Happy reading😘
Ghani melirik jam di ponselnya, ternyata masih jam 3 pagi. Ia memejamkan matanya lagi sambil meraba kasur yang ada di sampingnya. Ghani membuka matanya kembali saat tidak menemukan Alina di sampingnya. "Sayang!"
"Disini!"
Ghani menoleh ke samping dan menemukan Alina yang sedang duduk bersandar di sofa."Kita kerumah sakit aja ya." ajak Ghani. Sejak sore tadi Alina sedikit mengeluh perutnya kram tapi menolak untuk kerumah sakit. Ghani pikir sudah mereda ternyata Alina menahannya sendirian.
"Tapi ini masih jam 3 mas."
"Rumah sakit buka 24 jam, sayang. Kamu juga kenapa gak bangunin mas sih." Sebenarnya Ghani panik tapi ia mencoba tenang, ia segera mengambil sweater dan memakaikan kaos kaki.
Ghani langsung menggendong Alina masuk ke dalam mobil, ia berharap kandungan Alina baik-baik saja. Kandungan Alina baru memasuki 33 minggu, menurut dokter Alina akan melahirkan akhir bulan depan.
"Mas, gak pamit sama mama dulu?"
"Nanti aja sayang, nanti mas yang hubungi mama pas kita sampai dirumah sakit." Ghani melajukan mobilnya sedikit lebih cepat, karena di jam sekarang jalanan masih sepi.
Sampainya di rumah sakit Ghani langsung di sambut oleh beberapa perawat, membantu Alina masuk kedalam ruang IGD.
Ghani menunggu dengan cemas, ia takut kejadian terdahulu terulang lagi. Dirinya tak ingin kehilangan buah cintanya lagi. Ghani mengambil ponselnya lalu segera menghubungi Alan, untungnya rumah Alan tidak jauh dari rumah sakit.
"Keluarga ibu Alina Adnan."
Ghani menyimpan ponselnya lalu segera menghampiri perawat yang menyebut saat nama istrinya."Saya suaminya, sus."
"Dokter mau bicara."
Dihadapan Ghani sudah ada dokter yang baru saja memeriksa kandungan Alina. "Gimana istri saya dok?"
"Apa ibu Alina pernah mengalami masalah pada rahimnya?" Tanya dokter dan Ghani segera mengangguk.
"Rahim bu Alina sangat rentan, maka dari itu untuk menyelamatkan keduanya harus segera di lakukan tindakan operasi."beritahu dokter.
"Lakukan apapun yang terbaik dok, tolong selamatkan keduanya."
Dokter mengangguk. "Operasi akan di lakukan satu jam lagi, bapak bisa menemui istri bapak terlebih dulu. Support dari suami juga penting untuk menguatkan mental ibu Alina."
Dengan segera Ghani menemui Alina yang tengah berbaring sambil mengusap perutnya. "Sayang, kenapa nangis. Hum_"
"Aku takut mas."ucap Alina lirih.
"Dokter bilang semua baik-baik aja, kamu gak usah khawatir. Apapun yang terjadi mas akan selalu disamping kamu. Kamu tenang ya, lebih cepat dokter mengambil tindakan maka itu lebih baik."
"Tapi, mas Alan bilang aku melahirkan masih bulan depan mas, aku_"
"Sayang, kita gak pernah tau apa yang terjadi selanjutnya. Semua kemungkinan bisa terjadi. Dokter bilang bayinya harus segera di keluarkan biar kamu dan anak kita selamat." Ghani segera memeluk Alina yang sudah bercucuran airmata. Sebenarnya ia juga sangat takut, tapi saat ini penguat Alina hanyalah dirinya.
"Mas udah kasih tau mama?"tanya Alina.
"Udah sayang, mama lagi di jalan sekalian bawa perlengkapan kita disini." Ghani terus menenangkan Alina dengan kata-kata penyemangat. Kekhawatiran mereka saat ini sama, yaitu takut kehilangan anak mereka.
Perawat mulai memindahkan Alina ke ruang operasi, tapi saat ingin memasuki ruang operasi suara Sarah terdengar memanggil dan meminta agar berhenti sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak semalam
ChickLit#dewasa Alina dan Ghani bangun dalam keadaan tanpa sehelai benang,keduanya berada dalam kamar hotel yang sama. keduanya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam tapi hanya Alina yang mengingatnya. Sementara tidak dengan Ghani,pria itu bingung sete...