Bab 28. Calon Pengganti Alisha

137 5 0
                                    

Senja mulai turun ketika motor Farhan tiba di halaman rumahnya. Dia segera turun dari motor, lalu melangkah menuju rumah sambil sibuk dengan ponselnya, membalas beberapa pesan dari Cantika yang masih membahas beberapa urusan pekerjaan.

Saat langkahnya tiba di ruang tamu, sejenak dia terhenti, tersadar dengan adanya Faisal dan Rahma yang duduk berduaan di ruang tamu. Mata Farhan langsung menyipit, terlihat tidak senang melihat Rahma di sana.

Dia menghela napas panjang, ragu apakah harus menegur Faisal atau tidak. Tak ingin ribut dengan kakaknya, Farhan memutuskan untuk mengabaikan apa yang dia lihat, kemudian melengos dan berjalan menuju kamarnya tanpa mengatakan apa pun.

Melihat sikap Farhan yang acuh tak acuh membuat Faisal kesal. "Baru pulang bukannya salam, malah ngeloyor gitu aja. Kamu udah nggak mau ngehormatin kakak kamu?" sindir Faisal.

"Assalamualaikum," salam Farhan meski terkesan terpaksa. Itu pun tanpa menoleh ke arah Faisal.

Faisal hela napas, lalu menatap Rahma dengan ekspresi tidak enak hati. "Maaf ya, Bu Rahma. Adik saya yang itu emang agak serampangan."

"Gapapa, Pak Faisal," jawab Rahma sambil tesenyum.

Saat Farhan melewati ruang tengah, dia melihat Nur membawa nampan berisi teh dan camilan.

"Ini buat tamunya Mas Faisal?" tanya Farhan, sedikit heran.

"Iya, Farhan," jawab Nur ramah sambil tersenyum. "Kamu mau dibuatin teh juga?"

Farhan menggeleng cepat. "Gak usah, Bu. Aku cuma heran aja, kenapa Ibu nyambut tamu ceweknya Mas Faisal. Emang gak takut digosipin sama tetangga?"

Nur tersenyum lembut, "Faisal kan udah cerai, jadi gak ada salahnya dia dekat sama perempuan lain," jelas Nur.

"Gak ada salahnya gimana?" tanya Farhan, "Mereka pisah baru minggu lalu. Mereka belum sidang. Berarti mereka belum resmi cerai dong, Bu?"

"Gak apa-apa, kan tinggal nunggu sidang aja. Tetangga juga udah pada tahu, kalau Faisal cerai sama Alisha. Lagian Rahma itu perempuan baik, kalo gak cepet dideketin, nanti keduluan laki-laki lain," jelas Nur dengan mantap.

Farhan menghela napas, merasa tak habis pikir. "Astaghfirullah, Bu..."

"Astaghfirullah apa? Kamu itu kayak tahu kehidupan lebih dari ibu saja. Ibu udah lebih lama hidup, ibu lebih berpengalaman, jadi jangan ngajarin ibu," sahut Nur, lalu melengos pergi ke depan untuk menyajikan minuman dan makanan kecil untuk tamu Faisal.

"Silakan dek Rahma," kata perempuan tengah baya itu. Terlihat sangat welcome pada Rahma. Nur juga menaruh cangkir teh di depan Faisal. "Makasih, Bu. Maaf, ngerepotin," ucap Rahma masih segan pada Nur.

"Sama sekali nggak ngerepotin. Kan ibu juga yang nyuruh kamu dateng, jadi harus nyambut kamu dengan baik," jawab Nur sambil duduk di samping Faisal. "Tadi Faisal udah cerita kalau ban motor bu Rahma bocor, makanya ditinggal di sekolah ya?"

"Iya, Bu. Untung tadi dianter sama Mas Faisal," jelas Rahma sambil tersenyum.

Nur tersenyum-senyum mendengarnya. "Kalau bisa nganter tiap hari juga gak apa-apa, lagian rumah Bu Rahma kan searah."

Rahma tersenyum malu. "Tidak enak, Bu. Takut ngerepotin."

"Sama sekali gak ngerepotin sih, Bu. Apalagi sekarang saya kan udah cerai sama istri saya," kata Faisal, mencoba meyakinkan Rahma.

"Tapi, bukannya baru aja, Pak?" tanya Rahma hati-hati.

"Laki-laki kan gak ada masa iddah, Bu," jawab Faisal sambil tersenyum, ingin memberi kode pada Rahma. Rahma pun tersenyum, seolah memberi lampu hijau saat Faisal ingin mendekatinya.

Farhan berdiri di balik dinding ruang tengah sambil memerhatikan ke arah ruang tamu. Rasanya kesal melihat keakraban Ibu dan kakaknya bersama perempuan lain saat Alisha belum lama angkat kaki dari rumah.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk bahu Farhan, "Woi!"

Farhan kaget, dia balik badan dan langsung kesal saat melihat Farida yang sudah berdiri di belakangnya. "Ngagetin aja sih kamu?" protes Farhan pada adiknya.

"Lagian, Mas Farhan ngapain di situ?" tanya Farida, sedikit heran.

"Gak ngapa-ngapain," jawab Farhan singkat.

Farida mengernyit heran, lalu dia melongok ke arah ruang tamu, melihat Nur dan Faisal sedang asik berbincang dengan Rahma. "Ada mbak Rahma ternyata," gumam Farida.

"Ngapain sih tu orang sering banget dateng ke sini perasaan?" gerutu Farhan kesal.

"Nggak sering, kok. Jarang banget malah," sanggah Farida.

"Sering, kamu aja yang gak tau!" Farhan kesal.

"Iya kali," Farida mendengus. "Tapi barusan itu kamu nguping ya, Mas? Pengen tau mereka ngobrol apa?" tebak Farida. "Daripada nguping, mendingan ikut gabung ngobrol di ruang tamu sana. Aku yakin ibu sama Mas Faisal gak keberatan."

"Dih, ogah!" jawab Farhan dengan jutek.

"Ya udah sih, gak usah sewot," sahut Farida sambil menggeleng.

Farhan memerhatikan Farida, baru sadar jika penampilan Farida sangat cantik. Dia mengenakan blus warna cokelat pastel, bawahan celana jeans, dan sepatu sneaker yang membuat penampilannya terlihat stylish. Wajahnya dihias make up tipis, dan rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai indah.

"Mau kemana kamu?" tanya Farhan.

"Mau kencan lah, bentar lagi Tomy jemput," jawab Farida tanpa malu.

"Masih aja pacaran, udah tahu kalau pacaran itu dilarang," Farhan memberikan nasehat.

"Sirik aja, dasar jomblo," ledek Farida. Farhan berdecak kesal karena diledek. "Dinasihati bener, malah ngatain."

"Ibu aja nggak ngelarang aku, kenapa kamu ribut sih, Mas?" protes Farida. "Lagian Tomy itu anak orang kaya, kalo aku nikah sama dia, pasti bisa ngangkat derajat keluarga."

Farhan menghela napas panjang. "Keluarga Tomy yang kaya, belum tentu keluarga mereka bisa welcome sama keluarga kita yang sederhana. Setahu aku, orang keluarga kaya pasti bakal nyari pasangan yang sederajat. Jangan kesenengan kamu bisa pacaran sama anak orang kaya— Tomy belum tentu mau nikahin kamu, bisa aja dia cuma pengen seneng-seneng, ngajakin pacaran cuma buat ngambil keuntungan dari kamu."

"Mas kenapa ngomongnya gitu sih? Mas kayak nyumpahin adik sendiri, jahat banget kamu, mas!" kelas Farida.

Farhan kesal dan mencubit pipi adiknya. "Kenapa jadi nyumpahin? Aku nasihatin, sekaligus ngasih kamu peringatan."

"Ngapain nyubit segala!!" teriak Farida sambil berusaha melepaskan tangan Farhan di pipinya.

"Biar kamu cepet sadar, jangan kepanjangan mimpinya!" tegas Farhan.

"Nyebelin!" Farida menginjak kaki Farhan yang kini hanya mengenakan sandal. Farhan meringis kesakitan sambil mengangkat kakinya yang baru diinjak Farida dengan sepatu skenakernya.

"Rese banget sih?" kesal Farhan. Farida cuek dan menjulurkan lidahnya. "Kamu yang mulai. Dah ah, aku mau ke depan dulu."

Farhan geleng kepala sambil memerhatikan adiknya. "Harusnya kamu belajar pakai hijab, rambut dipamerin mulu, aurat itu."

Farida malah mengebaskan rambut panjangnya, hingga bagian ujungnya menyabet muka Farhan. "Rambut aku bagus, kan? Abis dari salon, nih."

Farhan melotot marah, tapi Farida langsung berlari kabur sebelum diamuk kakaknya.

Menikahi Mantan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang