Chapter 22

803 26 1
                                    

Happy reading😘

Alina meregangkan ototnya lalu melirik jam tapi masih jam 4 pagi, seharusnya ia bisa bangun lebih siang mengingat ini adalah hari minggu.

Perlahan Alina menyingkirkan tangan Ghani dari perutnya, ia harus segera ke kamar mandi untuk memenuhi panggilan alam.

"Sayang mau kemana?"tanya Ghani saat ia membuka matanya.

"Mau buang air."Alina segera pergi ke kamar mandi dan tak lama keluar dengan perasaan begitu lega.

Alina pikir Ghani akan tidur lagi, ternyata suaminya itu malah bermain ponsel dan sepertinya sedang membalas pesan seseorang.

"Udah sayang?"

Alina mengangguk lalu merebahkan diri lagi dikasur sambil memeluk guling. Ghani yang melihat itu segera menarik gulingnya lalu mengganti dengan tubuhnya agar Alina bisa peluk.

"Mas_ iihk!"

"Ada mas juga, kenapa peluk guling sih?"dengus Ghani.

"Gulingnya empuk kalo mas keras." Alina mencoba meraih guling kembali tapi Ghani segera menghalang lalu mendekapnya.

Alina hanya bisa menghela napas dan pasrah. Jika sudah seperti ini mendorong suaminya adalah hal yang sulit. Semakin hari Ghani semakin manja terhadapnya.

"Mas, sarapan nanti mau nasi uduk pake ayam bakar."

"Iya sayang, ada lagi?"tanya Ghani.

"Hum_ Mas, aku beneran gak inget sama sekali kenapa kita bisa tidur di kamar hotel yang sama. Terus kenapa Mas perkosa aku_"

"Hey, sembarangan! Kamu tuh yang godain mas, waktu liat kamu mabuk mas mau tinggalin kamu dikamar, tapi kamu malah tarik mas terus buka baju kepanasan, udah gitu duduk di perutnya Mas."ujar Ghani membuat Alina menautkan alisnya tak percaya.

"Bohong!"

"Serius sayang, mas udah mau pergi tapi kamu malah tarik kaos dalam mas sampai robek. Udah gitu kamu belai-belai, kamu jilat-jilat. Bibir mas aja sampai bengkak karena kamu gigitin. Pokoknya kamu tuh hot banget lah. Siapa juga yang bisa nolak_"

"Stop!" Alina menutup wajahnya yang memerah dengan bantal karena malu, apa iya ia sebrutal itu?

Ghani terkekeh lalu mengambil bantal dari tangan Alina."Terus sayang, kamu juga bilang 'masukin aku, please.'

"Gak mungkin?!"sahut Alina tak percaya. "Seharusnya mas tinggalin aku, bukan malah menikmati!"

"Ya mas kan normal sayang, siapa yang tahan dengan godaan sebesar itu."Ghani terkekeh melihat wajah Alina yang merengut kesal. Dirinya memang menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Andai saja waktu itu Alina hanya mabuk mungkin Ghani akan pergi begitu saja, tetapi kenyatannya Alina dalam pengaruh obat yang sulit di kendalikan.

Alina berbaring membelakangi Ghani karena malu, ia mengambil guling lalu memeluknya dan menyembunyikan wajahnya disana.

Ghani masih terkekeh lalu segera memeluk Alina dari belakang. "Hei, kenapa malu sih? Mas kan cuma cerita yang sebenarnya."

"Tetap aja!"

"Dari awal kamu duduk didepan kamar hotel, mas udah tertarik dan suka sama kamu jadi jangan beranggapan lagi mas ini nikahi kamu karena terpaksa ya?"

"Hum_"

"Jangan ngambek dong, gimana kalo nanti siang kita nonton." bujuk Ghani tapi Alina hanya berdehem. Dulu ia pikir akan sulit mendapatkan Alina, mengingat sikap Alina yang keras dan juga acuh kepadanya. Tetapi syukurnya semua itu sudah ia lewati. Sekarang ia memilki Alina sepenuhnya, walaupun sampai hari ini mamanya belum mengetahui penikahannya dengan Alina.

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang