Bagian 04.

264 58 2
                                    

Motor besar tersebut berhenti disebuah warung makan, Sean menatap tidak percaya karena berhenti di sebuah warung makan yg tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Biasanya dia makan disebuah resto ataupun cafe, namun dia kini menatap kearah warung makan yg jauh kata mewah.

"Lo yakin ajak makan gue disini" ujar Sean membuat pria pucat itu menatap kearah Sean.

"Panggil saya Airlangga atau air."

"Ck! Gue gak tanya nama lo."

"Turun."

Sean berdecak kesal lalu dia turun dengan angkuh, air hanya tersenyum tipis. Dan mengajak Sean masuk kedalam warung makan, Sean masih ogah-ogahan namun terpaksa dia mengikuti air karena dia kelaparan dan perut nya keroncongan.

Airlangga memilih meja terpaksa juga Sean ikutin, dengan ragu dia duduk di kursi yg telah disediakan.

"Resto disekitar sini gak ada?" Tanya Sean namun air tetap tidak menjawab.

"Apa masih lama perjalanan? Gue ngantuk banget dan juga capek naik motor lo yg gede itu."

"Sekitar 5 jam lagi baru sampai ke penginapan" jawab air enteng.

"WHAT??? LO SERIUS 5 JAM LAGI??? APA GAK ADA ALTERNATIF LAIN APA HAH!"

"Bisa dikecilkan suara kamu, lihat semua orang memandang kita."

Sean menatap ke sekeliling nya dan benar saja mereka dilihat banyak orang, sean menangkupkan tangannya tanda meminta maaf.

"Lo beneran gak sih ini?"

"Beneran, kalau pun ada alternatif lain kita musti naik kapal boat, butuh satu jam kalau naik kapal sampai ke penginapan."

Sean berpikir keras dalam hal ini, tidak mungkin dia naik kapal laut sedangkan dia amat sangat tidak suka laut. Dia masih terdiam namun tangan nya kini bergetar hebat kala membayangkan jika dia naik kapal laut buat sampai lebih awal. Betapa menderitanya dia nantinya. Air yg melihat itu merasa heran karena bukan hanya tangan yg bergetar seluruh tubuh Sean gemetaran.

"Hey ... Are you oke?" Tanya air namun membuat Sean merasa ketakutan sangat.

Air yg tidak mendapatkan jawaban dari Sean langsung aja bangkit dari duduknya, dan memeluk lelaki itu dengan reflek. Air baru menyadari kalau Sean takut akan laut, semua sudah dikatakan oleh Dimas maka dari itu Airlangga rela menjemput lebih lama ke bandara.

Dia punya phobia air laut, dia gak suka laut. Dia gak suka pemandangan laut, bisa di bilang punya trauma.

Gue gak bisa jelasin Airlangga cukup lo lihat saja nanti jika ketemu Sean.

Gue mau Sean sembuh dari trauma nya, maka dari itu gue kirim dia ke pulau.

Tolong Airlangga. Tolong temankan Sean selama disana.

Sean memeluk erat tubuh Airlangga tanpa sengaja, membuat air reflek mengelus punggung Sean buat menenangkan.

"It's oke.  Ada saya, kamu aman sama saya."

"Gue gak mau naik kapal, gue gak suka kapal."

"Oke, saya paham. Kita makan dulu."

"Gue mau pulang, gue gak mau disini."

Airlangga melepaskan pelukan nya lalu memegang pipi Sean yg sedikit gembul itu, menatap dengan tajam kearah mata Sean. Air sedikit terkejut dengan tatapan Sean yg nanar syarat akan kelukaan yg luar biasa. Airlangga mencium kening Sean membuat Sean terkejut atas perlakuan Airlangga terhadap nya, mau menolak juga tidak mungkin karena kejadian nya begitu cepat.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang