Bagian 21.

209 60 5
                                    

Hujan  menatap tajam sean yg sekarang ini duduk di hadapan nya, sementara Sean hanya santai sambil melipat tangan nya di dada. Hujan masih menatap dengan tatapan sengit namun Sean tidak peduli akan hal itu, sementara Airlangga tengah duduk di kursi meja makan sambil melihat laptop entah apa yg dilakukan pemuda itu yg pasti dia tidak mau ganggu urusan Sean dengan pria yg tidak dia kenal.

"Bisa lo jelaskan siapa dia? Kenapa pake segala ciuman lo pacaran sama dia" kata hujan buka suara membuat Sean mendengus.

"Kenapa lo begitu kepo?"

"Hell.. Jelas gue kepo karena lo udah lama gak begini yg terakhir sama Jackson itu pun sudah lama, wajar sebagai sahabat gue bertanya siapa dia."

"Dia bukan siapa-siapa" jawab Sean dengan tenang.

"Oh, god. Bolehkah Tuhan aku melempar kepala Sean pake batu."

Sean tertawa "emang bukan siapa-siapa, jan. Dia yg kemaren selama di pulau temenin gue. Jadi, gak salah kan kalau gue bawa dia untuk temenin gue lagi."

Hujan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkat ajaib sahabat nya itu, gimana bisa orang asing bahkan baru kenal beberapa minggu sudah berciuman mesra layak nya sepasang kekasih. Patut kah kalau hujan mencurigai Sean punya hubungan dengan lelaki tampan itu.

"Lo sendiri ngapain kesini dan tau darimana kalau gue udah balik?" tanya Sean yg mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Gue tau dari mas dimas sih makanya gue kesini lagian gue bosen banget di apartemen gak ada kerjaan gue hari ini."

"Pacar lo mana si badai."

Hujan menghela nafas berat "apasih yg lo harapin dari seseorang yg sibuk sama pekerjaan nya."

"Lo yakin kalau badai sibuk dengan pekerjaan nya, mana tau..."

"Sembarangan aja lo kalau ngomong."

Tawa Sean pecah seketika membuat Airlangga yg tengah fokus dengan laptop nya langsung mengalihkan pandangan nya terhadap Sean, Airlangga tersenyum tipis melihat ketawa Sean yg begitu renyah.

"Jangan nakutin gue soal perselingkuhan!"

"Ya sorry lagian aneh aja si badai pacarnya minta di belai malah sibuk."

Hujan cemberut langsung melempar bantal sofa kearah Sean, Sean tertawa betapa lucunya hujan jika di goda seperti ini. Sean tidak paham kenapa hujan bisa mencintai lelaki seperti badai yg sudah terkenal dengan keplayboyan nya. Walaupun katanya hujan mencintai badai karena harta tetapi menurut Sean sahabat nya ini mencintai badai begitu dalam.

"Udah ah gak usah bahas dia. Temenin gue belanja yuk" ajak hujan membuat Sean berpikir.

"Sebenarnya gue juga mau pergi belanja sih sama Airlangga mengingat kebutuhan dapur serta kebutuhan Airlangga juga belum ada, kalau lo ngajak ya ayo sebentar gue tanya Airlangga dulu."

Sean lekas bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri air sedang fokus dengan pekerjaan nya, Sean duduk berhadapan dengan air membuat air tersenyum tipis saat tahu Sean duduk didepan nya.

"Sibuk banget aku sampai gak bisa di pangku."

"Kalau mau di pangku masih bisa sih."

"Bercanda. Ikut aku yuk kita belanja bulanan sekalian nyari pakaian kamu."

"Memang pakaian saya kenapa?"

"Ya gapapa cuman aku pengen ubah penampilan kamu aja sih agar lebih fresh, sama itu rambut kamu agak nya lebih di potong pendek sedikit dari panjang begitu."

Air tersenyum "terimakasih sudah perhatian sama saya. Tapi, saya rasa kamu jangan terlalu repot dengan semua ini. Pakaian saya masih layak buat di pakai kok."

"Jadi kamu gak mau nih ubah penampilan" ucap Sean cemberut.

Melihat Sean cemberut membuat Airlangga gemas dia lalu bangkit lalu mengacak surai Sean dengan lembut, rasanya air pengen mencium bibir itu lagi namun dia masih waras karena masih ada temen sean.

"Udah ngebucin nya jadi pergi gak sih" seru hujan yg melihat kemesraan Sean dan Airlangga sambil melipatkan tangan nya di dada.


Sean begitu happy pergi ke supermarket dengan Airlangga walaupun hujan sedari tadi ada namun Sean tidak peduli dan menganggap hujan tidak ada, hujan sebenarnya kesal melihat romantisme sang sahabat namun dia juga bahagia karena untuk pertama kali Sean mampu bahagia.

"Tau begini gue ajakin badai aja" ujar hujan membuat Sean menoleh.

"Ya lo hubungi dong dia gitu aja repot."

"Lagian lo berdua sibuk banget seolah dunia ini milik kalian apa."

"Jangan marah! Kalau marah keriput lo nambah."

"Sialan."

"Kita kesana yuk air kayak nya ada pakaian yg cocok buat kamu" ajak Sean membuat hujan ingin muntah mendengar kata lembut yg keluar dari mulut Sean.

Sean mengajak air pergi ke tempat jual pakaian meninggalkan hujan sendirian, hujan mendengus saja lalu dia memilih keperluan nya sendiri. Sudah biasa dia lakukan mengingat kekasih nya itu orang sibuk.

Air hanya bisa pasrah disuruh Sean mencoba semua pakaian yg di pilih oleh Sean, dia rela bolak balik ke tempat ruang pengganti hanya untuk mencoba semua pakaian yg dipilihkan Sean untuk nya. Air mencoba pakaian ketiga lalu keluar. Sean melihat itu hanya memandang penuh takjub bagaimana tidak air tampak sangat tampan dengan memakai pakaian yg dia pilih.

"Kayak nya kita beli semua deh, soalnya pakaian yg aku pilihkan  cocok semua di badan kamu."

"Kebanyakan Sean pakaian saya juga sudah banyak."

"Air ini di jakarta pakaian lebih modis harusnya, lagian besok kamu harus ikut aku ke agensi. Masa iya kamu pake baju kaos di lapisi kemeja mulu."

"Terserah kamu aja deh, saya berdebat sama kamu juga kalah."

Sean tersenyum senang lalu dia mengajak air buat ke kasir membayar semua yg dia belikan, bukan tanpa sebab Sean melakukan ini. Sean tidak mau nantinya dia membawa Airlangga mendapatkan cibiran setidaknya buat air tampak tampan meskipun sudah tampan namun Sean akan membuat nya berkali-kali lebih tampan.

Setelah semuanya di bayar Sean mengajak air buat ke salon langganan dia, Sean ingin memotong sedikit rambut Airlangga agar lebih rapi dan tertata. Hujan juga sudah kembali ke apartemen dengan dijemput badai tadi hujan mengabari Sean.

"Temen kamu mana?" tanya air dari tadi tidak melihat hujan.

"Oh, dia udah di jemput pacarnya. Biasa anak itu gak mau jadi obat nyamuk di antara kita."

"Padahal gapapa karena biar rame."

"Memangnya kamu gak mau berduaan sama aku, hm."

"Eh, bukan begitu, Sean. Maksud saya-"

"Lupakan!"

Air mendesah frustasi melihat wajah Sean yg tidak mengenakan, air memegang tangan Sean menggenggam erat tangan itu membuat Sean sedikit berdebar namun dia mencoba menghalau.

"Maafin saya, saya tidak bermaksud buat kamu marah."

"Ya, maafin aku juga karena udah kekanakan."

"No! Kamu tidak kekanakan."

Sean tersenyum manis mereka berjalan menuju salon langganan Sean, namun langkah mereka berhenti karena ada seseorang yg berjalan kearah mereka. Sean mengumpat kesal karena harus bertemu dengan orang yg dia tidak ingin temuin seumur hidup nya.

"Wah... Gak nyangka ya kita ketemu disini, kak Sean. Btw. Siapa lelaki tampan ini? Apakah peliharaan kak Sean yg baru? Opsssss..."
















Tbc.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang