Happy reading😘
"Dan sekarang gue hamil Bel."Alina tertunduk dengan mata yang sudah berurai.
Bella sendiri hanya memijat dahinya yang terasa sakit. Bagaimana bisa Alina baru menceritakan apa yang terjadi padanya saat dihotel waktu itu.
Waktu itu Bella berpikir apa yang dikatakan Alina adalah benar tapi ternyata sahabatnya telah menutupi sesuatu yang besar darinya."Sekarang kita harus cari tuh laki, Dia harus tanggung jawab Al."
"Gue gak mau Bel!"tegas Alina.
"Maksud lo? lo udah gila ya Al! Anak lo harus ada bapaknya, laki-laki itu harus tanggung jawab!"Bella menatap lekat mata Alina yang mulai memerah.
"Atau lo gak tau siapa laki-laki yang udah_"
"Gue tau Bel, bahkan hari ini gue baru tau kalo ternyata gue satu kantor sama dia."potong Alina sebelum Bella berpikir terlalu jauh.
"Ya udah itu malah lebih bagus, Besok gue bakal datangin tu cowok minta dia tanggung jawab atas apa yang terjadi sama lo."
Alina menggeleng cepat."Bel, cowok itu atasan gue, Direktur utama HG group."beritahu Alina dan Bella langsung menatapnya kaget.
"Maksud lo pak Ghani?dia kan udah nikah Al, Ahk_ bangsat tu cowok. Gak habis pikir gue."Bella sempat bertemu Ghani beberapa kali. Ia bahkan menemani Rendra datang ke acara pernikahan Ghani saat itu. Sepenglihatan Bella, Ghani adalah laki-laki yang baik dan juga ramah ditambah lagi Rendra selalu bercerita tentang kebaikan pria itu.
Alina hanya tertunduk menatap perutnya yang masih rata, Hari ini seperti mimpi buruk baginya. Ada nyawa didalam perutnya yang tidak ia inginkan.
"Bel_ tolongin gue, gue gak punya pilihan!"
Bella mencoba memahami kalimat yang baru saja Alina katakan dan_ "Enggak! Jangan pernah lo berpikir buat hilangin dia Al, dia gak tau apa-apa. Dia gak salah!"
"Tapi Bel_ Besarin anak perlu biaya dan mental yang kuat, sementara gue gak bisa."Alina tak bisa menahan airmatanya lagi. Dirinya menangis sejadi-jadinya.
Bella yang melihat itupun ikut menjadi sedih, ia memeluk Alina sambil menepuk-nepuk punggungnya. Ia juga tidak bisa membayangkan bagaimana jika itu menimpa dirinya.
"Ada gue. Apapun itu gue selalu ada untuk lo tapi jangan pernah minta gue buat tolongin lo bunuh anak ini. Itu dosa Al, kasian ayah sama ibu lo disana dan ini semua kecelakaan bukan dasar saling suka."ujar Bella.
Bella melonggarkan pelukannya lalu membantu Alina menghapus airmatanya."Nanti gue kasih tau Rendra tentang keadaan lo tapi tenang aja, gue akan bilang kalo lo udah nikah dan suami lo pergi sama perempuan lain."
Alina mengangguk pelan, jika dirinya tidak memiliki sahabat seperti Bella, hari ini mungkin ia akan mengakhiri hidupnya.
"Lusa kita ke rumah sakit ya, buat cek kandungan lo tapi gue buat janji dulu sama Alan."untungnya tunangan Bella, Alan adalah dokter obgyn.
"Tapi gue malu Bel sama Alan, entar dia mikirnya gue perempuan gak bener."cicit Alina.
"Nanti gue yang jelasin sama dia."ucap Bella meyakinkan Alina semua akan baik-baik aja.
Hari mulai gelap dan perut Alina mulai keroncongan begitupun dengan Bella, mereka memutuskan memesan online saja daripada harus keluar lagi.
Hanya menunggu 20 menit, makanan mereka sudah tiba. Alina segera meletakkan dalam wadah tak lupa juga mengambil piring.
"Gue males mau pulang tapi kalo gak pulang nanti papa marah."ucap Bella tiba-tiba merasa dilema.
"Lo pulang aja, kasian tau Bel sama om Doni punya anak cuma satu dan itu elo lagi."sahut Alina.
"Iya, selesai makan pulang gue!"dengus Bella.
Keduanya menghabiskan makan malam dengan cepat mengingat hari sudah malam dan besok mereka juga harus kembali pada kenyataan, yaitu budak corporate.
Bella mencuci semua piring kotor, Sedang alina membersihkan meja bekas makan tadi. Setelah menyelesaikan tugas masing-masing, Bella pun pamit pulang dan Alina mengantarnya sampai pintu depan.
"Besok gue jemput aja ya."
"Gak usah! Gue naik ojek aja lagian ntar lo harus muter lagi, belum lagi macet! Gue cuma hamil ya bukan lumpuh."Alina tau Bella mengkhawatirkannya.
"He he he, ya udah deh! Gue balik ya."ucap Bella lalu berlari pelan memasuki mobilnya.
Setelah mobil Bella sudah tidak terlihat lagi Alina masuk kedalam lalu mengunci pintu. Rasa gerah mulai menyerang tubuhnya sebelum masuk ke kamar mandi, Alina masuk dulu kedalam kamar untuk mengambil handuk.
Tok
Tok
"Ck, kenapa lagi tuh anak!"Alina berdecak saat ia pikir Bella kembali lagi, dirinya melihat sekitar rumahnya barang kali saja ada yang ketinggalan.
"Iya sabar!"teriak Alina saat pintu di ketuk makin kuat.
Alina segera membuka kunci pintu, ia bahkan sudah bersiap untuk memaki sahabatnya itu."Berisik banget si lo_ Deon?"Alina mengeryitkan dahinya saat melihat siapa yang ada dibalik pintu.
"Sayang."tanpa aba-aba Deon langsung memeluk Alina.
"Maafin aku, sayang."ucap Deon lalu melonggarkan pelukannya. Tangannya menangkup kedua pipi Alina lalu mengecup bibirnya sekilas.
Mendapat perlakuan seperti ini, Alina langsung mendorong tubuh Deon agar menjauh darinya."ck, kamu apa-apaan sih! Kamu tau darimana aku tinggal disini?!"pekiknya tak suka.
"Aku cari kamu disetiap sudut kota Al, aku tanya Bella dia bilang gak tau! tapi aku baru liat dia keluar dari pagar rumah kamu, aku tau kita udah selesai tapi hampir 2 bulan ini aku sadar aku gak bisa hidup tanpa kamu, Sa_"
"Stop Deon! Jangan cari aku lagi, kita udah selesai saat kamu milih buat kembali sama mantan kamu."Alina masuk lagi kedalam rumah, saat tangannya ingin menutup pintu tiba-tiba saja tangan Deon lebih dulu menghalanginya.
"Mau apa lagi!"dengus Alina. Apa yang terjadi pada Alina saat ini bermula dari kandasnya hubungan bersama Deon. Andai saja waktu itu Deon tidak menghianatinya mungkin ia tidak akan minum dan berakhir tidur bersama Ghani.
"Aku mohon Al, Kasih aku kesempatan satu kali aja. Aku harus apa supaya kamu maafin aku."Deon bahkan sudah berlutut dan menangkupkan kedua tangannya. Ia berharap mendapatkan kesempatan kedua dari Alina dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Melihat Deon seperti ini membuat hati Alina terenyuh. Selama menjalin hubungan dengan Deon ini adalah kali pertamanya pria ini membuat kesalahan. Tapi sekalinya pun Alina memberi kesempatan, ia dan Deon tetap tidak bisa bersama lagi. Mengingat dirinya tengah berbadan dua.
Alina mengusap bahu Deon dan membantunya untuk berdiri."Maaf Deon aku gak bisa, sekarang kamu pulang aja."ucapnya lembut agar Deon mau pergi.
"Sayang, aku mohon maafin aku."Deon menggenggam tangan Alina dan terus memohon agar ia diberi kesempatan. Dirinya memang terlalu lemah hingga dengan mudahnya tergoda dengan Virni, mantan kekasihnya dulu.
Perlahan Alina melepaskan genggaman Deon. Perasaan Alina belum sepenuhnya hilang tapi keadaan sedang tidak berpihak padanya."Maaf Deon, lebih baik kamu kembali aja sama Virni, dia bisa lebih mengerti kamu daripada aku. aku udah maafin semua salah kamu."
"Enggak, aku tau kamu masih marah dan aku akan buktiin kalo aku benar-benar masih sayang sama kamu, juga gak ada yang bisa gantiin kamu dihati aku, Al!"ucap Deon dengan penuh keyakinan.
Alina menggelengkan kepalanya lelah dan entah kenapa rasa mual kembali datang disaat seperti ini.
"Terserah aku capek!"Alina segera masuk dan mengunci pintu. Ia segera menuju kamar mandi untuk memuntahkan semua makan malam yang ia makan tadi.
Setelah perutnya merasa lebih baik, Alina mendudukkan dirinya dicloset dan menyandarkan kepalanya di dinding kamar mandi. Dari semua cobaan hidup yang ia jalani, ini adalah hal yang paling berat dan tak terduga.
"Bantu mama buat lewati ini semua ya, Mohon kerjasamanya sayang."ucap Alina pada perutnya. Berharap besok pagi ia bisa menjalani rutinitas seperti biasa.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak semalam
ChickLit#dewasa Alina dan Ghani bangun dalam keadaan tanpa sehelai benang,keduanya berada dalam kamar hotel yang sama. keduanya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam tapi hanya Alina yang mengingatnya. Sementara tidak dengan Ghani,pria itu bingung sete...