Bagian 36.

149 45 2
                                    

Bahkan sampai menjelang pagi Sean menunggu airlangga namun sampai sekarang air tidak pulang kerumah nya, Sean menghela nafas gusar mendapati jika airlangga tidak pulang kerumah. Sean tidak tahu kemana airlangga pergi bahkan nomor ponsel airlangga juga tidak aktif, Sean juga tidak tahu apakah dia di block atau justru memang tidak aktif.

Sean bangkit dari duduknya dia pun duduk di kursi usang sambil menangkupkan tangan nya di dagu, mencoba berpikir kemana airlangga pergi. Namun otak nya tidak dapat bekerja dengan baik, hal hasil dia menghembuskan nafasnya saja karena otak nya sudah buntu.

Haikal terkejut mendapati Sean yg duduk termenung didepan rumah air, beberapa kali dia mengucek matanya takut salah lihat. Dirasa memastikan jika itu temen nya air barulah dia melangkah menuju ke sean.

"Cowok tampan ngapain dirumah bang air" tegur haikal membuat senyum Sean mengembang.

"Lo haikal kan? Temen nya air?"

"Iya. Gue haikal. Lo ngapain cowok tampan dirumah bang air."

"Gue lagi nyari airlangga tapi dari semalam dia gak pulang kerumah."

Haikal memicing matanya seolah mencurigai sesuatu, dia tampak berpikir sejenak ada apa cowok setampan Sean mencari airlangga. Serta ada hubungan apa dibalik Sean mencari airlangga.

"Hey.. Gue tanya sama lo kenapa malah liatin gue begitu."

"Eh... Enggak. Emmm, itu bang airlangga memang tidak akan pulang soalnya dia ke kota buat belanja untuk toko selam nya."

"Kapan dia pulang? Soalnya gue ada perlu sama dia."

"Ya, gue gak tau kapan dia pulang tapi yg jelas kalau dia pulang palingan juga dia ke pantai."

"Ngapain ke pantai?"

"Gue gak tau pasti, yg jelas sejak dia pulang dari jakarta dia selalu menyempatkan diri buat ke pantai. Bahkan hampir setiap hari kesana dengan alasan menenangkan diri."

Sean terdiam mencoba mencerna apa yg dikatakan haikal, apa benar jika air ke pantai buat menenangkan pikiran dia. Apa sesakit itu airlangga akibat penolakan dirinya, jika iya maka Sean tidak akan memaafkan dirinya sendiri karena sudah membuat hati airlangga hancur.

"Kenapa sekarang lo yg bengong?"

"Ah, nggak. Thanks informasi nya gue mau nyari penginapan dulu."

Sean lekas pergi dari rumah air percuma saja dia menunggu karena sudah pasti tidak akan pernah bertemu dengan air, dia akan memutar otaknya gimana nanti rencananya akan bicara dengan air. Bahkan dia menguatkan diri buat ke pantai dan melawan rasa trauma nya dengan menghampiri air nanti di pantai.

Sesampainya di penginapan dimana penginapan yg dulu Sean sewa kini dia menyewa kembali, alasan nya cuman satu karena Sean ingin mengingat kenangan nya dengan Airlangga. Bahkan Sean sudah tersenyum seperti orang gila kala melihat kearah kasur karena disini awal mulanya kisah mereka. Seperti orang gila Sean malah terbayang adegan panas nya dengan Airlangga padahal saat itu baru mengenal, bahkan Sean tidak sudi mengenal Airlangga waktu pertama kali.

"Sial, apa yg gue pikirkan."

"Tenang Sean kalau lo mikirin jorok gimana caranya buat bertemu dengan Airlangga di pantai."

Sepertinya Sean harus mencari cara agar bertemu dengan Airlangga tidak ke pantai, tapi gimana caranya agar Airlangga menemui dirinya. Sedangkan haikal jika dia meminta tolong kepada haikal maka bakalan rusak semuanya, karena dia yakin jika orang disini baik haikal tidak mengetahui hubungan dia dengan Airlangga.







Malam telah tiba Airlangga duduk termenung didepan ombak lautan yg sedang berderu kencang, berisik sudah pasti namun airlangga menikmati kebisingan suara ombak. Baginya suara ombak bagaikan candu yg menemani dirinya dikala sepi seperti ini, bahkan malam ini terlihat bulan bersinar terang menemani seisi dunia. Bahkan bulan bisa menerangi hati airlangga yg mungkin sudah gelap ini.

Dari kejauhan terlihat Sean yg sudah berjalan sedikit demi sedikit, melawan rasa trauma yg ada Sean akhirnya berhasil berjalan di atas pasir pantai. Dia juga bisa melihat Airlangga dari kejauhan sedang duduk termenung, entah apa yg dipikirkan oleh Airlangga Sean pun tidak tahu.

Berjalan perlahan akhirnya Sean sampai juga di samping air, hanya diam menahan tangis karena dia bisa sanggup sampai kesini. Sean ingin memeluk Airlangga tetapi rasanya tidak tahu diri sekali setelah semua yg dia perbuat. Dengan menarik nafas mencoba rileks akhirnya Sean memberanikan diri.

"Airlangga, tolong Pakaikan gelang ini" seru sean membuat Airlangga terlonjak kaget.

Airlangga bangkit dan menatap tajam kearah Sean, membuat Sean yg tadinya tersenyum seketika senyuman dia luntur. Tidak ada wajah ramah ataupun senyuman teduh yg ditampilkan oleh airlangga.

"Mau ngapain lo kesini?" tanya air ketus.

"Aku... Aku cuman mau kamu Pakaikan gelang ini."

Airlangga terkekeh sinis "lo pikir setelah lo lakuin sama gue, gue bakalan mau Pakaikan gelang itu sama lo."

"Air.."

Tanpa diduga Airlangga mengambil gelang itu membuat Sean terkejut, Airlangga melihat gelang yg harusnya dia kasih kepada Sean. Bahkan bisa jadi dipakaikan jika Sean menerima cintanya tetapi apa setelah semuanya terjadi Sean datang begitu saja tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Kalau lo datang cuman buat gelang ini mending dibuang, karena tidak ada gunanya sekali lo minta gue Pakaikan sedangkan perasaan gue lo gak pernah lihat."

Sean lidahnya mendadak keluh buat meminta maaf saja rasanya sulit sekali, airlangga membuang gelang itu membuat Sean berteriak histeris lalu dia berlari di dekat ombak laut tanpa rasa takut.

"Gelang itu" tangisan Sean tumpah seketika kala dia duduk di pasir dekat ombak, meratapi gelang yg dibuang oleh airlangga.

Airlangga bahkan tidak peduli ia pergi meninggalkan Sean, dengan cepat Sean berdiri dan berlari mengejar Airlangga.

"Airlangga tunggu kenapa dibuang gelang itu" teriak Sean membuat Airlangga berhenti.

Airlangga menatap dengan intens kearah Sean lalu dengan langkah pasti Airlangga berdiri didepan Sean, dia mengambil tangan Sean lalu mengembalikan gelang itu ke tangan Sean.

"Gelang ini tidak akan pernah mungkin gue buang, karena gelang ini seperti perasaan gue yg gak pernah gue buang. Kalau lo mau buang silahkan, gue gak peduli lagi."

Setelah mengatakan itu Airlangga bener-bener meninggalkan Sean sendirian di pantai, Sean menangis sambil memeluk gelang itu bahkan tangisan nya begitu pilu dan rasa penyesalan nya pun kembali menyeruak.

"Bahkan buat kata maaf saja gue gak bisa utarakan."


















Tbc.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang