Chapter 6

1.2K 29 0
                                    

Happy reading😘 

Ghani menggendong Alina masuk kembali keruangannya dan menidurkan Alina di tempat tidur yang tersedia dikamar yang ada di ruangannya. Ghani memang sengaja membuat kamar pribadi di kantornya karena semenjak rumah tangganya bermasalah ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja.

selang hanya 10 menit dokter sudah datang dan langsung memeriksa keadaan Alina, Ghani menunggu dengan sangat cemas tanpa ia sadari bahwa Rendra sudah masuk ke ruangannya.

"Alina kenapa pak?"

"Saya juga gak tau, tadi saya lagi bicara tiba-tiba aja dia pergi ke toilet terus pingsan."

Rendra hanya mengangguk lalu meletakkan map diatas meja, setelah mendapat tanda tangan atasannya, Rendra pamit keluar.

Diluar semua karyawan tengah berkumpul penasaran, Rendra yang melihat itupun segara membubarkan mereka,tapi Tia datang menghampiri Rendra untuk menananyakan keadaan Alina.

"Terus sekarang gimana Mas, tadi kak Nana juga muntah pas mau minum kopi."Tia meremas ujung blazernya, dirinya begitu khawatir dengan keadaan Alina.

"Kita tunggu aja dokter juga lagi periksa, sekarang balik kerja lagi."titah Rendra membuat Tia, Bagas dan Romi kembali ke meja mereka masing-masing.

Ghani sendiri masih menunggu dokter yang memeriksa Alina,entah kenapa ada rasa khawatir yang begitu dalam saat melihat Alina mual dan muntah tadi. tak lama dokter yang ditunggu Ghani pun keluar dari kamar.

"Pak Ghani,apa dia karyawan bapak?"tanya dokter Irwan dan Ghani segera mengangguk.

"Sepertinya ibu Alina tidak sadar jika sedang mengandung, lebih baik baik bapak memberinya cuti beberapa hari,mengingat kondisi kandungannya juga sangat lemah."

"Maksud dokter?Alina hamil?"tanya Ghani terkejut.

Dokter Irwan mengangguk."Ibu Alina hamil dan sepertinya baru 4 minggu, lebih baik segera hubungi suaminya agar dibawa kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut."

"APA 4 MINGGU,SAYA HAMIL 4 MINGGU!"sahut Alina yang sedang berdiri didepan pintu. Tadi dokter yang memeriksanya tidak berkata apapun dan langsung keluar dari kamar.

"Sebaiknya ibu banyak istirahat dan jangan terlalu banyak berpikir karena itu bisa menyebabkan stres, dan sebaiknya segera kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut." Dokter Irwan membereskan barang-barang lalu pamit pergi meninggalkan ruangan Ghani.

Sedang Alina tidak bisa  berkata apapun tubuhnya lemas seketika, pikirannya kacau balau bagaimana bisa ia tidak menyadari sesuatu, dirinya sudah telat datang bulan lebih dari seminggu, bagaimana kehidupannya setelah ini?bagaimana pekerjaannya jika ia hamil?

Fariz,bagaimana dengan Fariz?adiknya masih perlu banyak biaya untuk mencapai cita-citanya.

Alina tidak sanggup untuk berdiri, kakinya terlalu lemas untuk menampung segala beban yang ada, ia menangis sejadi-jadinya bahkan menjambak rambutnya sendiri dan menghentakkan kepalanya kepintu yang ada di belakangnya."Goblok,Alina goblok!"

Ghani yang melihat itu langsung panik dan mencoba menghentikan apa yang dilakukan oleh Alina."STOP ALINA,STOP!"

"Awas, ini semua karena lo! bangsat, brengsek, sialan." semua umpatan Alina berikan untuk pria yang kini memegang bahunya, andai saja malam itu ia tidak bertemu dengan Ghani maka semua ini tidak akan pernah terjadi.

Apa yang akan ia lakukan setelah ini?Alina benar-benar bingung dan tak bisa berpikir apa-apa.

"Saya akan bertanggung jawab atas apa yang pernah terjadi diantara kita."

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang