Bagian 33.

170 52 5
                                    

Sean tidak bisa menjawab apapaun yg dikatakan oleh air, hatinya gamang tidak menentu. Dia terlalu takut buat melangkah dan menerima cinta air dengan tulus, sedangkan air sudah terkekeh sinis karena sean sudah menjawab semua yg ada dalam isi hatinya, tentu air bisa menebak jika di hati sean tidak ada perasaan apapun untuknya. Jadi, buat apa dia selalu berada disini.

"Tidak usah dijawab jika kamu ragu dengan saya, sean."

"Pergilah, kamu benar kalau aku tidak akan pernah bisa membalas cinta kamu. Kamu benar kalau aku tidak bisa melihat betapa tulusnya cinta kamu, jika kamu pergi maka pergilah. Aku tidak akan melarang nya."

Sean mengembalikan kotak yg berisi gelang itu kepada air, namun air menolak.

"Kamu tidak perlu kembalikan gelang itu, jika tidak butuh maka buang saja gelang nya."

Airlangga langsung berbalik badan untuk pergi meninggalkan sean, sementara sean langsung membuang kotak gelang itu di tong sampah. Air tahu namun airlangga tidak akan pernah bisa marah, sekarang dia sudah memutuskan buat pergi meninggalkan apartemen sean.

Kini tinggal lah sean sendiri di dalam ruangan kamarnya, dia langsung jatuh terduduk dan memeluk lututnya. Dia terlalu takut buat jatuh cinta, apapun yg telah dilakukan air dia mengetahui kalau cinta airlangga tulus. Namun sean memilih buat mengikuti ego dan gengsi nya daripada hati dan perasaan nya yg sebenarnya sudah jatuh cinta dengan airlangga.





"Hujan" panggil airlangga membuat hujan menoleh.

"Kak air... Sedang apa disini?"

"Bisa kita bicara sebentar."

Hujan menatap air dari atas sampai bawah, keningnya berkerut melihat penampilan airlangga yg membawa tas ransel besar seperti ingin pergi. Hujan mengangguk dan mengajak airlangga buat masuk kedalam rumah nya, ntah darimana air mengetahui alamat hujan yg pasti airlangga mempunyai suatu hal penting dengan dirinya.

"Diminum dulu, kak" tawar hujan setelah air masuk kedalam rumah nya.

Airlangga dengan senang hati meminum air yg disuguhkan oleh hujan, hujan  melihat kegusaran airlangga bisa menebak kalau kakak dari kekasih nya ini pasti dalam masalah besar.

"Hujan, bisa saya minta tolong sama kamu" ujar airlangga membuat hujan semakin bingung.

"Kak airlangga sebenarnya ada apa?"

"Tolong jaga sean karena saya sudah tidak bisa menjaga dia lagi, tolong ingatkan dia makan jangan biarkan dia diet. Kalau dia tidak mau makan jangan biarkan dia minum alkohol buatkan saja dia teh hijau kesukaan nya."

"Gue gak paham maksud lo, kak. Lo mau kemana?"

"Saya akan kembali ke pulau karena tugas saya menjaga sean sudah selesai."



Malam telah terbit kini sean hanya duduk sendiri sambil melamun, matanya telah bengkak karena sedari tadi dia menangis. Entah apa yg dia tangisi yg jelas sejak kepergian airlangga ada rasa sepi dan kosong merasuki nya, sean tidak mau bertemu dengan siapapun bahkan sedari tadi ponsel nya berbunyi tidak dia hiraukan. Dia hanya perlu waktu sendiri tanpa gangguan orang lain.

"Sampai kapan lo begini" seru seseorang yg tidak lain hujan.

Sean hanya mendongak melihat hujan lalu dia kembali menatap kearah lurus, hujan duduk disamping sean mencoba memahami situasi keadaan sean.

"Dia telah pergi" lirihnya membuat hujan paham.

"Gue tau. Dia pamit sama gue suruh jagain lo."

Sean terkekeh "apa gue salah menahan dia tanpa ikatan?"

"Gue gak tau perasaan lo sama airlangga bagaimana, sean. Apa hubungan lo sama dia sejak awal juga gue gak paham, tapi melihat lo kacau begini udah jelas sih lo merasa bersalah."

"Gue gak mau dia pergi karena gue takut kesepian, hujan."

"Tapi lo harus tau kalau airlangga mencintai lo. Apa lo gak ada sedikit pun rasa untuk mencintainya."

Sean hanya diam saja enggan menjawab pernyataan hujan, hujan juga hanya bisa pasrah melihat keras kepalanya Sean bagaimana.

"Lo makan ya gue gak mau lo sampai sakit, ingat lo musti kerja lagi."

"Gue gak laper."

Sean bangkit dari duduk nya meninggalkan hujan dengan sendirinya, hujan menghela nafas lelah dia pun langsung beranjak dan pergi dari unit apartemen Sean. Percuma dia membujuk Sean hari ini karena suasana hati Sean lagi tidak baik.






Airlangga turun dari sebuah mobil yg membawa nya sampai ke pulau tempat tinggal nya, dia menghirup udara yg sudah hampir satu bulan tidak dia datangi. Dia berjalan dengan gontai tanpa senyuman seperti biasa, dia berjalan terus untuk sampai dirumah nya.

Ingatan tentang jakarta dan juga sea tidak akan pernah dia lupakan, rasa cinta itu masih ada namun air sadar diri sampai kapan pun Sean tidak akan pernah membalas perasaan tulusnya. Tidak masalah asalkan Sean dapat hidup dengan baik dan bahagia.

"Bang air, akhirnya lo balik juga" seru haikal sambil berlari memeluk Airlangga.

"Lo ngapain sih lama bener ke Jakarta. Untung aja toko selam lo yg ngelolah. Kalau tidak pasti pelanggan tetap kita bakalan kabur."

Air masih terus berjalan tanpa menjawab ocehan haikal, saat ini dia hanya ingin tidur dan mengistirahatkan tubuh nya yg lelah, haikal menatap bingung Airlangga yg mendadak menjadi pendiam. Ya, walaupun air pendiam biasanya tapi kalau di ajak ngobrol pasti akan dijawab.

"Bang, cowo cantik itu gak ikut sama lo?" tanya haikal membuat langkah air berhenti.

"Gue mau istirahat agar sore bisa buka toko selam lagi."

"Bang..."

"Kal, gue butuh waktu buat menjawab semua pertanyaan lo."

"Oh, oke."

Airlangga berjalan lagi haikal mengangkat bahunya acuh dan langsung pergi menuju kearah cafe nya, sesampainya Airlangga dirumah sederhana nya dia pun masuk. Lalu menghela nafas panjang karena akhirnya dia kembali juga kerumah minimalis ini.

"Gue bakalan lupain lo, sea. Walaupun susah bakalan gue coba."

Airlangga melihat setiap sudut rumah senyumnya terangkat saat mengingat kenangan Sean menginap dirumah yg sempit ini, namun seketika senyuman nya luntur karena sekarang kenangan itu hanya bisa dia kenang tanpa harus mengulang nya lagi.

"Fokus airlangga lo pasti bisa melupakan sean."
















Tbc.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang