Chapter 16

772 21 1
                                    

Happy reading😘

Sebentar lagi jam makan siang tapi Alina masih berada diruangan Ghani, padahal hanya menandatangi satu berkas tapi Ghani malah menahannya disini.

"Mas udah dong." Pinta Alina. Sedari tadi Ghani terus menciumi pipinya. Pelukan dipinggang Alina juga semakin erat.

"Gak mau, mau gini aja sampai pulang."ucap Ghani manja. Ia bisa menahan diri didepan banyak orang saat bertemu Alina tapi, jika sedang berdua seperti ini Ghani akan terus menempel.

"Mas_ "

"Perut kamu sudah gak mual lagi?" tanya Ghani masih terus mendekap Alina yang berada di pangkuannya.

"Udah gak lagi. Aku lapar mau ke kantin." Alina melonggarkan pegangan Ghani di perutnya lalu turun perlahan.

"Makan sama saya aja." ajak Ghani tapi Alina menolak lalu keluar dari ruangannya.

"Gemes banget sih bumil itu."gumam Ghani sendiri. Rasanya ingin sekali menggigit Alina setiap hari.

Dikantin Alina memesan soto dan jeruk hangat. Makan siangnya di temani oleh Bagas dan Tia, sedang Romi sedang berada diluar mengurus beberapa project.

"Kayaknya pak Ghani sering banget deh manggil kakak keruangannya?"tanya Tia di sela-sela makan siang mereka.

Alina terdiam sesaat lalu. "Ee itu masalah presentasi padahal cuma satu huruf tetap harus dijelasin ulang."

"Bukannya itu udah diperiksa ulang sama Romi ya tapi kenapa masih salah aja, heran liat bos."sambung Bagas.

"Gak tau."sahut Alina, ia sudah mengira lama kelamaan teman-temannya ini pasti akan curiga.

"Apa jangan-jangan pak Ghani modus ya sama kakak."celetuk Tia membuat Alina tersedak kuah soto.

Bagas segera membuka air mineral lalu memberikannya pada Alina. "Makasih Gas."

"Maaf kak."ucap Tia merasa bersalah.

"Gak pa-pa kok, aku cuma kaget aja." senyum Alina pada Tia, kini mereka kembali melanjutkan makan siang sambil mengobrol santai seputar rencana weekend nanti.

"Alina? Kamu Alina, kan?"

Alina terdiam membatu saat melihat siapa yang datang menyapanya, Raya. Buat apa wanita ini menemuinya.

"Bu Raya, ngapain disini?"tanya Tia bingung.

"Saya ingin bicara dengan Alina sebentar." ucap Raya lembut.

Bagas yang mendengar itu langsung mengajak Tia untuk menjauh, membiarkan Alina dan Raya bicara empat mata. Tetapi saat Bagas beranjak dari duduknya, Raya justru menahan Bagas dan Tia seolah tidak masalah jika mereka mendengarkan pembicaraannya dengan Alina.

"Alina, langsung saja. Sebenarnya saya kesini untuk menemui kamu, memintn  kamu memakai hati nurani kamu sebagai wanita."ujar Raya dengan sangat lembut sambil menitihkan airmata.

"Maksud anda apa?"tanya Alina bingung.

"Saya ingin kamu menjauhi Ghani, saya tau kamu hanya sebagai pelariannya saat saya sibuk dengan karir saya. Kamu perempuan tentu mengerti bagaimana perasaan saya yang dikhianati oleh pria yang sangat kita cintai."ujar Raya sedikit meninggikan suaranya.

Hal itu tentu saja membuat beberapa orang dikantin mendengarnya. Bagas dan Tia bahkan sampai melotot mendengar apa yang dikatakan oleh Raya.

"Saya gak punya hubungan apapun dengan pak Ghani, apa yang anda lihat seharusnya anda konfirmasi dengan pak Ghani bukan menyudutkan saya seperti ini." ucap Alina tak terima. Ia mengelus perutnya samar meminta pada anaknya agar ia diberi kekuatan.

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang