Bagian 10.

212 59 3
                                    

Niat hati mau jalan-jalan dan mencari kuliner, justru Sean berjalan kaki menuju ke balai desa terdekat. Walaupun dia tidak tahu letak balai desa itu namun dia cukup bertanya-tanya kepada warga setempat. Dan akhirnya dia menemukan dimana tempat balai desa itu, entah kenapa hatinya penasaran dengan apa yg dikatakan pria yg bernama haikal. Otak dan hatinya seperti tidak sinkron, padahal dia begitu acuh namun ternyata dia datang ke balai desa juga.

Saat sudah sampai di depan balai desa, sean terdiam bahkan dia ragu buat melangkah kan kakinya kesana. Padahal sekitar jarak beberapa meter sudah terlihat Airlangga yg sedang penyuluhan disana, sean memukul kepala nya karena merasa tindakan dia berlebihan.

"Kenapa gue kesini ya?" tanyanya sambil menatap kearah Airlangga.

Dia malah menatap intens sambil melamun, entah apa yg dipikirkan sean yg pasti sean tidak mau beranjak kesana. Sedangkan Airlangga dia sudah melihat jika sean berada di jarak yg tidak begitu jauh, namun karena masih memberikan penyuluhan hal hasil dia tidak menyusul sean.

"Ayo kesana kak, ngapain diem aja" seru haikal membuat sean terkejut.

"Siapa yg mau kesana? Gue nyasar makanya sampai sini."

"Hm, percaya sih. Tapi kenapa gugup?"

"Hah! Apa? Gue? Gugup. Hahahah nggak lah aneh banget gue gugup" ujarnya dengan suara yg gugup.

"Kakak ini sepertinya orang nya gengsi. Tinggal bilang lagi nungguin bang air susah amat."

"Iih, apaan sih. Gue gak nungguin dia. Udah lah gue balik aja."

Haikal rasanya ingin tertawa melihat tingkah sean yg menurut nya sangat gengsi, udah jelas haikal mengikuti sean dari belakang. Bahkan haikal tau kalau sean mau ke balai desa, karena sean begitu efforts bertanya kepada warga sini dimana balai desa.

"Sean" panggil Airlangga membuat sean merutukan kebodohan nya.

Sean pun berbalik lalu dia memasang wajah datar, sementara haikal dia sudah tersenyum melihat moment bersejarah bang Airlangga menaklukan kucing kecil.

"Kamu ngapain kesini?" tanya air dengan santai.

"S-siapa yg nyariin lo. Geer, gue tadi tuh mau jalan-jalan aja, gak tau nih kaki gue nyasar nya kemari."

Airlangga mengangguk percaya saja "sekarang mau kemana?"

"Kayaknya gue cabut aja deh takut menjadi obat nyamuk. Bye bang dan pria tampan."

Sebelum haikal pergi pria itu sempet berbisik ke telinga Airlangga, yg membuat air geleng-geleng kepala. Setelah haikal pergi dari hadapan keduanya kini tinggal lah Airlangga dengan sean seorang.

"Mau ikut sama saya gak."

"Pantai lagi?"

"Bukan. Saya akan ajak kamu kuliner, pasti kamu belum pernah merasakan kuliner di pulau ini kan. Kamu bisa makan apapun tanpa takut berat badan kamu kecil."

Sean hanya mendelik saja, karena lama mendapatkan jawaban. Airlangga menarik tangan sean sambil memegang tangan itu dengan lembut. Sean sedikit terpaku karena begitu lembut Airlangga memperlakukan dia. Namun berbeda dengan Airlangga yg tampak santai seolah sean adalah kekasih nya.

Keduanya jalan dalam diam bahkan sean enggan membuka mulut nya, bahkan wajahnya sedari tadi hanya menunduk kebawah saja.

"Gimana mau lihat pemandangan area sekitar kalau wajah kamu selalu menunduk, apa lebih indah tanah daripada pemandangan sekitar."

"Apasih lo, masih lama gak."

"Itu depan situ, disitu ada motor yg bisa kita pinjam. Motor saya sedang di bengkel."

The Love SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang