.

Desahan lega terdengar dari bibir keduanya dan sean langsung ambruk dalam pelukan Airlangga, Airlangga menyeka keringat Sean, lalu di kecupnya.

"Saya akan membersihkan kamu" kata Airlangga dengan lembut.

"Hm, biar begini dulu" jawab Sean sambil memeluk di bidang dada Airlangga tanpa melepaskan penyatuan.












Tbc.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang