Bagian 05.

265 74 8
                                    

Motor Airlangga berhenti disebuah penginapan yg terbilang mewah, setelah berjalan lebih dari 5 jam akhirnya mereka sampai juga. Langit yg tadinya cerah berubah jadi gelap, di tambah tadi dalam perjalanan sedikit hujan membuat jalanan mereka sedikit terhambat. Air melepaskan helm nya dan langsung menoleh ke belakang kearah Sean yg ternyata sudah memejamkan matanya sambil memeluk erat pinggang nya.

Airlangga terdiam sejenak menatap wajah polos nan damai Sean saat tidur, begitu damai sampai Airlangga menampilkan senyuman nya. Airlangga sengaja tidak membangun kan Sean dengan sengaja dia membiarkan Sean sampai bangun sendiri. Dan benar saja tidak lama setelah itu mata Sean terbuka sedikit sedikit, dengan rasa kantuk yg amat berat dia pun menguap.

"Kita dimana?" Tanya nya tanpa sadar.

"Sudah sampai. Apakah begitu nyaman tidur dalam pelukan saya, hm."

Sean yg tersadar akhirnya melepaskan pelukan itu "jangan kepedean bisa. Gue tadi gak sengaja mau jatuh karena, karena lo naik motor kayak orang kesurupan wajar gue pegangan kalau jatuh lo mau tanggung jawab."

"Hm, ya. Lalu kenapa tertidur?"

"Gue ngantuk."

Sean lekas turun dari motor besar Airlangga, dia pun melepaskan helm lalu menyerahkan nya kepada Airlangga.

"Thank's."

Airlangga juga turun dari motor besarnya dan membawakan koper serta kunci penginapan, Sean hanya menatap dengan takjub kearah pintu penginapan nya. Sungguh ini penginapan luar biasa mewah sesuai dengan harapan Sean. Dia tidak menyangka di pulau terpencil begini ada penginapan sesuai dengan apa yg dia mau.

Airlangga meninggalkan Sean sendiri sambil membuka pintu kamar itu, Sean langsung berjalan masuk kedalam kamar tersebut.

"Ini kunci kamarnya kalau perlu apapun jangan sungkan hubungi saya, jika besok kamu mau jalan-jalan bisa saya antarkan."

"Hm, sudah sana pergi."

"Kamu usir saya?"

"Iya. Lagian mau ngapain lo disini. Mau nginep."

Air maju selangkah untuk mendekat dengan Sean membuat Sean mundur teratur, Sean menahan nafasnya saat air sudah berada yg begitu dekat dengan dirinya. Nafas keduanya memburu bisa Sean rasakan wangi khas dari pria didepan nya ini.

"Welcome to the South Island, Mr. Sean" bisiknya dengan lembut.

Usai mengatakan itu air langsung keluar kamar Sean, dia masih mencerna tentang apa yg terjadi. Lalu dia melirik secarik kertas yg mana bertuliskan nomor ponsel pria itu.

"Cih, dikira nya gue butuh nomor lo apa" Sean mengambil kertas itu lalu membuangnya ke tong sampah.

Bukannya membersihkan badan dia langsung merebahkan tubuhnya keatas kasur yg empuk, dia menatap langit-langit dalam kamar penginapan. Sepi yg dia rasakan saat ini. Sebenarnya sama seperti malam sebelumnya hanya saja waktu di jakarta dia bisa menghapus kesepian nya.

"Huft ... Gak ada yg istimewa disini."

Lama dia menatap kearah langit-langit kamar, matanya pun lama kelamaan terpejam hingga dia tertidur tanpa membersihkan diri nya.

Sementara itu air langsung tersenyum miring saat menatap kunci kamar yg dia pegang, sengaja dia tidak mengatakan jika kunci kamar ada 2 hingga dia memegang satu. Dia hanya ingin masuk kamar Sean tanpa perdebatan.

"Gue bakalan jagain lo."

Ia pun lekas pergi dari penginapan itu menuju kearah rumah nya, hari semakin larut bahkan tubuhnya merasa lelah karena berkendara hampir enam jam lamanya. Tapi, tidak masalah karena ini sudah tugas dia menjaga Sean seperti apa yg dipintah oleh Dimas.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang