Chapter 11

939 32 1
                                    

Happy reading😘

Niatnya bangun lebih awal agar bisa pergi ke kantor lebih pagi, tapi ternyata Alina salah.

Ghani lebih dulu berada didepan rumahnya, Alina kalah cepat. Bisa-bisanya Ghani membaca isi kepalanya, Pria itu sudah berada didepan pintu mobil sambil bersedikap dada.

"Kamu mau menghindari saya ya?"tebak Ghani. Pasalnya ini masih setengah 7 pagi dan jarak antara kantor dan rumah Alina hanya membutuhkan waktu 15 menit jika naik ojek online.

"Enggak, saya biasa pergi jam segini."jawab Alina terbata. Dirinya memang menghindar untuk pergi kekantor bersama Ghani. Alina belum sanggup menjadi bahan pembicaraan orang-orang.

Ghani membuka pintu mobil dan menyuruh Alina untuk segera masuk tapi Alina seperti ogah-ogahan."Ayo masuk, masih pagi udah cemberut aja."

Mau tak mau Alina masuk kedalam mobil. Rencana hanya tinggal rencana kini ia pasrah jika nanti para karyawan membicarakannya saat datang bersama atasan mereka.

Ghani sudah duduk di kursi pengemudi, ia memakaikan Alina seatbelt dan memastikan perutnya nyaman."Kamu udah sarapan? pagi ini kamu muntah lagi gak, Al?"

"Dikit, saya sarapan dikantor aja pak."ucap Alina.

Sebelum melajukan mobilnya, Ghani terlebih dulu mengambil kantong plastik yang ada di jok belakang. Tadi ia sempat membeli bubur ayam, tak lupa Ghani juga membawa potongan buah dari apartemennya.

"Sambil sarapan ya."ucap Ghani lalu membuka tutup mangkok bubur ayam. Bukan hanya itu, Ghani juga membawa susu khusus ibu hami yang ia bawa dari rumah.

"Buahnya buat cemilan sebelum makan siang ya."ucap Ghani lagi.

Sedang Alina tidak bisa berkata-kata menerima perlakuan yang begitu manis seperti ini. Dirinya hanya menerima semua pemberian Ghani dan mulai menikmati bubur ayam.

Uhuuk uhuk

"Astaga Al, pelan-pelan."Ghani menghentikan mobilnya dan segera membuka tutup botol air mineral lalu membantu Alina minum. Ghani juga mengelap mulut Alina dengan tisu.

"Maaf pak."cicit Alina pelan.

"Gak pa-pa, kenapa minta maaf? Kamu kan gak salah."ucap Ghani lalu kembali melajukan mobilnya.

"Kenapa bapak baik banget sama saya?"tanya Alina.

Ghani hanya menggeleng pelan tanpa memberikan jawaban."Saya lagi berusaha buat jadi calon suami kamu."

"Berarti kalo udah jadi suami gak baik lagi dong! Emang semua laki-laki sama aja. Manisnya di awal doang."dengus Alina.

"Emang kamu udah punya pacar? Sampai nyamain saya sama mereka!"ucap Ghani sedikit tak terima.

"Udah putus!"ketus Alina.

Ghani langsung menoleh kearah Alina yang sedang membereskan sampah bekas bubur ayamnya. Jika Alina tidak memiliki kekasih maka Ghani akan lebih mudah mendekatinya.

"Al, kamu punya berapa saudara?"

"Saya cuma punya satu adik pak, sekarang lagi kuliah di jogja."pertanyaan Ghani membuat Alina menjadi sedih, bagaimana nanti ia menjelaskan pada Fariz tentang apa yang terjadi pada dirinya. Alina takut Fariz marah dan kecewa karena memiliki kakak seperti dirinya.

"Orangtua kamu?"tanya Ghani lagi. Walaupun sudah banyak hal yang ia ketahui tentang Alina, Ghani hanya ingin lebih dekat lagi dengan wanita pujaan hatinya kini.

"Orangtua saya sudah meninggal pak."Jawab Alina sendu.

Ghani mengambil tangan Alina lalu menggenggamnya."Sorry Al."

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang