Chapter 32

574 23 0
                                    

Happy reading 

Alina menceritakan semua kegelisahan tentang rasa takut akan dirinya sendiri, takut jika tidak bisa memberikan Ghani kebahagian dan juga keturunan. Ia juga merasa sangat bersalah akan atas kepergian anaknya. Bersama Dennis, Alina menceritakan semua isi hatinya dan keinginannya untuk berpisah dari Ghani.

Hampir 2 jam Alina mencurahkan isi hatinya dan Dennis memintanya untuk membayangkan jika dirinya berpisah dengan Ghani. Alina memejamkan matanya lalu berkata, dirinya tidak bisa membayangkan apa-apa.

"Ibu Alina, itu artinya ibu tidak memiliki tujuan jika tidak bersama suami ibu. Mulai sekarang acuhkan semua ketakutan ibu dan ikuti apa yang menjadi keinginan hati."saran Dennis.

Ini adalah kali keduanya Dennis bertemu dengan Alina. Saat pertama kali bertemu Alina sebulan yang lalu dirumah sakit, Dennis hanya mendengarkan saja saat Alina mencurahkan semua perasaannya dengan berlinang airmata dan rasa hancur teramat dalam. Tapi hari ini Alina terlihat lebih tenang dan wajahnya tampak lebih segar.

"Saya merasa tidak pantas bersama pria sebaik Ghani dok."

"Bu Alina, jangan pernah merasa seperti itu karena itu sama saja kita tidak menghargai diri kita sendiri. Pak Ghani membawa ibu kepada saya itu karena ibu adalah wanita yang paling berharga baginya."ujar Dennis kembali.

Bicara dengan Dennis membuat Alina sedikit lebih tenang dan mulai bisa berpikir dengan baik, Kini giliran Alina yang mendengarkan saran dari Dennis, Dokter yang usianya jauh diatas Ghani itu menyarankan agar ia agar sering melakukan yoga dan berjemur matahari pagi.

"Terima kasih dok."ucap Alina.

"Sama-sama bu Alina, sampai ketemu bulan depan." Dennis mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

Alina menyambutnya dengan tersenyum lalu keluar dari ruangan Dennis. Alina berjalan keluar dari klinik menuju parkiran tapi tidak menemukan Hendi disana.

"Pak Hendi kemana ya?"tanyanya sendiri sambil melihat ke sekeliling parkiran. Karena ini hanya klinik jadi tidak terlalu banyak mobil, tapi mobil yang dipakai Hendi untuk mengantarnya tadi juga tidak terlihat.

"Sayang."

Alina segera menoleh lalu menghampiri Ghani yang melambaikan tangannya dari jendela mobil.

"Kenapa mas ada disini?"tanyanya saat sudah masuk kedalam mobil.

"Pak Hendi lagi jemput teman mama."Ghani memasang seatbelt untuk Alina lalu mengecup bibirnya sekilas.

"Gimana sayang hari ini, Dennis bilang apa?"tanya Ghani lalu menjalankan mobilnya menuju restoran.

Alina mengangguk sambil tersenyum."Lancar. Mas, tadi dokter Dennis bilang aku disuruh ikut yoga."

Ghani mengambil tangan Alina untuk ia genggam dan ciumi."Nanti mas cariin gurunya ya."

"Makasih mas."

Ghani sangat bersyukur Alina tidak lagi bersikap dingin seperti beberapa minggu yang lalu. semenjak meminta Dennis untuk memberikan terapi pada istrinya. Alina mulai bersikap seperti biasa, tidak dingin lagi saat masih dirumah sakit.

Mereka sudah sampai ditempat makan, karena ini masih jam makan siang dan kebetulan Ghani juga belum makan begitupun dengan Alina. Mereka masih tinggal bersama Sarah karena Ghani ingin Alina tidak merasa kesepian saat di apartemen.

"Besok janji sama dokter Alan jam berapa sayang?"tanya Ghani di sela-sela makan siang mereka. Sampai hari ini Alina masih tetap harus memeriksakan dirinya kedokter setiap 2 minggu sekali. Alina masih harus menjalani pengobatan pada rahimnya.

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang