Chapter 39

438 21 2
                                    

Happy reading😘 

Braakk

"Ghani, kamu kenapa sih, buka pintu kasar banget!" Pekik Nola saat tiba-tiba saja Ghani membuka pintu apartemennya secara kasar.

"Udah berapa kali aku bilang, jangan pernah datang ke kantor aku lagi!" Saat ini Ghani berdiri tepat di hadapan Nola. Beberapa hari yang lalu Nola datang ke kantornya untuk membawakan makan siang, bertepatan dengan Alina yang juga membawa makan siang untuknya. Walaupun keduanya tidak bertemu tapi tetap saja membuat jantung Ghani hampir lepas. Padahal Ghani sudah memperingatkan Nola, tapi wanita di depannya ini masih saja datang menemuinya.

"Apa? Apa alasannya? Ingat ya Ghani, kamu masih punya hutang janji sama aku!" Nola meninggikan suaranya lantang, ia tidak terima dengan perkataan Ghani barusan.

"Kamu berubah Ghani, kemana janji kamu dulu? Kalo bukan kamu yang minta buat aku bertahan, aku gak mungkin bertahan disini!" ujar Nola kembali saat Ghani hanya diam.

"Berapa kali aku harus jelasin ke kamu, perasaan aku udah gak ada buat kamu! Aku udah menikah, Nola. Kamu seharusnya tau itu." Ucap Ghani sambil mengepal tangannya kuat, sebisa mungkin ia menahan untuk tidak bersikap kasar.

Nola hanya diam dan tertunduk, Ghani yang melihat itu hanya bisa menghela napasnya lalu menghampiri Nola yang tengah duduk disofa. "Dengerin aku Nola, kamu bisa dapat yang lebih baik dari aku. Aku minta maaf karena buat kamu menunggu." Ghani menangkup kedua pipi Nola yang sudah basah karena airmata. "Maafin aku." ucapnya lembut.

Nola tidak menahan lagi untuk tidak menangis saat Ghani memeluknya. Rasa cintanya pada Ghani tidak pernah berubah, walaupun mereka sudah tidak berkomunikasi lebih dari setahun. Ghani adalah cinta pertamanya, sekeras mungkin Nola berusaha untuk bersama. Beberapa kali Ghani menyakitinya, tapi Nola masih tetap bertahan bahkan ia masih menunggu walau Ghani sudah menjadi suami orang.

"Udah ya, jangan nangis lagi. Kamu berhak bahagia, Nola." peluk Ghani tulus, niatnya hanya ingin menenangkan Nola, tidak lebih! Biar bagaimanapun Nola pernah mengisi hati dan hari-harinya dulu.

Ghani bisa bersikap kasar dan tegas kepada Raya, tapi tidak dengan Nola. Baginya, Nola adalah wanita yang setia bahkan saat Ghani menghianatinya. "Udah ya, kamu harus melanjutkan hidup sama kayak aku. Kamu harus bahagia."

"Aku gak bisa, kebahagian aku cuma kamu! Cuma kamu Ghani."Nola menangis sejadi-jadinya. Hatinya benar-benar terluka, Berhari-hari dirinya mencoba mendekati Ghani kembali tapi hari ini Ghani benar-benar memintanya untuk pergi. Bukan menunggu seperti dulu.

Keduanya hanya diam dan saling memeluk satu sama lain. Pelukan Ghani hanya sebatas menenangkan, sedangkan Nola menganggapnya sebagai angin segar untuk hubungannya dengan Ghani.

"Aku harap kita bisa mulai semuanya dari awal Ghani." ucap Nola setelah beberapa saat mereka hanya diam.

Ghani yang mendengar itu segera melepaskan pelukannya lalu menatap Nola lirih. "Aku gak bisa Nola! Hubungan kita sudah selesai." Ghani segera berdiri dan berjalan ke arah pintu tapi sebelum ia membuka pintu, Ghani kembali berbalik menatap Nola. "Aku cinta dengan Alina, aku harap kamu juga bisa menemukan orang yang benar-benar cinta sama kamu, Nola!" ucapnya lalu pergi dan menutup pintu.

Nola menjambak rambutnya kasar. Apa kali ini Ghani benar-benar pergi? Nola belum bisa terima akan hal ini. Alina hanya orang baru yang hadir diantara Ghani dan dirinya. "Seharusnya aku yang jadi istri Ghani, bukan Alina." Nola melirik ke arah CCTV apartemennya. Jika dirinya tidak bisa memiliki Ghani maka Alina juga tidak bisa.

Ghani sampai dirumah sedikit terlambat, Alina sedang terlihat menonton tv diruang tengah sendirian. Ia segera menghampiri Alina lalu memeluknya sebentar. "Mama kemana sayang?" tanyanya.

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang