Happy reading😘
"Enggak, saya gak mau?"tolak Alina.
Pernikahan harus didasari oleh dua orang yang saling mencintai dan mengisi kekurangan satu sama lain. Alina hanya baru beberapa kali bertemu dengan Ghani, ia sama sekali tidak tau bagaimana sifat dan sikap pria yang ada di hadapannya kini.
"Terus bagaimana saya bertanggung jawab jika tidak menikahi kamu?"tanya Ghani bingung.
"Pak, kita tidak perlu menikah! cukup dengan bapak membiayai anaknya ini menjadi tumbuh dewasa dan mendukung dia menggapai semua keinginannya, saya pikir itu adalah bentuk dari tanggung jawab daripada kita harus menikah."ujar Alina. Dirinya benar-benar akan merasa sangat bersalah jika sampai menikah dengan suami orang.
Keduanya diam sesaat dengan pikiran masing-masing. Hingga tak lama Ghani mendekat kepada Alina lalu berlutut di hadapannya. Wajah Ghani menatap perut Alina yang masih rata, siapa sangka didalam sana telah tumbuh sebuah janin hasil dari benihnya.
"Kasih saya satu alasan kenapa kamu gak mau nikah sama saya, tapi saya tidak terima jika alasannya tidak saling mencintai. bukan tidak tapi belum! kasih saya alasannya Alina."
"Kenapa bapak tanya lagi? Jelas-jelas bapak suami ibu Raya, saya gak mau jadi bahan omongan karyawan karena merusak rumah tangga bapak."Alina kembali memalingkan wajahnya saat Ghani menatapnya dari bawah.
Alina menjadi gugup saat Ghani meletakkan tangan dilututnya. Pandangan Ghani bahkan masih tertuju padanya. Dirinya tak tau harus bagaimana dan kini rasa mual semakin kuat.
"Ada hal yang orang gak tau tentang pernikahan saya dan Raya, kami menikah karena perjodohan orangtua dan sebentar lagi kami akan bercerai. Rumah tangga saya sudah hancur sebelum kita bertemu dimalam itu Alina."Ghani hanya menunggu bukti yang akan diberikan Theo, bukti jika Raya berselingkuh dengan pria di club malam.
"Sa-saya mau_ uuhk." Alina menutup mulutnya dan segera berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Sedari tadi ia coba menahannya tapi kali ini tidak bisa lagi.
"Keluarin semuanya Al, mual banget ya?kamu pasti belum makan."Ghani terus mengusap punggung Alina lalu memijat pundaknya lembut. Ia bahkan sampai meringis membayangkan apa yang dirasakan Alina.
Setelah merasa lebih baik, Alina segera keluar kamar mandi dengan Ghani yang memapahnya. habis sudah tenaga Alina hingga dirinya tidak bisa menyingkirkan tangan Ghani yang merengkuh tubuhnya.
"Alina, kamu udah makan? makan dulu ya, tadi saya bawa sup iga buat kamu."Ghani mendudukkan Alina disofa.
"Bapak pulang aja deh, saya mau istirahat."ucap Alina teramat pelan tapi Ghani malah menggelengkan kepalanya.
"Saya harus memastikan kamu dan anak saya baik-baik saja."ucap Ghani lalu melihat arah dapur, ia segera mengambil air hangat dari dispenser lalu membantu Alina untuk minum terlebih dahulu.
Setelahnya Ghani membuka kantong berisikan sup iga yang ia beli tadi."Perut kamu pasti kosong, jadi kamu harus makan tapi ini harus di hangatkan dulu."
"Saya gerah pak, mau mandi dulu."Alina melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mengambil handuk.
"Saya boleh pakai dapurnya?"tanya Ghani dan Alina hanya mengangguk.
Ghani menghangatkan semua makanan yang ia beli, lalu menyusunnya di meja makan milik Alina yang hanya memiliki 4 kursi. Rumah Alina memang sangat kecil jika di bandingkan rumahnya tapi disini terlihat rapi dan bersih.
Tak lama Alina keluar dari kamar mandi yang sudah menggunakan baju tidur, di rumahnya hanya ada satu kamar mandi dan itu berada diluar kamar.
Ghani segera menarik kursi, mempersilakan Alina untuk duduk."Ayo makan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak semalam
ChickLit#dewasa Alina dan Ghani bangun dalam keadaan tanpa sehelai benang,keduanya berada dalam kamar hotel yang sama. keduanya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam tapi hanya Alina yang mengingatnya. Sementara tidak dengan Ghani,pria itu bingung sete...