"Kamu emang paling jago playing victim! Di balik muka kamu yang lugu, nyatanya kamu pinter banget akting," dengus Faisal dengan nada menyalahkan.
Alisa makin merasa dadanya sesak. "Selama ini aku udah cukup sabar ngadepin kamu, Mas. Kamu selalu nuduh aku sembarangan—kamu fitnah aku berkali-kali, bahkan tiap kali aku berusaha bela diri, kamu gak pernah percaya. Padahal kamu gak pernah punya bukti, tiap kali kamu nuduh aku." Suaranya pecah dalam keputusasaan, mencoba menegaskan kesalahpahaman yang terus menghantui hubungan mereka.
"Mas Faisal nggak nuduh sembarangan!" sahut Farida. "Jadi perempuan yang udah bersuami harusnya gak kegatelan, tapi kamu malah godain cowok sana sini— bahkan sampai godain adik ipar sendiri."
Alisha menatap marah pada Farida, tetapi sebelum ia sempat berkata-kata, Farhan melemparkan bentakannya. "Udah gila kamu, Fa! Atas dasar apa kamu nuduh mbak Alisha kayak gitu?"
"Mas Farhan kayaknya emang udah kena peletnya mbak Alisha, makanya sampe lupa segalanya gitu. Apa pun yang terjadi, selalu belain mbak Alisha," ujar Farida sinis, menatap Farhan dan Alisha bergantian dengan sorot mata menusuk.
"Aku gak belain mbak Alisha, aku cuma ngomong yang sebenernya. Mbak Alisha nggak pernah godain aku," tegaskan Farhan.
Nur tampak marah dan kecewa. "Cukup, Farhan! Kamu gak perlu ngomong apa-apa lagi."
Farhan menatap ibunya dengan wajah penuh kekecewaan. "Kenapa aku nggak boleh ngomong, bu? Ibu pengen aku sama mbak Alisha diem aja gitu, meski dituduh yang nggak-nggak?"
"Mas Farhan, buka mata dong! Sebelumnya mbak Alisha bilang nolongin anak mantan majikan ibunya—yang notabene cowok! Bahkan sampe nungguin di rumah sakit, apa tujuannya coba kalo nggak caper sama dia? Pasti tajir banget tuh orangnya, bisa diporotin," kata Farida.
"Astaghfirullahaladzim, Farida! Kamu jangan keterlaluan! Aku nggak pernah punya pikiran kayak gitu." Alisha makin tertekan dengan desakan Faisal dan juga keluarganya. Membuatnya makin merasa putus asa, dan meragukan kesanggupannya meneruskan rumah tangga dengan Faisal.
Farhan yang merasa tak sanggup lagi menahan emosi, dengan kasar menarik adiknya menuju kamarnya. "Mending kamu masuk kamar, gak usah ngomporin! Apalagi omongan kamu sama sekali gak bener!"
Farida meronta, menolak keras ketika diseret menuju kamar oleh Farhan. "Mas Farhan apaan sih? Aku cuma ngomong apa adanya!"
Nur segera bereaksi, menarik tangan Farhan yang menyeret Farida. "Lepasin adik kamu! Kamu juga sama aja, Farhan! Kenapa kamu mau-mau aja dideketin sama Alisha? Kamu beneran suka sama dia? Sampe-sampe kamu terus aja belain dia?" Kedua mata Nur berkaca-kaca, terlihat sangat kecewa pada Farhan.
Alisha makin tercekat mendengar keributan di sekelilingnya, namun dia sama sekali tak punya daya untuk menghentikannya.
"Ibu ngomong apa sih? Aku nggak ada perasaan apa-apa sama mbak Alisha, aku udah jelasin berkali-kali," ucap Farhan dengan nada tegas.
Nur masih terlihat ragu, wanita itu terdiam beberapa saat. Hingga situasi di ruangan terasa hening dan tegang. Beberapa saat berlalu, Nur akhirnya bicara dengan suaranya gemetar. "Tadi ibu ketemu bu Surti, dia bilang kalau dia yakin banget kamu sama Alisha punya hubungan khusus."
Farhan menghela napas putus asa. Alisha pun merasa dadanya dipenuhi banyak emosi. Marah, kesal, kecewa, semua menyatu.
Faisal pun terlihat hancur, matanya memancarkan kekecewaan dan amarah yang mendalam, seperti seorang yang merasa dikhianati.
Farhan berusaha menjelaskan, "Bu, sebelumnya aku udah jelasin yang sebenernya. Kenapa sekarang ibu malah bilang gitu? Kenapa ibu masih terganggu sama gosip-gosip di luaran sana?"
Nur menangis semakin deras, "Bu Surti bilang kalau dia lihat sendiri, waktu Alisha boncengan sama kamu, katanya sampe peluk-peluk pinggang kamu."
Alisha terbelalak kaget mendengar ucapan Nur. Dia menggeleng cepat, berusaha membela diri. "Itu nggak bener, Bu. Itu semua fitnah."
"Aku berani sumpah kalau itu emang nggak bener. Aku sama mbak Alisha selalu jaga jarak, bu Surti itu emang mulut sampah, harusnya ibu nggak dengerin dia," Farhan menjelaskan dengan putus asa.
"Sebenernya ibu nggak percaya, ibu yakin kamu anak ibu yang baik. Kelakuan kamu gak mungkin begitu." Nur menatap Farhan dengan sedih.
"Aku juga nggak percaya!" seru Farida tegas, "Tapi kalo pun yang dibilang bu Surti emang bener—pasti mbak Alisha aja yang gatel."
"Farida! Sudah cukup!" teriak Alisha, terlihat frustrasi. "Mau sampai kapan kamu terus-terusan fitnah aku? Apa kamu emang pengen, aku sama mas Faisal pisah?!"
"Gak usah berlagak paling tersakiti, aku udah tau semua kebusukan kamu, mbak," kata Farida dengan tajam. "Kasihan banget mas Faisal, dapet istri kayak kamu. Nggak cuma makan ati, tapi juga harus nahan malu. Kelakuan kamu itu bikin mas Faisal diomongin juga sama warga."
Alisha seolah sudah putus asa dengan kehidupan rumah tangganya, lalu dia menoleh pada Faisal dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. Nyaris tak sanggup dia menahan rasa sakit atas sikap keluarga suaminya. "Sekarang aku tanya sama kamu, mas... apa kamu juga mandang aku kayak gitu?"
Faisal tercekat, menatap Alisha dengan wajah emosi dan kecewa. "Aku udah berusaha sabar ngadepin kamu, Alisha. Tapi rasanya aku nggak sanggup lagi..."
"Jadi selama ini kamu emang nggak percaya sama aku?" Tanya Alisha.
"Gimana aku bisa percaya sama kamu, sedangkan kamu sendiri gak pernah bisa jaga kepercayaan aku. Kamu godain adik aku, kamu nungguin laki-laki lain di rumah sakit, kamu pikir dengan liat kelakuan kamu yang seperti itu, aku nggak akan mikir macem-macem?" Tegas Faisal. "Aku bahkan sering bertanya-tanya, apa anak yang kamu kandung itu beneran anak aku atau bukan?"
DHEG! Alisha terbelalak kaget, airmatanya seketika jatuh mengalir deras di wajahnya. Tubuhnya gemetar, terpukul oleh ucapan Faisal yang begitu menyakitkan.
Farhan yang sebelumnya mencoba menahan amarahnya, kini merasa seperti meledak. Namun Nur meraih lengan Farhan, seolah mencegah Farhan untuk kembali membuat keributan.
"Udah berkali-kali kamu nuduh aku sembarangan, kamu ngeraguin aku, kamu maki-maki aku atas kesalahan yang gak aku lakuin, aku bisa sabar, Mas. Tapi kali ini kamu bahkan ragu, sama anak ini..." Alisha menatap tajam ke arah Faisal, tapi tatapan itu juga penuh dengan keputusasaan.
Faisal terdiam, napasnya terasa berat di dada. Ekspresi wajahnya berganti-ganti antara penyesalan, kesedihan, dan kebimbangan. Dia menyadari betapa kata-katanya telah melukai Alisha, tetapi di saat yang sama, rasa kebingungannya masih menghantuinya.
"Aku udah nggak bisa ngapa-ngapain lagi, mas. Kalau kamu emang udah sampai di titik nggak percaya sama aku dan juga anak ini, aku nyerah... kalau kamu emang mau cerein aku, kamu segera aja urus semuanya," kata Alisha dengan suara yang penuh dengan kepahitan, sambil melengos masuk ke dalam kamar.
Farhan menatap Alisha dengan wajah bingung dan iba, dia menoleh pada keluarganya yang seolah tak peduli.
-----------------------------
Terima kasih yang sudah terus ngikutin cerita ini. Mulai hari ini, MMKI hanya akan update setiap hari Minggu. ^_^

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Mantan Kakak Ipar
RomansaAlisha mengira jika dia menikah dengan pria yang agamis, maka kehidupan rumah tangganya akan harmonis. Namun tampilan seseorang memang bisa menipu, Faisal Rizqi yang dikenal sebagai guru agama yang sholeh, ternyata pria yang hanya pandai mengaji, na...