Chapter 26

658 23 0
                                    

Happy reading😘

"Mas, kok diem aja sih?"tanya Alina saat mereka sudah merebahkan diri dikasur. Ia merasa Ghani mendiamkannya karena tidak menjawab pertanyaan siapa orang yang ia cintai sekarang.

"Mas."panggil Alina kembali.

Ghani membalikkan tubuh Alina agar bisa ia peluk dari belakang, saat ini ia memang sedang merasa kesal karena Alina tidak menjawab pertanyaannya. "Tidur, udah malam!" Titahnya.

Alina hanya bisa diam, Apa sepenting itu jawaban darinya tentang siapa yang ia cintai saat ini. Dengan segala perhatikan yang pria ini berikan, wanita mana yang tidak jatuh cinta.

Semua yang Ghani berikan untuknya bahkan yang tak pernah ia pikirkan sekalipun, yaitu membiayai adiknya kuliah dan memenuhi semua kebutuhannya selama di jogja.

Jadi, rasanya tidak mungkin ia tidak mencintai Ghani. Walaupun waktu mereka belum lah terbilang lama tapi Alina yakin dirinya benar-benar menyayangi Ghani.

"Mas."panggil Alina pelan tapi yang menyahutnya hanya hembusan napas Ghani dan dengkuran halus.

Alina mengelus tangan Ghani yang berada di perutnya, mungkin besok ia akan bicara lagi dengan Ghani dan bila perlu ia akan menyatakan perasaannya. Rasa ngantuk mulai menghampiri, Alina segera memejamkan matanya menyusul Ghani di alam mimpi.

Paginya Alina bangun lebih dulu, Ghani tak lagi memeluknya. Suaminya itu masih tidur nyenyak dengan posisi telentang. Ia segera kekamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya yang bergejolak.

Setelah selesai dengan semua itu, kini Alina menghampiri Ghani yang masih tidur dengan nyenyak. Ia kecup kening Ghani sebentar."Morning papa." Ucapnya lalu pergi kedapur untuk menyiapkan sarapan.

Biasanya setiap minggu pagi Ghani akan mengajaknya jalan santai di taman, tapi sepertinya tidak hari ini karena Ghani masih tidur.

Secangkir kopi dan roti bakar sudah selesai tapi Ghani tak kunjung keluar, apa masih tidur? Pikir Alina.

"Mas."

Alina membuka pintu dan Ghani terlihat masih tidur dengan tubuh miring kesamping." Mas, bangun yuk."

"Eeuunghh, males mau tidur aja."sahut Ghani yang masih memejamkan mata.

Alina menghela napasnya lalu memeluk Ghani sayang, ia mencoba untuk mencium Ghani lebih dulu. Biasanya Ghani lah akan menciuminya tapi kali ini ia sengaja melakukannya. Agar Ghani tau perasaannya tanpa harus ia utarakan.

"Mas, ayo bangun. Sarapannya keburu dingin."ucap Alina.

Ghani membuka matanya lalu duduk dan memandangi Alina. Tadi ia bisa merasakan jika Alina menciumnya."Mas gak mau sarapan!"ucapnya lalu memalingkan muka.

"Kenapa?"tanya Alina lembut.

"Pokoknya gak mau!"ucap Ghani lagi lalu bersiap beranjak dari kasur tapi Alina segera menarik tangannya agar duduk kembali.

"Mas, masih marah gara-gara tadi malam? karena aku gak jawab pertanyaan mas?"

"Hum_"

Alina hanya terkekeh lalu segera memeluk Ghani, tangannya mengelus rambut lebat suaminya."Sekarang yang aku cinta itu mas, mas kan tau jadi kenapa tanya lagi."

Ghani mengulum senyumnya saat mendengar ucapan Alina lalu membalas pelukan istrinya. Sekalipun Ghani tau tapi ia tetap tidak yakin jika Alina tidak mengatakannya sendiri. "Beneran?"

Alina melepas pelukannya lalu menatap Ghani tersenyum."Iya, emang mas gak bisa rasain?"

Ghani mengangguk samar."Dikit,"

Terjebak semalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang