Bagian 02.

319 54 4
                                    

Seorang pemuda tampan tengah bersiap untuk memulai aktifitas nya siang ini, dia memasukan semua alat yg dia butuhkan untuk menyelam. Karena siang ini dia harus pergi buat mengajar yg mau belajar menyelam, dirasa peralatan nya sudah dimasukan semua dia pun lekas keluar dari rumah sederhana yg sudah lama dia tempatin.

"Shit" ucapnya saat terkejut melihat seorang pemuda yg tersenyum bak orang bodoh didepan rumah nya.

"Mau nyelam bang" ungkapnya membuat pria itu mendengus.

"Mau mancing! Lo ngapain disini?"

"Mau ngapain lagi ya temenin Abang buat menyelam lah, kan selama ini gue temenin."

"Cafe lo gimana?"

"Gampang lah buka sore. Lo sampai jam berapa nyelam nya."

"Palingan dua tiga jam."

"Tumben cepet."

Bukan nya menjawab pria tampan itu lekas berjalan santai sambil menggendong tas nya, pemuda yg lebih muda darinya menggerutu kesal karena tidak menjawab.

"Bang jawab dulu kenapa cepet? Biasanya juga sampai sore atau mau masuk senja."

Pemuda tampan itu berhenti sejenak lalu menghadap kearah temen nya, dia tersenyum miring lalu memajukan tubuhnya membuat sahabatnya sedikit gugup.

"Haikal... Jadi manusia jangan kepo. Orang kepo matinya bakalan jadi arwah penasaran."

Usai mengatakan itu dia langsung berjalan menuju kearah pantai, sahabat nya Haikal merasa sedikit ketakutan dengan apa yg dikatakan oleh temen nya itu.

"Bang air bercanda nya gak lucu."

Ia langsung berlari menyusul kearah air atau nama panjangnya Airlangga, sedangkan pria pucat yg bernama air sudah berdiri tepat didepan lautan luas yg sangat indah. Dia memejamkan sejenak matanya menikmati angin sepoi-sepoi menerpa rambut gondrong nya.

"Bang gue siapin kapalnya dulu."

Airlangga mengangguk saja lalu dia memejamkan kembali matanya sambil tersenyum tipis, namun tiba-tiba dia teringat soal percakapan dengan seseorang beberapa hari lalu. Dia mengambil ponselnya lalu membuka apk chatting, dia melihat ada dua foto yg di kirim oleh seseorang itu.

"Sangat kesepian sekali, eoh" gumamnya lalu dia kembali memasukan ponselnya kedalam saku celananya sebelum nanti dia berganti pakaian dengan atribut nyelam nya.

"Bang kapal udah siap dan murid Abang yg mau belajar nyelam udah nunggu tuh."

Dia berjalan tanpa melirik kearah Haikal membuat Haikal kesal namun sudah biasa menghadapi sifat dinginnya Airlangga.

"Kayak nya kalau bang air punya pawang mungkin sifat es batunya bakalan mencair kali ya. Tapi siapa yg mau lihat tatapan matanya aja orang udah takut. Udah ah gue mending kerja daripada nanti bang air bacotin gue."

Dia bergedik ngeri jika nanti airlangga bacotin dia, karena demi apapun jika Airlangga udah marah serem layak nya ibu tiri.



****

Sean merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, sejenak dia merenungi tentang apa yg terjadi nantinya jika dia hidup di pulau terpencil akan jadi apa hidupnya. Selama ini dia di jakarta selalu mendapatkan apa yg dia inginkan, bahkan untuk sekedar hura-hura juga dia dapatkan. Tapi, nanti jika sudah di pulau apa yg dia temukan selain melihat kearah pantai dan laut.

"I hate you laut. Gue sangat benci pantai. Dan, kenapa sih mas Dimas tega banget sama gue."

"Ini tuh masalah sepele gue tinggal klarifikasi kelar, jumpa pers sama wartawan juga udah kelar. Tapi mas Dimas seenaknya aja ambil putusan suruh gue ke pulau."

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang