Bab 26. Wawancara

155 5 0
                                    

Cantika duduk di balik meja kerjanya sembari bertelepon dengan salah satu klien-nya.

"Iya, Bu Widya. Kami pasti mewujudkan gaun pengantin impian Anda," ucap Cantika penuh keyakinan, sedangkan tangan kanannya tampak gesit mencatat note penting di buku agendanya.

"Oke, Bu Widya tenang saja, pasti saya pastikan detail-detail terakhirnya akan sempurna. Setelah ini saya akan kirim gambaran desain yang sudah diperbaharui. Terima kasih sudah percaya pada butik kami."

Saat Cantika baru saja menutup sambungan telepon, terdengar suara ketukan pintu.

"Masuk," sahut Cantika.

Tak lama kemudian, Farhan membuka pintu ruangan Cantika.

"Kenapa, Han?" tanya Cantika, menoleh dari meja kerjanya.

Farhan mendekat ke meja Cantika dengan tatapan agak ragu. "Kak, aku udah ada kandidat calon pengganti Rini. Jam 10 nanti orangnya dateng, tolong kamu aja yang wawancara sama ngetes dia ya."

Cantika mengernyit heran, "Kenapa gak sekalian kamu aja?"

Farhan tersenyum kikuk, merasa agak tidak enak hati. "Itu... Kan Kak Cantika bosnya, jadi harus mastiin kalo calon pegawainya sesuai sama kamu."

"Sama aja ah, kalo kamu cocok, aku pasti cocok," sahut Cantika dengan nada santai.

Farhan terdiam bingung, pikirannya melayang, memikirkan kemungkinan mewawancarai Alisha. Mungkin mantan kakak iparnya pasti merasa tidak enak. Tapi dia juga tidak bisa menyuruh Cantika mewawancarai Alisha tanpa alasan yang jelas.

"Kamu ajalah, Kak. Aku mau jemput kak Lian di rumah sakit," kata Farhan mencari alasan.

"Emang Lian minta dijemput?" tanya Cantika heran, karena suaminya baru saja berangkat ke rumah sakit untuk menengok Dion.

"Ya gak minta sih, tapi kak Cantika bilang kalo Dion udah dijagain sama keluarganya kan? Ngapain juga Kak Lian lama-lama di rumah sakit? Bawa bayi lagi," ucap Farhan meyakinkan.

"Bener juga, kasihan dia kecapean," kata Cantika. "Oke deh, abis ini aku yang wawancara. Kandidatnya ada berapa orang?"

"Satu," jawab Farhan.

"Cuma satu?" Cantika kaget.

"Farhan nyengir, tapi aku yakin dia bagus, kak," ucapnya.

"Kamu kenal sama kandidatnya?" tanya Cantika.

Farhan terdiam dan tersenyum kikuk, membuat Cantika menyimpulkan bahwa Farhan memang mengenalnya. "Kalo dia pilihan kamu, kenapa kamu gak mau wawancara sendiri?"

"Soalnya, dia pasti bakal mikir kalo aku yang sengaja bantuin dia. Meski aku emang pengen bantu dia, tapi aku gak pengen dia ngerasa terbebani," jelas Farhan.

"Widih, dalem... Emang dia siapa sih?" tanya Cantika.

"Mantan kakak ipar aku," jawab Farhan dengan tatapan menerawang. "Aku sedih sama keadaan dia, selama ini dia ngalamin hal gak adil. Bahkan dia dicerai pas lagi hamil muda gini."

"Gila ya, bisa bisanya kakak kamu tega?" tanya Cantika, terkejut.

"Aku juga gak habis pikir, kak," ujar Farhan tersenyum getir. "Makanya aku pengen bantu mantan kakak ipar aku. Tanpa bikin dia ngerasa dikasihani."

"Oke, aku ngerti," jawab Alisha.

"Tapi kalo dia gak sesuai sama harapan Kak Can, kamu gak usah nerima dia, Kak. Kita tetep harus profesional juga," jelas Farhan.

Cantika tersenyum, "Iyalah, profesional yang utama."

"Thanks ya, kalo gitu aku mau balik ke ruangan dulu," kata Farhan.

Menikahi Mantan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang