Chapter 3

1.4K 37 0
                                    

Happy reading 😘

"Aku masih gak rela rumah Papa sama mama terjual,padahal disana banyak kenangannya."Fariz menggerutu kesal tapi juga tak bisa berbuat apa-apa.ia harus menghargai keputusan kakaknya. entah kenapa tante Dewi memiliki sifat yang sangat berbeda dengan mamanya padahal mereka saudara sedarah.

"Udalah la dek, yang penting mama sama papa udah gak punya urusan lagi didunia ini, hutang itukan salah satu beban mereka disana jadi kita ikhlasin aja ya."Alina mengelus rambut hitam Fariz,saat ini mereka tengah bersiap pergi kebandara. Fariz akan berangkat ke jogja untuk melanjutkan kuliah.

Sebenarnya Alina sedikit berat melepaskan adiknya tapi demi menuntut ilmu dan masa depan yang lebih baik ia harus kuat."Nanti kamu baik-baik ya, dengerin pakde sama bude selama disana dan kamu gak boleh kerja sampingan,kuliah yang bener! kakak gak mau ya kerja keras kakak nanti sia-sia."

"Iya_ terus kakak udah dapet kerja belum?kalo belum aku boleh dong cari part time disana."

"Enggak! Baru juga dinasehati udah dibantah aja, besok kakak ada interview dan semoga aja diterima." Alina direkomendasikan oleh Bella bekerja di perusahaan tempat kakak sepupunya bekerja, beberapa hari yang lalu ia sudah mengirim cv dan besok ia sudah dipanggil untuk interview. Bella bilang ia sudah pasti diterima kerja karena perusahaan tersebut sangat membutuhkannya dan untuk interview besok itu hanya sebagai formalitas melengkapi persyaratan saja.

Taksi online yang Alina pesan sudah datang,kini ia dan Fariz sudah berada didalam mobil menuju bandara."inget ya sampai disana harus nurut sama pakde dan bude,kalo senggang main kerumah mereka buat bantu-bantu jangan keluyuran."

"Iya kakakku sayang,kakak juga sering-sering kabari aku jangan sibuk kerja mulu!"

"Diih emang adek durhaka,yang ada kamu seharusnya sering telepon kakak bukan malah kebalik!"sahut Alina lalu menjewer telinga Fariz.

"Ha ha ha,iya iya. Lepas kak!"

Sampainya dibandara Alina kembali memeluk adiknya lalu mencium kedua pipinya."Kakak sayang banget sama kamu,kamu hati-hati ya!kabari kalo udah sampai kostan."

"I-iya."ucap Fariz yang tengah menangis, padahal tadi dirumah ia masih biasa-biasa saja tapi saat benar-benar berpisah entah kenapa airmatanya keluar begitu saja.

"Diihh nangis,masa cowok nangis sih."ejek Alina.

"Kakak!aku kan manusia juga."

Alina hanya tertawa melihat adiknya marah sambil bercucuran airmata,tak lama ia menyuruh Fariz masuk keruang tunggu pesawat. Alina melambaikan tangannya sambil berjalan meninggalkan adiknya.

Setelah ini ia akan sendirian,tidak ada lagi yang merepotkan ia setiap pagi, tidak ada lagi yang meminta dibuatkan bekal setiap kali ada extrakurikuler disekolah.

Alina segera memesan taksi tapi sebelum itu ia akan mampir ketoko baju untuk membeli kemeja putih untuk interview besok."Semoga semua berjalan lancar."

Sedang ditempat lain Ghani sedang memegang kepalanya yang terasa berdenyut karena memikirkan project barunya harus terhenti. "Rendra, kamu sudah dapat pengganti Tari?saya pusing melihat semua laporan tidak beraturan seperti ini."Ghani berdecak kesal. Masalahnya dengan Raya belum selesai, ditambah lagi sampai hari ini ia juga belum menemukan Alina, dan sekarang laporan keuangan berantakan karena Tari sedang cuti melahirkan.

"Sudah banyak yang mengirim CV pak, tapi belum ada yang sesuai kualifikasi untuk menggantikan Tari, tapi saya sudah mencari beberapa rekomendasi untuk bekerja disini pak."

"Langsung suruh kerja saja jika hasil rekomendasi, project kerja sama dengan Hi tech harus selesai tempat waktu."ujar Ghani sedikit kesal.

"Rencananya besok orangnya akan datang pak untuk interview."

"Kamu saja yang urus,saya masih ada urusan diluar dan pastikan kerjanya harus benar dan rapi!"biarlah itu menjadi urusan Rendra sekarang ia harus pergi kerumah Alina."Saya mau keluar bentar."

"Baik pak."

Ghani segera memasuki mobil, tujuannya hari ini adalah datang kerumah Alina. setelah menempuh perjalanan 45 menit akhirnya ia sampai didepan sebuah rumah yang sepertinya sedang direnovasi.

Ia mencoba masuk lalu bertanya pada salah satu pekerja disana."permisi pak, apa benar ini rumah Alina Adnan?" tanya Ghani tapi para pekerja hanya saling bertatapan satu sama lain seperti orang bingung.

"Maaf Mas, kami disini cuma kerja dan setau kamu yang punya rumah ini Pak Heru, tapi mungkin yang Mas maksud anaknya."jawab salah satu pekerja.

Ghani diam sejenak, dirinya hanya memiliki nama dan alamat Alina sedang keluarganya ia sama sekali tidak tau, Ghani mencoba bertanya lagi tapi seseorang baru saja memarkirkan mobilnya tepat disebelah mobil Ghani.

"Itu pak Heru, silakan tanya langsung aja Mas."

"Makasih ya pak."ucap Ghani lalu menghampiri pria paruh baya yang baru ia ketahui namanya adalah Heru. ia langsung menanyakan keberadaan Alina dan apa hubungan Heru dengannya.

"Saya gak punya anak perempuan, mungkin itu penghuni yang lama."jawab Heru.

"Begitu ya, apa pak Heru tau dimana alamat barunya?"tanya Ghani,ia sangat berharap Heru membeli rumah ini langsung dari Alina.

"Wah,saya beli rumah ini dari deplover Mas jadi saya gak tau."

Ghani hanya mengangguk lalu memutuskan untuk pergi padahal ini adalah satu-satunya petunjuk,kalau begini kemana Ghani harus mencarinya.

Kini ia kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaannya tapi sebelum itu sebaiknya ia menghubungi Theo. Meminta Theo untuk mecari latar belakang dan keluarga Alina.ia juga meminta Theo untuk mencari dimana tempat tinggal Alina.

Tok

Tok

"Masuk!"

"Permisi pak, ada bu Raya diluar."

Ghani berdecak saat mengetahui keberadaan Raya di kantornya."Suruh masuk!"

"Ghani kamu kemana aja, aku cari di apart gak ada, dirumah mama juga gak ada."ucap Raya lalu duduk disofa tanpa Ghani suruh.

"Bukan urusan kamu,minggu depan sidang pertama kita jadi aku harap kamu gak usah datang supaya proses cerai kita berjalan cepat. soal harta, aku udah suruh pengacara untuk mengurus semuanya,"ujar Ghani tanpa mau panjang lebar, ia tau Raya kesini ingin menanyakan kejelasan harta yang akan ia berikan setelah bercerai nanti.

"Ghani,ayo kita coba sekali lagi menjalani rumah tangga, kali ini aku akan jadi istri yang kamu mau,aku mohon Ghan,aku udah gak punya siapa-siapa selain kamu dan Mama."tangis Raya tersedu.

Ghani tak menanggapi apapun,mode Raya yang seperti ini membuat ia malas untuk bertemu. padahal saat dulu hidup sebagai suami istri, Raya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-teman sosialitanya ketimbang dirinya.

Sekarng wanita ini berakting seolah-olah

Semua sifat manis Raya yang pendiam penurut hanyalah alasan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari mamanya, kali Ghani sudah benar-benar lelah.

"Udahlah Ra, kita sudahi semua kepalsuan ini dan silakan kamu bahagia dengan caramu tanpa melibatkan aku."ucap Ghani.

Raya berdecak lalu menghampiri Ghani yang sedamg berada di kursi kerjanya."Gimana kamu bisa cinta sama aku,selama berumah tangga kamu lebih nyaman bercinta dengan para pelacur dibanding aku!"

"Seharusnya kamu tau dari awal aku gak bisa tolak kehadiran kamu karena papa,dan kamu tau itu Raya!sekarang papa udah gak ada. Gak ada alasan untuk aku bertahan sama kamu."ujar Ghani,ia bahkan sampai menekan suaranya agar Raya paham bahwa Ghani benar-benar lelah menjalani semuanya.

"Terus kamu pi_"

"Kamu pergi sekarang atau aku gak akan kasih kamu sepeserpun setelah bercerai."ucapan Ghani mampu membuat Raya menjauh dari hadapannya lalu pergi sambil membanting pintu.

"Ck,sialan!"

Tbc...

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang