Bagian 37.

211 57 5
                                    

"Gue belum bisa mengatakan apapun sama Airlangga."

"Tapi lo udah ketemu kan sama dia."

"Udah. Gue takut kalau dia gak maafin gue, tadi aja dia natap gue seolah menghakimi."

"Oh, ayolah Sean kalau tadi lo gak berhasil masih banyak yg harus lo lakuin buat mendapatkan maaf dia."

"Dengan cara apa?"

"Ya itu lo musti pikirin sendiri lah."

Panggilan diputus sepihak oleh hujan, Sean mendesah pelan mencoba berpikir apa yg dia harus lakukan buat mendapatkan maaf Airlangga, jujur Sean tidak berani buat mendatangi Airlangga lagi. Dengan melihat tatapan mata Airlangga sudah menggambarkan kalau banyak luka yg air simpan dimatanya. Itu pertanda dia terluka karena keegoisan Sean sendiri.

Ia menatap keatas langit mencoba berpikir langkah apa yg dia akan lakukan selanjutnya, ia tidak akan pernah menyerah sampai Airlangga jadi milik dia. Bahkan kalau perlu dia tinggal di pulau ini sampai permintaan maaf dia di kabulkan oleh air, berapa lama pun tidak masalah yg penting Airlangga mau maafin dia.

Sean bangkit dari duduknya untuk masuk kedalam kamarnya, besok dia akan bangun pagi buat bertemu Airlangga. Sudah tidak peduli lagi jika air menolak dirinya yg terpenting dia akan terus mengejar Airlangga sampai Airlangga menjadi milik nya.

Pagi harinya Sean bangun lebih awal karena dia sudah bertekad kalau pagi ini dia menghampiri Airlangga, tadi malam dia tidak bisa tidur memikirkan cara bagaimana membuat Airlangga takluk padanya. Maka tadi malam juga dia mendapatkan ide itu walaupun nanti terkesan seperti pria murahan Sean tidak peduli yg penting dia akan maju terus.

Sudah mandi dan berpakaian rapi Sean pun keluar dari penginapan, tujuan nya kali ini adalah rumah Airlangga maka dia berjalan menyusuri jalan setepak. Banyak warga disekitaran rumah Airlangga yg sibuk dengan aktifitas masing-masing, warga sekitar mayoritas nya penduduk dengan pekerjaan nelayan. Sean tersenyum tipis sebagai sapaan kepada warga sekitar walaupun dia tidak mengenal warga setempat akan tetapi dia mencoba beramah tamah.

Hingga dia sampai didepan rumah Airlangga dengan semangat membara dia pun melangkah kakinya, bisa dia lihat jika Airlangga tengah bersiap untuk pergi. Entah tujuan nya kemana Sean tidak mengetahui nya.

"Selamat pagi" sapa Sean membuat Airlangga menoleh.

"Tega banget sih sapaan aku gak dijawab."

Airlangga tetap pada kegiatan nya yg membereskan alat buat dia bekerja, Sean sebenarnya merasa kesal karena Airlangga begitu cuek padanya. Namun Sean juga tidak akan ingin menyerah begitu saja, dia akan membuktikan kalau dia bisa mendapatkan maaf dari Airlangga.

"Kamu mau kemana? Pagi ini sudah rapi."

"Apa rencana lo?" tanya Airlangga dengan dingin membuat Sean menelan ludahnya dengan susah payah.

"Aku... Aku... Aku cuman main aja kesini memangnya tidak boleh apa."

"Lo boleh kok main ke pulau ini bebas. Asalkan jangan ganggu gue, bisa!"

"Air.."

Airlangga lekas memakai ranselnya dia bahkan tidak peduli dengan kehadiran Sean, dia berjalan tanpa menghiraukan Sean lagi. Berjalan lurus kedepan dengan Sean yg berlari kecil menyamakan jalannya Airlangga namun air tetaplah air yg tidak peduli jika Sean mengikutinya.

"Air tungguin" teriak Sean membuat air berhenti sejenak.

Senyum Sean menggembang kala melihat air yg berhenti akan teriakan dia, dengan cepat dia melangkah kearah air akan tetapi Sean langsung berhenti kala Airlangga menatap dia tajam.

"Lebih baik lo pulang ke jakarta, karena kehadiran lo disini tidak berdampak apapun."

"Aku mau bantuin kamu."

"Tidak perlu! Semakin lo disini semakin besar rasa sakit gue melihat lo."

Airlangga langsung pergi meninggalkan Sean yg terdiam terpaku, Sean mengeluarkan air matanya sebagai bentuk kalau dia sakit hati atas semua ucapan yg di lontarkan oleh airlangga.








Ditoko selam nya Airlangga duduk termenung sambil memikirkan ucapan nya tadi, dia tahu jika ucapan nya adalah menyakiti hati sean. Namun Airlangga sudah terlanjur sakit perasaan nya akibat penolakan Sean, bahkan Sean juga sudah menjatuhkan harga diri Airlangga. Memang Airlangga akui dia juga salah mau menerima semua perjanjian yg diberikan oleh Sean, namun Airlangga tidak bodoh kalau Sean hanya membeli perasaan nya dengan uang.

Haikal yg melihat sang sahabat turut prihatin melihat air yg selalu merenung bagai tidak ada gairah hidup, haikal yg baru datang mencoba untuk mendekat dengan sahabatnya itu.

"Bang" panggil nya membuat air melihat kearah haikal.

"Sampai kapan lo akan berpura-pura begini" ucap haikal membuat air tidak mengerti.

"Maksud lo apa? Berpura-pura seperti apa maksud lo?"

"Gue udah tau semuanya kalau lo punya hubungan dengan cowo tampan itu kan."

Airlangga membuang mukanya tanda enggan menjawab ucapan haikal, haikal menepuk bahu Airlangga pelan seolah ingin menyemangati Airlangga.

"Kalau lo masih punya perasaan sama dia kejar bang, hampiri dia. Semalam dia hampir satu harian duduk didepan rumah lo dari awal dia datang gue udah memperhatikan dia."

"Gue gak tau! Perasaan gue terlalu sakit lagian gue sama dia kasta nya berbeda."

"Gue tau. Tapi asal lo tau juga cinta tidak memandang kasta."

Airlangga terdiam membenarkan ucapan haikal namun air tidak mau gegebah mengambil keputusan, kalau di bilang masih ada perasaan tentu Airlangga ada perasaan dengan Sean. Bahkan perasaan dia bisa dibilang sebagai bentuk cinta dan cinta itu tidak akan pernah berubah.

Namun bolehkah air sedikit kecewa dengan tindakan Sean yg akan takut jatuh cinta kepada semua orang, sean terlalu pukul rata semuanya. Pria dianggap nya semua berengsek padahal tidak seharusnya Sean mengatakan itu untuk menolak cintanya, harusnya Sean bisa melihat ketulusan hati dirinya yg begitu menyayangi Sean.



"Aa arghhhh... Kenapa susah sekali sih minta maaf sama Airlangga."

Sean mengeluh sendri kala tidak bisa mengucapkan kata maaf di depan Airlangga, padahal tadi pagi kesempatan dia meminta maaf kepada pria itu. Akan tetapi dia menyia-yiakan kesempatan yg ada, hal hasil di hari kedua ini dia telah gagal.

"Oh ayolah Sean berpikir ayo dengan apa caranya meminta maaf dengan airlangga."

"Hanya satu minggu Sean, waktu lo satu minggu buat liburan habis itu tidak ada kesempatan lain buat berkunjung seperti ini."

"Ayo berpikir!!"

Sean mondar mandir sudah seperti setrikaan dia harus mendapatkan ide yg cemerlang untuk bisa meminta maaf dengan Airlangga, langkah kakinya berhenti kala dia mendapatkan sebuah ide yg akan membantu buat dia meminta maaf dengan Airlangga.

"Kenapa gue gak kepikiran dari kemaren."

Dia lekas mengambil koper lalu mengambil sebuah kamera yg mana nanti dia akan merekam suara nya, dia akan merekam permohonan maaf kepada Airlangga lalu dia akan berikan rekaman itu kepada Airlangga nantinya.

Dia mulai merekam suaranya dia akan bercerita panjang lebar direkaman ini, point utamanya adalah dia akan meminta maaf serta mengatakan perasaan yg sebenarnya dengan Airlangga. Akhirnya rekaman itu pun selesai sean tersenyum senang karena bisa meminta maaf dengan Airlangga walaupun tidak secara langsung.

"Semoga berhasil deh soalnya ini cara terakhir yg gue punya" ucapnya dengan penuh semangat.
















Tbc.

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang