Bab 2. Bakti Pada Mertua?

297 5 4
                                    

[Info: Insya Allah novel ini akan update setiap hari Kamis & Minggu. Jika pengen baca lebih cepat, bisa tengok di Good Novel ya, di sana update setiap hari. Terima kasih]

*** 

"Ada apa sih?" Nur muncul dari arah belakang, melihat kedua anaknya tampak berdebat. Perhatian Nur teralih pada Farhan yang masih memegangi kopernya. "Farhan? Kamu baru sampai?" tanya Nur, tersenyum melihat anak keduanya yang akhirnya kembali. Farhan langsung mendekat pada Nur, lalu mencium tangannya. "Baru aja, Bu," jawabnya singkat.

"Baru pulang kenapa langsung berdebat sama adikmu sih?" tanya Nur, heran melihat keadaan sebelumnya.

"Siapa yang berdebat sih, Bu? Aku cuma negur Farida aja, soalnya dia gak nyuci baju sendiri. Malah dicuciin sama Mbak Alisha," jelas Farhan.

Nur menghela nafas panjang sebelum mencoba meredakan situasi tersebut.

"Farhan, menurut ibu masalah itu tidak perlu dibesar-besarkan. Lagian, kan wajar kalau Alisha bantu kerjaan di rumah," jelas Nur.

Farhan menggelengkan kepalanya. "Tapi gak harus semua kerjaan dilimpahkan ke Mbak Alisha."

"Itu cuma bentu bakti sama mertua. Dulu ibu juga selalu bantu-bantu waktu tinggal di rumah kakek sama nenek kamu," ucap Nur tak ingin disalahlan.

"Ibu juga punya anak perempuan, coba bayangin kalau nanti Farida sudah lulus kuliah, terus menikah, ikut mertua, apa ibu rela anak ibu diperlakukan seperti pembantu?" tanya Farhan.

Nur tercekat seolah merenungi ucapan Farhan. Farida merasa kesal, "Mas apa-apaan sih? Kenapa jadi bawa-bawa aku? Lagian kalau aku nikah nanti, aku gak mau ikut mertua, aku mau terus tinggal sama ibu," ujarnya dengan nada yang agak keras. Dengan ekspresi masih terlihat kesal, Farida langsung masuk ke dalam kamar, pintunya ditutup dengan keras. Farhan hanya bisa menghela napas berat.

Nur menatap Farhan dengan tatapan lembut namun penuh kekecewaan. "Baru pulang sudah bertengkar sama adikmu," ucapnya dengan suara pelan.

"Bukan bertengkar, Bu. Tapi Farida yang ngambek," Farhan membela diri.

"Tapi kamu yang bikin dia ngambek," kata Nur menyudutkan.

"Aku kan cuma negur Farida, Bu. Ibu juga sebaiknya gak terlalu manjain dia," ujar Farhan.

Farhan lalu menyeret kopernya menuju kamar dengan langkah yang berat. Nur menghela napas lagi, lalu melangkah keluar dari ruang tamu dengan ekspresi yang lesu.

Di halaman depan, Nur melihat Alisha baru saja selesai menjemur pakaian. Ekspresi lembut terpancar dari wajahnya saat dia menyapa Alisha.

"Alisha, tadi sebenarnya kamu cerita apa sama Farhan? Kenapa dia sampai marahin adiknya?" tanya Nur, mencoba mencari tahu penyebab konflik yang terjadi.

Alisha terkejut mendengar pertanyaan itu. "Aku gak cerita apa-apa sama Farhan, Bu," jawabnya dengan polos.

"Benar kamu gak cerita apa-apa?" Nur memastikan, kedua matanya terlihat ragu. "Apa selama ini kamu merasa diperlakukan seperti pembantu? Kamu gak ikhlas bantu-bantu kerjaan di rumah?" tambahnya dengan lembut, namun kata-katanya membuat Alisha merasa tertekan.

"Ibu kenapa nanya gitu? Aku ikhlas bantu kok," jawab Alisha dengan suara yang sedikit gemetar.

"Baguslah kalau begitu, memang sudah seharusnya menantu yang baik itu gak cuma berbakti sama suami, tapi juga sama keluarga," kata Nur dengan tegas.

Alisha terdiam, termenung sedih mendengar ucapan Nur. Namun, dia hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu sudah selesai jemur bajunya kan? Tolong kamu gosok lantai kamar mandi, ya. Tadi agak licin, ibu kan udah tua, bahaya kalau sampai ibu jatuh di kamar mandi," perintah Nur dengan suara yang penuh perhatian.

Menikahi Mantan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang