Happy reading 😘
Ghani benar-benar membuat Alina tidak berhenti mendesah, ia memasuki Alina dari belakang dengan posisi tidur menyamping. Bibirnya terus melumat bibir Alina dan menyesapnya sampai Alina kehabisan napas.
Ingin rasanya Ghani bergerak brutal tapi tidak bisa, ada buah hati yang harus ia jaga. Tangannya terus meremas buah dada yang semakin berisi, ia benar-benar menahan agar tidak membabi buta. Tubuhnya Alina benar-benar membuat Ghani gila.
"Mas aah." Alina menahan tangan Ghani agar tidak melakukan hal lebih pada miliknya, milik Ghani dan hentakan yang diberikan sudah membuatnya kelimpungan.
Alina bergerak maju mundur seiring hentakan yang semakin cepat, Ghani bahkan sudah mengangkat satu kaki Alina dan itu membuat milik Alina terasa penuh. Milik Ghani benar-benar masuk sepenuhnya, Alina mendesah nikmat. Semua sentuhan dari Ghani memang tidak pernah membuatnya berhenti mendesah.
Hentakan Ghani semakin cepat, puncaknya hampir tiba. Miliknya di jepit kuat di dalam sana, sepertinya Alina juga akan mencapai puncak. "Bareng sayang."
"Aahh, mas euhh."
Keduanya mendesah bersama ketika puncak nikmat mereka dapatkan bersama, Ghani kembali melumat bibir Alina sebagai penutupan bercinta mereka.
Ghani menggendong Alina ke kamar mandi, mereka harus tidur dalam keadaan bersih. Setelahnya Ghani juga memakaikan Alina baju tidur.
"Mas, peluknya dari belakang aja." pinta Alina, dirinya mulai terasa sesak jika Ghani memeluknya dari depan.
Ghani menurut lalu memeluk Alina dari belakang sambil terus mengelus perutnya. "Sayang, ada yang sakit gak? Dia baik-baik aja kan?"
"Dia baik-baik aja mas, gak usah khawatir."
Ghani tersenyum lega lalu mencium pipi Alina, sebelum akhirnya mereka tidur nyenyak dan masuk kedalam alam mimpi bersama.
Paginya Ghani bangun lebih dulu, dirinya tidak membangunkan Alina meski sudah jam 8 pagi. Istrinya masih kelelahan karena kegiatan bercinta tadi malam. Walaupun hanya sekali tapi saat keadaan hamil seperti ini, Alina memang gampang lelah.
Ghani sudah rapi dan wangi, ia pun menghampiri Alina yang masih terbungkus selimut. Pagi ini ia akan sarapan di kantor saja.
"Morning sayang."
Alina mengerjap matanya beberapa kali, memastikan jika ini bukan mimpi. Ghani sudah rapi dan juga bersiap pergi ke kantor. "Kenapa mas gak bangunin aku!" Gerutunya.
"Kamu bobok lagi gih, mas ada meeting pagi ini. Kamu sarapan sendirian aja ya." Ucap Ghani lalu mengecup kening Alina.
"Ya udah deh!" Sahut Alina. Ghani memeluknya sebentar, setelah itu pergi keluar dari kamar.
Alina menghela napas lalu pergi ke kamar mandi. Setelah melakukan rutinitas pagi, kini Alina pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Saat sarapan Alina hanya bisa makan salad dan teh saja. Karena jika sarapan selain itu yang ada ia akan berakhir di closet.
"Al, kamu udah bangun?"
Alina tersenyum malu sambil mengangguk. "Maaf mah, Alina kesiangan." cicitnya.
"Gak pa-pa, namanya juga hamil. Pasti bawaanya mager. Mama udah buatin salad tapi tehnya belum, Bentar ya mama buatin dulu." Sarah pun pergi kedapur untuk membuatkan Alina teh.
Alina mulai menyuapkan salad ke mulutnya dan tak lama mertuanya datang dengan membawa secangkir teh untuknya, untuk saat ini Alina hanya minum susu saat mau tidur saja dan di bantu beberapa vitamin rekomendasi dari Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak semalam
ChickLit#dewasa Alina dan Ghani bangun dalam keadaan tanpa sehelai benang,keduanya berada dalam kamar hotel yang sama. keduanya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam tapi hanya Alina yang mengingatnya. Sementara tidak dengan Ghani,pria itu bingung sete...